Di era sekarang ini menjadi guru di sekolah sudah menjadi pekerjaan yang diminati banyak orang mengingat gajih atau honor dan tunjamgam yang menggiurkan menjadi alasan untuk di pilih. Tidak hanya itu saja, jabatan guru di tengah-tengah masyarakat sangat mulia dan terhormat. Kalau dulu "Guru itu Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" sekarang sudah mulai tidak berlaku lagi. Dilihat dari uraian di atas membuat kebanyakan orang ingin jadi guru.
Guru dituntut untuk meningkatkan kompetensi sebagai: motivator, fasilitator, mediator, pengelola kelas, demstrator, inspirator, mentor, pemantik kreatifitas, pengembang kerja tim, empati sosial, Sedangkan tugas guru adalah : mengajar, mendidik, melatih keterampilan hidup, memberikan bimbingan dan pengarahan. Menadi guru tidak sesederhana yang kita bayangkan, ada beban kerja dan tugas yang harus dikerjakan seperti administrasi sekolah, silabus, RPP dan lain-lain. Seorang guru juga harus memiliki keilmuan yang linear secara akademik, ini yang tidak disadari.
Banyak
kasus para guru tidak mempertimbangkan linearitas, guru dari jurusan Bahasa
Inggris mengajar pelajaran PAI, guru jurusan IPS mengajar Matematika. Kalau
dulu hal seperti ini bisa selesai dengan "Akta Empat" dan sekarang
sudah ada regulasi menjadi seorang guru harus sesuai dan linear. Untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terus melakukan upaya perbaikan.
Salah
satu bentuk upaya untuk memajukan pendidikan di Indonesia yang mereka ajukan
adalah adanya linearitas pendidikan bagi guru. Selain guru itu harus
linearitas, guru harus memiliki sifat kreatif dan inofatif, kenapa demikian?
Karena guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukan proses kreatif
tersebut. Guru seharusnya berusaha terus untuk menemukan cara yang lebih baik
dalam melayani peserta didik.
Kreatifitas
menunjukan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari
yang telah dikerjakan oleh guru sekarang. Bagi siapa saja yang ingin menjadi
guru atau sedang menjalankan profesi sebagai guru harus waspada kepada penyakit
yang sering hinggap pada seorang guru, sedikitnya ada sekitar 22 macam penyakit
guru yang harus dipahami, diwaspadai dan dihindari, dan segara dilakukan
terapi, agar penyakit ini tidak penjadi pandemi bagi guru di Indonesia. berikut
adalah Penyakit yang harus disikapi dengan bijak, antara lain:
1. Kudis
(kurang disiplin)
2. Tipes
(tidak punya selera)
3. Asma
(asal masuk kelas)
4. Kusta
(kurang strategi)
5. Kram
(kurang trampil)
6. Lesu
(lemah sumber)
7. Asam
Urat (asal sampaikan materi kurang akurat)
8. Mual
(mutu lemah)
9. TBC
(tidak bisa komputer)
10.
Diare (di kelas anak diremehkan), dan
11.
Ginjal (gaji nihil jarang aktif dan lambat).
12.
Mencret ( mengajar ceramah terus)
13.
Kudis ( kurang disiplin)
14.
Kurap ( kurang persiapan)
15.
Sembelit (sedikit membaca literatur)
16.
Watuk Asma: ( belajar atau tidak asal materi habis)
17.
Sariawan (siapkan anak dengan ringkasan aman waktu ulangan/ujian)
18. WTS
(wawasan tidak luas)
19. Mual
(mutu amat lemah)
20.
Tipus (tidak punya selera mengajar)
21. Asam
Urat (asal susun materi urutan tidak akurat)
22.
Ginjal (gadan lambat jih nihil jarang aktif dan lambat)
Penyakit
tersebut di atas sering kali menjangkiti para guru, karena itu sebaiknya para
guru sekolah segera up grade diri agar terbebas dari penyakit tersebut di atas.
Kalau guru sudah terbebas dari beberapa penyakit tersebut di atas, maka guru
tersebut dengan sendirinya bisa menjadi guru kreatif dan inofatif. Menjadi guru
kreatif dan inofatif adalah sebuah keniscayaan dan keharusan di era sekarang
ini.
Karena
itu harus ada perubahan mindset terhadap perubahan pembelajaran saat ini,
Menurut Jhon C Maxwell, mindsetlah yang menentukan tindakan, kebiasaan,
karakter, kepribadian, Setidaknya ada tiga mindsit.
1. Think
and action positive. Senantiasa berfikir dan bertindak positif terhadap situasi
dan kondisi apapun. Tidak mudah atau tidak gampang menyalahkan dan tidak mudah
atau tidak gampang marah.
2. Dare
to fail. Berani gagal, selalu mencoba sesuatu yang baru, selalu berani
mengambil resiko dan pantang menyerah.
3.
Focus. Selalu fokus, serius dan sungguh-sungguh dengan peluang, peluang dalam
mencari ide dan gagasan kreatif, peluang dalam mencapai hasil, peluang dalam
meraih cita-cita atau target.
Yang
dibutuhkan untuk menjadi guru kreatif dan inovatif di era yang serba digital
ini sebagai berikut:
1.
Memahami karakter siswa
2.
Memanfaatkan sistem pembelajaran digital
3.
Meningkatkan kemampuan interpersonal
4.
Membuat media pembelajaran yang menarik
5.
Memiliki kemampuan kreatifitas dan inovatif yang tinggi
6.
Berorientasi pada high order thinking skill
7.
Adanya kolaborasi antara guru dengan peserta didik Kiranya poin-poin itu yang
menjadikan guru kreatif dan inovatif.
Menjadi guru yang kreatif dan inovatif tidak hanya sekedar dalam penggunaan alat komputer saja, tapi juga perpaduan antara kreatifitas dan inovatif. Sehingga yang tadinya sulit dalam menyampaikan kepada siswa menjadi mudah dan menarik. Kita ambilkan contoh guru yang inovatif yang seperti apa?. Seorang guru yang mampu mengekspresikan pengajaran dengan mencoba berbagai hal baru, meneliti bahkan sampai berkarya membuat berbagai model pembelajaran dengan media pembelajaran tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar