SUSU JAHE HANGAT DARI KANG PANDI
-Mustopa-
(sekretaris kang Pandi)
Sejak
tahun 2008 saya ikut mendirikan STID
Al-Biruni yang berada di tengah-tengah Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon
sekaligus menjadi dosen sampai sekarang. Namun demikian saya tidak kenal
dan tidak ada kedekatan dengan Dr. KH.
Affandi Mochtar, MA pada saat itu, padahal beliau adalah penggagas sekaligus
pemilik perguruan tinggi itu. Dan waktu
itu tahun 2008 Kang Pandi sebutan Dr. KH. Affandi Mochtar, MA masih menjabat
sebagai Sekretaris Jenderal Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama.
Entah ada angin dari mana, pada tahun 2017 saya dipanggil secara khusus oleh kang Pandi dan diberi amanah sebagai Sekretaris Yayasan Bhakti Miftahul Ilmi yang ia pimpin sebagai ketua. Yayasan Bhakti Miftahul Ilmi memiliki Pondok Pesantren TC-IBS (Tunas Cendekia Islamic Boarding School), Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tunas Cendekia, Madrasah Tsanawiyah Terpadu Tunas Cendekia, dan Madrasah Aliyah Terpadu Tunas Cendekia.
Selama
mendampingi beliau mengalami peristiwa penuh liku-liku, cerita asyik, dan
pengalaman menggemaskan tentunya banyak
cerita yang sangat berharga karena saya harus berjuang keras mati-matian. Dan
setelah saya menjadi sekretaris Kang Pandi ternyata orangnya santai, asyik dan
banyak gagasan-gagasan pendidikan yang melangit. Kita bisa lihat bagaimana
Madrasah Terpadu Tunas Cendekia saat ini dengan tampilan fisik sekolah swasta
yang sangat mewah di tengah-tengah Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin.
Kabar
Duka
Hari
Jum’at, 2 Juli 2021 pukul 04.30 subuh saya dapat telepon dari dr. Farah (anak
pertama Kang Pandi) memberi khabar bahwa Kang Pandi masuk RS Permata Cirebon
sekaligus minta doanya kepada semua teman dan kolega supaya Bapak tidak terjadi
apa-apa dan dilekaskan sembuh kembali. Paginya kolega dan teman-teman kang
Pandi kirim WA ke saya minta klarifikasi soal Kang Pandi di RS. Saya menjawab
dan mengabarkan kepada teman-teman bahwa Kang Pandi benar adanya sedang di RS
dan memohon doa dari semuanya.
Seminggu berikutnya hari Jum’at, 9 Juli 2021 tepat setelah sholat Jum’at di Pesantren Al-Babkani Heuleut Leuwimunding Majalengka saya sedang bersama sahabat saya Abu Bakar bagai disambar petir membuka WA isi duka kepergian Kang Pandi untuk selamanya. Saya merasa bukan siapa-siapa dan merasa bukan apa-apanya sambil berjalan sempoyongan dan hati hampa menangis tersungkur. Sebagai pembantu sekaligus menganggap dia orang tua jelas merasa kehilangan tokoh inspiratif, berpemikiran jauh ke depan dan bercita-cita sundul langit.
Titik Temu 2 Poros, Mertapada – Babakan
Flashback ke belakang awal mengenal Kang Pandi kurang lebih tahun 2008 agak terlambat dibanding dengan kawan-kawan di fahmina, kawan-kawan di Pesantren Khatulistiwa dan kawan-kawan lainnya yang sudah lebih dulu mengenal Kang Pandi. Saya mengenal beliau dari jejaring Kang Lukman (sebutan KH. Lukman Hakim Babakan Ciwaringin). Ketika itu tahun 2007 Kang Lukman berkunjung ke kantorku di Yayasan Daarul-Hikam Kota Cirebon bersama Habib Miqdad Baharun yang merupakan Pembina Yayasanku.
Selepas dari Daarul Hikam, Kang Lukman mengajak bergabung di Yayasan Amal Al-Biruni ikut membangun awal STID Al-Biruni. Di Al-Biruni inilah awal pertama kenal Kang Pandi pemilik STID Al-Biruni. Berkali-kali dapat tugas dengan teman-teman Al-Biruni ke kantor Ditjen Pendis dimana Kang Pandi sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam ketemu dengan Kang Pandi hanya dalam sekejap hitungan menit tetap saja tidak ada kedekatan hubungan secara personal. Kesan yang aku dapat Kang Pandi Sosok Yang Pendiam dan cuek. Pertanyaannya adalah mungkinkah sosok Kang Pandi akan mengenaliku?.
Tahun 2009 saat aku ditugasi sebagai Kepala SMP Bina Cendekia Mertapada oleh Prof. Dr. H. Mohamad Ali, MA yang kebetulan posisi jabatannya sebagai Direktur Jendral Direktorat Jenderal Pendidikan Islam atasan Kang Pandi saat itu. Sewaktu Kang Pandi berkunjungi ke Mertapada Yayasan Bina Cendekia Utama dimana aku bekerja, tidak dinyana Kang Pandi menatapku terus berkata ke Prof. Dr. Mohammad Ali, “Pak Ali, ini pa Mustopa orang saya juga, dia mengajar di Al-Biruni” obrolan 2 kutub Mertapada Buntet – Babakan Ciwaringin terdengar sayup-sayup membuat saya malu tersipu-sipu. Saat itu kerja dan khidmatku di Mertapada sebagai Kepala SMP Bina Cendekia dan di Babakan sebagai Pengajar di STID Al-Biruni. Antara Timur dan Barat.
Di
SMP Bina Cendekia Mertapada ini curahan
hati dan olah pikir melayani dan menerjemahkan pemikiran Prof. Ali sebutan
Prof. Dr. Mohamad Ali ke dalam mendirikan sekolah MI, SMP, MTs, MA, dan SMK
Bina Cendekia dari titik nol Alhamdulillah
berjalan sukses. Di Mertapada ini saya mendapat beasiswa dari Kemenag
shrot course 40 Kepala Madrasah Unggulan dari seluruh perwakilan Indonesia
belajar ke Guangxi University dan Guangzi University For Nationalities China.
Ada kesan dengan perwakilan peserta dari Kepala MAN 2 Malang namanya Dr. H.
Imam Sujarwo, M. Pd. Beliau adalah Kepala MAN 2 Malang.
Dari
pertemuan dengan Bapak Imam Sujarwo di China, dia lebih banyak cerita tentang
Kang Pandi di Setjen Pendis. Kang Pandi banyak mendorong kemajuan pendidikan di
Madrasah dan Perguruan Tinggi terasa banget sampai Malang termasuk perubahan status
STAIN Malang menjadi UIN Malang yang maha megah secara fisik bangunan pada saat
itu kebetulan Rektornya kakak dari Imam Sujarwo, Prof Dr. H. Imam Suprayogo.
Duo kaka beradik Imam Suprayogo dan Imam Sujarwo orang-orang hebat yang saya
tahu waktu itu ternyata kedua-duanya dekat dengan Kang Pandi.
Masih
ingat kira-kira tahun 2010 sekalipun saya tidak jadi pengurus STID Al-Biruni
lagi saya ikut rombongan STID Al-Biruni Study Banding ke UIN Malang dengan 50
mahasiswa rombongan naik kereta api dari Stasiun Kejaksan Cirebon ke Stasiun
Malang. Sampai di UIN Malang kami dan rombongan disambut laksana tamu agung
dijamu dan dihormati bagai tamu perwakilan negara sahabat. Dalam rangkaian kunjungan kami diperkenalkan lukisan besar
pohon ilmu buah pemikiran Imam Suprayogo. Pohon ilmu yang digagas oleh Imam
Suprayogo Pohon Ilmu Pengetahuan. Gambarannya adalah pohon yang kokoh dan
rindang karena pohon tersebut akarnya
menghunjam ke bumi, dan berakar kuat itu akan melahirkan batang yang kokoh.
Batang yang kokoh melahirkan cabang dan ranting yang kuat serta buah yang
segar. Yang tidak habis pikir sampai sekarang adalah kata-kata Prof. Imam bahwa
kebesaran kampus ini tidaklepas dari spirit Kang Pandi. Begitu juga halnya
kata-kata yang diucapkan adiknya Kepala MAN 2 Malang Imam Sujarwo bahwa andil
Kang Pandi dalam kemajuan Madrasah kami sangat besar.
Ada
cerita yang mengesankan kira-kira tahun 2011 saat Kang Pandi mengajak ziaroh
bersama dosen, mahasiswa dan santri Al-Biruni menggunakan bis ¾ milik Kang
Pandi, ziaroh Gunung Jati naik ke atas Makbarok Syekh Syarif Hidayatullah,
masih ingat yang jadi supirnya mahasiswa namanya Muhyidin (sekarang sudah jadi
dosen Al-Biruni). Saat sudah selesai ziaroh jamaah disuruh jajan semuannya.
Saya orang yang ga begitu dekat dengan Kang Pandi dipanggil dengan menyebut
nama langsung, “Pak Mustofa sini nich susu jahe panas buat kamu” terperanjat
kaget saya diberi gelas susu jahe panas. “Wedang susu jahe bisa menghangatkan
dan menjernihkan suasana” Kang Pandi menjelaskan dengan singkat.
Gagasan
Sundul Langit
Tahun
2017 tepatnya setelah saya baru bangun rumah kecil-kecilan. Kang Pandi menelpon
saya sampai 2 kali supaya saya main ke rumahnya, saya hanya jawab “ya Pak”
dengan tidak mengindahkan karena saya merasa Kang Pandi terlalu besar bagi saya
baik itu gagasan maupun pemikiran. Pada telepon yang ke 3 kalinya baru saya
memenuhi panggilan undangan. Saat saya
penuhi undangan Kang Pandi begitu terkejutnya saya hadir di tengah-tengah
keluarga besar Madrasah terpadu tunas Cendekia, seluruh civitas akademik hadir
dan dihadiri pula Pembina dan Pengawas
Yayasan Bhakti Miftahul Ilmi Drs. KH. Abdul Halim Mukhtar, Drs. KH. Ahmad
Dahlan Affandi Mukhtar, M. Pd dan Dr. KH. Affandi Mochtar.
Di acara itu ternyata pertemuan Pengurus Yayasan Bhakti Miftahul Ilmi dan Civitas Akadmik Madrasah Terpadu Tunas Cendekia sekaligus memperkenalkan Susunan Pengurus Yayasan yang baru. Dr. KH. Affandi Mochtar, MA sebagai Ketua Yayasan dan Mustopa, M. Ag sebagai Sekretaris. Posisi menjadi sekretaris yayasan tidak pernah terimpikan dan tidak pernah terbayangkan akan mendampingi perjalanan hidup Kang Pandi apa lagi harus cerdas, cekatan, sigap dan pandai menterjemahkan maksud, keinginan dan cita-cita luhur sundul langit.
Selama
seminggu kerja menemani Kang Pandi sungguh berada dalam titik nol. Ada perasaan
haru dan malu karena diri ini tidak
merasa cakap apa-apa, apa lagi menjadi
sebagai sekretaris yayasan. Masih teringat di benak saat-saat galau dan
kosong terbayang tangan Kang Pandi menyodorkan segelas besar Susu Jahe Hangat
waktu ziaroh Gunung Jati, “Nih minum pak Mustopa Susu Jahe Hangat supaya badan
bisa hangat dan pikiran bisa jernih” Kang Pandi dengan kelembutan hatinya dan
dua simetris bibir tersenyum memberikan susu jahe hangat. “Terima kasih Kang
Pandik” jawabku dengan senang hati. Saya
berpikir segelas susu jahe hangat bukan sembarang susu jahe.
Saya
mulai berselancar menelusuri karya-karya pemikiran Kang Pandi. Buku yang aku
dapati pertama adalah Membedah Diskursus Pendidikan Islam, buku ini secara
garis besar membicarakan soal posisi dan peta kurikulum beserta desain
institusional pendidikan Islam di Indonesia dibanding dengan dengan disiplin
besar asal Barat yang bernama Islamic studies. Buku ini menganalisis sejarah
yang mengungkap bagaimana desain suatu ilmu beserta institusi keislaman tidak
pernah netral.
Buku
yang kedua yang saya dapati buku Kitab Kuning dan Tradisi Pesantren. Buku ini
mengapresiasi kitab kuning baik sebagai literatur maupun instrumen penting
dalam tradisi akademik pesantren. Posisi dan fungsi kitab kuning di pesantren
dalam kenyataannya turut mempengaruhi pandangan, pemikiran, dan sikap hidup
masyarakat pesantren. Di sinilah pentingnya dinamisasi tradisi akademik
pesantren. Dimensi yang dimaksud adalah lebih pada penerimaan karya intelektual
kontemporer, metodologi keilmuan dan pengajaran.
Buku
ketiga yang aku baca adalah buku The Methode of Muslim Learning. Buku ini menyelenggarakan
diskursus tentang etika dan metodologi pembelajaran muslim dengan metode dari
kitab Ta’limul Muta’allimin karya Syekh Zarnuji. SyekhZarnuji dianggap sebagai
intelektual muslim teoritis-metodologis dan praktis dalam menjelaskan
aspek-aspek etika dan strategi pembelajaran.
Dari
banyak mutiara tulisan Kang Pandi dan dari pokok-pokok pikiran yang beliau
gagas saya membantu Kang Pandi mengelola
dan mengaplikasikannya dalam Yayasan Bhakti Miftahul Ilmi yang beliau ketuai
mengelola Madrasah Terpadu Tunas Cendekia. Dan lembaga di dalamnya Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Memadukan sistem pendidikan
pesantren yang tradisional dengan pendidikan modern.
Di
awal tahun pelajaran 2021 / 2022 progres
Kang Pandi selangkah lebih maju dengan merubah Manajemen Pendidikan Tunas
Cendekia dengan sistem TC-IBS. TC-IBS kepanjangan dari Tunas Cendekia Islamic
Boarding School. Sistem ini memiliki standar khusus mengenai pembinaan bagi
para santeri dalam ilmu agama Islam baik itu berupa mata pelajaran di madrasah
maupun di luar kegiatan madrasah. Kurikulum yang dipakai kurikulum terkini dan
tetap menerapkan kurikulum tradisi pesantren yang salaf. Bisa dilihat dari moto Madrasah Terpadu Tunas
Cendekia, “Ati Bagus Wekel Ngaji Wekel Jamaah” istilah ini baru saja digagas
KangPandi.
Baru
saja pesawat Tunas Cendekia Islamic Boarding ini akan akan take of sang Pilot Kang
Pandi keburu dipanggil Allah SWT untuk selama-lamanya. Langit Babakan pun
mendung berduka kehilangan sang visioner. Ada kesan yang yang sulit untuk
dihapus dari ingatan, Terima kasih “Susu Jahe Hangat”nya Kang Pandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar