Syuriah Sebagai Ruh NU, Pelajaran Berharga dari Dinamika PBNU


ketakketikmyatopa,com, Peristiwa yang terjadi di tubuh PBNU belakangan ini mengajarkan kepada kita sebuah pelajaran penting tentang tata kelola organisasi di lingkungan Nahdlatul Ulama. NU memiliki struktur unik yang menempatkan Syuriyah sebagai pemegang otoritas tertinggi; sebuah posisi yang bukan hanya strategis, tetapi juga bersifat moral dan spiritual. Dalam dinamika apa pun, Syuriyah tetap menjadi ruh yang menjaga arah perjalanan jam’iyah agar tetap selaras dengan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah.

Di tengah berbagai pandangan, diskusi, atau bahkan perbedaan yang muncul, kita disadarkan kembali bahwa kewenangan dalam organisasi harus ditempatkan sesuai aturan. Tugas pelaksana (Tanfidziyah) memang penting, namun semuanya berjalan di bawah bingkai arahan, pengawasan, dan kebijaksanaan Syuriyah. Inilah sistem yang telah dibangun oleh ulama besar NU, sebuah mekanisme keseimbangan agar organisasi tetap terjaga dari langkah-langkah yang melampaui batas.

Fungsi utama Syuriyah NU adalah memimpin, mengarahkan, dan mengawasi. Syuriyah memberikan nasihat dan petunjuk yang menjadi pijakan moral bagi seluruh perangkat organisasi. Ia mengendalikan pelaksanaan kebijakan, memastikan setiap keputusan tidak bertentangan dengan AD/ART, dan bahkan berhak membatalkan kebijakan yang dianggap menyimpang. Dengan begitu, Syuriyah bukan hanya struktur, tetapi penjaga nilai, akhlak, dan arah perjuangan NU.

Dalam konteks organisasi yang besar seperti NU, keseimbangan antara kewenangan Tanfidziyah sebagai pelaksana dan Syuriyah sebagai penentu arah adalah kunci. Tanfidziyah dapat bergerak cepat, namun Syuriyah memastikan langkah tersebut tetap lurus. Keduanya ibarat kaki dan kepala—tanpa salah satu, perjalanan tidak akan sempurna.

Dari dinamika yang terjadi, kita belajar kembali satu hal: menempatkan posisi sesuai porsinya adalah inti dari keberkahan organisasi. Ulama-ulama terdahulu telah merancang sistem ini dengan penuh kebijaksanaan. Tinggal kita, warga NU, untuk menghayati dan memahaminya.

Wallohu a'lam 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar