Cerpen Ramadhan Hari Ke-7
ketakketikmustopa.com, Di ruang tamu yang teduh, aroma kolak pisang dan kurma memenuhi udara. Gambar besar NU dan foto KH. Hasyim Asy’ari di pigura menambah nuansa religius Keluarga Pak Amran Dosen STID Al-Biruni Babakan Ciwaringin Cirebon.
Ramadhan hari ke-7 ini ada momentum besar yang patut di kenang warga NU. Termasuk keluarga pak Amran, bersama anak-anaknya Ahmad, Furqon, dan Ismi—keluarga kecil yang hangat—sambil menikmati ngabuburit. Furqon, anak kedua yang selalu penasaran, menunjuk foto KH. Hasyim Asy’ari yang menempel di dinding.
"Ayah, foto warna hijau itu foto siapa?" tanyanya polos.
Pak Amran tersenyum,
"Itu Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, Nak. Pendiri Nahdlatul Ulama." Jawab Pak Amran.
"NU itu apa, Yah?" tanya Ismi, ikut nimbrung.
"NU itu organisasi Islam terbesar di Indonesia, sayang. Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari mendirikannya untuk menyatukan umat Islam dan membela bangsa," jawab Pak Amran sabar.
Ahmad, sang kakak, menambahkan,
"Aku pernah baca, Ayah. Beliau berjuang keras melawan penjajah, bahkan sampai mengeluarkan Resolusi Jihad."
"Benar," sahut Pak Amran.
"Resolusi Jihad itu sangat penting dalam sejarah Indonesia. Bayangkan, saat itu Indonesia baru saja merdeka, tapi Belanda masih ingin menjajah lagi. Bahkan, mereka melakukan Agresi Militer. Kakek Hasyim Asy’ari melihat situasi ini sangat genting. Beliau prihatin melihat bangsa Indonesia yang masih lemah dan terpecah belah. Maka, pada tanggal 22 Oktober 1945, beliau mengeluarkan Resolusi Jihad."
"Resolusi Jihad itu apa, Yah?" tanya Furqon
"Resolusi Jihad itu sebuah seruan, Nak. Seruan kepada seluruh umat Islam untuk berjihad, berjuang melawan penjajah demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bukan jihad dengan kekerasan semata, tapi jihad fi sabilillah, berjuang di jalan Allah. Ini termasuk mempertahankan tanah air dan agama kita," jelas Pak Amran.
"Jadi, Resolusi Jihad itu seperti perintah untuk melawan penjajah, ya, Yah?" tanya Ismi.
"Bisa dibilang begitu, sayang. Resolusi Jihad ini sangat berpengaruh besar. Berkat seruan ini, semangat juang rakyat Indonesia, terutama di Surabaya, membara. Mereka melawan tentara Sekutu yang saat itu masih berada di Indonesia. Pertempuran 10 November adalah salah satu contohnya," kata Pak Amran.
Ahmad menambahkan,
"Resolusi Jihad itu menunjukkan kebesaran jiwa Hadrotus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari. Beliau berani mengambil sikap tegas untuk membela bangsa dan negaranya."
"Benar sekali," kata Pak Amran bangga.
"Beliau adalah ulama besar yang tidak hanya pandai berdakwah, tapi juga berani memimpin perjuangan fisik. Sayangnya, beliau wafat pada 25 Juli 1947, di tengah perjuangan melawan Agresi Militer Belanda II. Kepergian beliau menjadi duka yang mendalam bagi bangsa Indonesia ini."
Adzan Maghrib berkumandang. Keluarga kecil itu pun mengakhiri obrolan mereka, mengucapkan syukur atas nikmat kemerdekaan dan mengingat jasa para pahlawan yang telah gugur. Mereka berbuka puasa dengan penuh rasa syukur dan semangat untuk terus belajar dari sejarah.
-Tamat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar