Siput, Binatang Yang Tidak Bisa Terluka Oleh Alat Tajam

Gambar hanyalah pemanis tampilan, diambil dari Cici AI

Cerpen Ramadhan

ketakketikmustopa.com, Hari ini, Ramadhan telah memasuki hari ke-6. Matahari sore bersinar lembut, menembus sela-sela dedaunan di halaman rumah Pak Amran. Dari dapur, terdengar suara Bu Ratna yang tengah sibuk mempersiapkan menu berbuka puasa.

"Yah, nih si Ismi ajak ke kebun belakang, dari tadi main HP melulu. Cape tuh matanya," ucap Bu Ratna sambil mengulek bumbu.

Pak Amran mengangguk sambil tersenyum. 

"Ayo, Ismi! Ikut Ayah ke kebun," ajaknya.

"Mau ke mana, Yah?" tanya Ismi yang masih asyik dengan ponselnya.

"Ke kebun belakang, ambil daun pisang buat pepes ayam," jawab Pak Amran.

Dengan langkah kecil, Ismi mengikuti ayahnya menuju kebun yang tak jauh dari rumah mereka. Semilir angin sore menyentuh wajah mereka, membawa aroma tanah yang lembap setelah hujan pagi tadi. Namun, baru beberapa langkah memasuki kebun, tiba-tiba terdengar jeritan keras dari Ismi.

"Ayahhhh!!" Ismi menangis sambil menunjuk ke batang pohon pisang.

Pak Amran segera menoleh. 

"Ada apa, Nak?" tanyanya cemas.

Ismi gemetar. 

"Itu... binatang itu, Ayah! Ismi takut!"

Pak Amran melihat ke arah yang ditunjuk putrinya. Seekor siput tengah merayap perlahan di batang pisang, meninggalkan jejak lendirnya yang berkilauan terkena cahaya matahari. Pak Amran tersenyum, lalu berjongkok dan mengusap kepala Ismi.

"Ismi, ini cuma siput. Dia tidak berbahaya," ujarnya lembut.

Setelah selesai mengambil daun pisang, mereka kembali ke rumah. Saat tiba, Ahmad, kakak Ismi, yang baru saja selesai mengaji di masjid, penasaran melihat adiknya masih memegangi lengan ayahnya.

"Ayah, tadi Ismi kenapa menangis?" tanyanya.

"Ooh, itu," jawab Pak Amran sambil tersenyum. 

"Ismi takut sama siput."

Ahmad mendekat, wajahnya menunjukkan rasa ingin tahu. 

"Ayah, kenapa sih siput tidak bertulang? Dan kenapa jalannya lambat?"

Pak Amran senang melihat anaknya selalu penasaran dengan hal-hal di sekitarnya. 

"Siput itu memang tidak bertulang, Nak. Hampir seluruh tubuhnya hanya daging, tapi Allah memberinya lendir sebagai perlindungan. Dia juga ke mana-mana membawa tempurungnya sendiri sebagai rumah."

"Ajib ya, Yah," ucap Ahmad kagum.

"Tidak hanya itu," lanjut Pak Amran, 

"Siput juga salah satu binatang yang tidak akan luka oleh alat yang paling tajam sekalipun." ucap pak Amran.

"Masa sih, Yah?" Ahmad semakin penasaran.

"Coba kita lihat," kata Pak Amran sambil mengambil sebuah silet dari dapur. 

"Kita letakkan pisau atau silet ini di jalur siput dan perhatikan baik-baik."

Ahmad dan Ismi menahan napas saat melihat siput terus merayap, mendekati silet yang tajam. Ajaib! Saat tubuh siput melewati mata silet, ia tidak terluka sama sekali.

"Masya Allah... ajib sekali ya, Yah!" seru Ahmad kagum.

"Itulah kebesaran Allah," kata Pak Amran. 

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

‘Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya...’ (QS. As-Sajdah: 7).

Setiap makhluk yang diciptakan Allah memiliki keunikannya masing-masing. Bahkan siput yang tampak lemah pun punya pertahanan yang luar biasa."

Ahmad mengangguk, sementara Ismi mulai berani mendekati siput. Ia menatap binatang itu dengan rasa ingin tahu, bukan lagi ketakutan.

"Jadi, siput tidak berbahaya ya, Yah?" tanyanya.

"Tidak, Nak," jawab Pak Amran sambil tersenyum. 

"Setiap makhluk punya cara bertahan hidupnya sendiri. Allah berfirman:

‘Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya...’ (QS. Hud: 6).

Bahkan siput pun sudah Allah tentukan rezeki dan perlindungannya."

Ismi mengangguk pelan. Sore itu, mereka tidak hanya membawa daun pisang untuk pepes ayam, tetapi juga membawa pelajaran berharga tentang ciptaan Allah yang menakjubkan.

Wallohu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar