Mengapa Kok Ada Petir?

 

Gambar hanyalah pemanis tampilan 

Cerpen Ramadhan 

ketakketikmustopa.com, Hujan mengguyur Cirebon dengan derasnya. Pak Amran, dosen di STID Al-Biruni, menyusuri jalanan pulang. Air membasahi bajunya yang sederhana.  Perjalanan yang biasanya terasa singkat, kini terasa begitu panjang dan menegangkan.  Kilat menyambar silih berganti,  cahaya putih menyilaukan sekejap, lalu disusul suara gemuruh petir yang menggelegar, nyaris memecah gendang telinga.  Beberapa kali,  Pak Amran merasa kilat itu sangat dekat,  hampir menyambar motor tuanya.

Sesampainya di rumah,  Pak Amran segera memarkir motornya dan bergegas masuk.  Istrinya, Bu Ratna, sudah menunggu dengan cemas.  Bau wangi masakan bercampur aroma tanah basah memenuhi ruangan.

“Ayah…,” seru Ahmad, anak sulung Pak Amran,  suaranya penuh rasa ingin tahu.  

“Ayah hampir tersambar petir, ya?”

Pak Amran tersenyum, melepas jas basah dan mengeringkan rambutnya yang sedikit basah.  

“Iya, Nak.  Hujan tadi sangat deras dan petirnya sangat menakutkan.”

“Tapi, Ayah… kenapa ya kalau hujan besar ada petir?” tanya Ahmad, matanya berbinar. 

Adik-adiknya,  Furqon dan  Ismi,  langsung diam,  menunggu jawaban ayah mereka.

Pak Amran duduk di kursi,  menarik napas dalam.  Ia menatap ketiga anaknya dengan penuh kasih sayang.

“Nak,  tahu tidak,  Allah SWT Maha Kuasa.  Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini,  termasuk petir,  adalah tanda kebesaran-Nya.”

Ahmad mengangguk,  menunjukkan ia sedang mendengarkan dengan penuh perhatian.

“Petir itu sebenarnya adalah listrik yang sangat besar,  terbentuk di awan.  Allah menciptakannya sebagai salah satu bentuk peringatan bagi kita.  Seperti alarm yang sangat keras,  mengingatkan kita akan kebesaran dan kekuatan Allah.”

“Peringatan untuk apa, Yah?”  Ismi bertanya dengan suara lembut.

“Peringatan untuk selalu mengingat Allah,  untuk selalu berbuat baik,  dan untuk selalu bertawakal kepada-Nya.  Petir juga mengingatkan kita akan betapa kecilnya kita di hadapan-Nya.  Sehebat apapun manusia,  ia tak akan mampu melawan kekuatan Allah.”

Pak Amran melanjutkan,

"Bayangkan, Nak,  kekuatan petir itu sangat dahsyat.  Ia bisa menghancurkan pohon besar,  membakar rumah,  bahkan membahayakan nyawa manusia.  Itulah mengapa kita harus selalu berhati-hati saat hujan disertai petir.  Kita harus berlindung di tempat yang aman.”

“Lalu,  bagaimana kalau kita merasa takut, Yah?” tanya Dani,  suaranya sedikit gemetar.

“Kalau kita merasa takut,  kita harus berdoa kepada Allah SWT.  Minta perlindungan kepada-Nya.  Ingatlah selalu nama-nama Allah yang Maha Agung,  seperti Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Yang Maha Penyayang).  Dengan berdoa dan mengingat Allah,  hati kita akan menjadi tenang dan damai.”

Ahmad, Furqon, dan Ismi mengangguk mengerti.  Mereka memahami bahwa petir bukanlah sesuatu yang menakutkan jika kita selalu mengingat dan bertawakal kepada Allah SWT.  Suara adzan maghrib berkumandang,  mengingatkan mereka untuk segera berbuka puasa.  Suasana haru dan penuh hikmah menyelimuti keluarga kecil itu.  Hujan di luar masih deras,  tetapi di dalam rumah,  terasa hangat dan penuh kedamaian.

-Tamat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar