Kenapa Kok Terjadi Turun Hujan?

Gambar hanyalah pemanis tampilan 

Cerpen Ramadhan 

ketakketikmustopa.com, Pak Dr. Amran, M.Ag, baru saja pulang dari mengajar di STID Al-Biruni Cirebon. Kampusnya memang tak jauh dari rumah, sehingga ia lebih memilih menggunakan motor metik untuk bepergian. Namun, sore itu hujan turun begitu deras, dan ia lupa membawa mantel jas hujan. Akibatnya, ia basah kuyup saat tiba di rumah.

Ketika sampai di pintu gerbang, ternyata Ahmad, anak sulungnya yang baru pulang dari SMA Islam, juga mengalami hal serupa. Ia terlihat menggigil, basah kuyup sambil membawa sebatang daun pisang yang ia gunakan sebagai pengganti payung.

Dari dalam rumah, Bu Ratna, istri Pak Amran, dengan sigap membukakan pintu gerbang. 

"MasyaAllah, basah semua Cepat ganti pakaian, nanti masuk angin!" katanya sambil menyerahkan pakaian kering kepada suami dan anaknya.

Di dalam rumah, Furqon yang masih SMP dan Ismi yang masih SD sudah lebih dahulu tiba. Ismi yang melihat hujan deras turun tiba-tiba berkata, 

"Bu, Ismi pengen hujan-hujanan!"

Bu Ratna tersenyum dan menggelengkan kepala. 

"Jangan, nanti sakit. Lagi pula, kita sedang puasa, baru masuk Ramadhan hari keempat. Takutnya batal kalau kehujanan terlalu lama."

Setelah Pak Amran dan Ahmad berganti pakaian dan menunaikan shalat Ashar, mereka berkumpul di ruang keluarga. Sementara itu, Bu Ratna sibuk di dapur, menyiapkan takjil dan hidangan berbuka puasa.

Ahmad yang masih penasaran bertanya kepada ayahnya, 

"Ayah, kenapa ya kok bisa terjadi hujan?"

Pak Amran tersenyum. 

"Pertanyaan yang bagus, Nak. Hujan adalah salah satu bentuk rahmat Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

'Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami berkuasa menghilangkannya.' (QS. Al-Mu’minun: 18)

Air hujan berasal dari laut, sungai, dan danau yang menguap karena panas matahari. Uap air itu naik ke langit, lalu berkumpul menjadi awan. Ketika awan semakin berat, Allah perintahkan air itu turun sebagai hujan."

Ahmad mengangguk-angguk, lalu bertanya lagi, 

"Tapi, kenapa Allah menurunkan hujan, Ayah?"

Pak Amran menjelaskan, 

"Hujan adalah bagian dari keseimbangan alam. Tanpa hujan, tumbuhan tidak akan tumbuh, sungai-sungai akan kering, dan kita akan kesulitan mendapatkan air bersih. Allah menurunkan hujan agar bumi tetap subur. Bahkan, dalam hadits disebutkan bahwa hujan adalah keberkahan. Rasulullah bersabda:

'Hujan itu adalah rahmat, maka janganlah kalian mencela hujan.' (HR. Muslim)"

Ismi yang sedari tadi mendengarkan ikut bertanya, 

"Jadi, hujan itu hadiah dari Allah, Ayah?"

Pak Amran tersenyum dan mengusap kepala putrinya. 

"Betul sekali, Nak. Hujan adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah. Bahkan, doa yang dipanjatkan saat hujan turun lebih mustajab."

Mendengar itu, Ahmad tersenyum. 

"Berarti kita harus bersyukur kalau turun hujan, ya, Yah?"

Pak Amran mengangguk. 

"Iya, Nak. Makanya, kalau turun hujan, kita bisa membaca doa:

اللهم صَيِّبًا نَافِعًا

Allahumma shayyiban naafi’an

Artinya: 'Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat bagi kami.'"

Mereka pun tersenyum. Ahmad dan Ismi merasa lebih paham tentang makna hujan. Sementara itu, dari dapur, aroma kolak pisang mulai tercium, pertanda waktu berbuka puasa semakin dekat.

Hujan yang tadi turun deras kini mulai reda, meninggalkan kesejukan yang menyegarkan. Di luar, tanah yang sebelumnya kering kini basah oleh rahmat Allah.

Tak terasa suara bedug bunyi, adzan pun berkumandang tanda waktu buka datang.

Wallohu alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar