Gambar ilustrasi Ngabuburit dan Tadabur Alam
Cerpen Ramadhan
ketakketikmustopa.com, Sore itu, setelah hujan reda, keluarga Pak Amran Dosen STID Al-Biruni Cirebon ngabuburit nunggu waktu buka puasa sambil duduk santai di pinggir sungai. Tempat itu ramai oleh keluarga lain yang juga menunggu waktu berbuka puasa. Furqon dan Ismi sibuk bermain dengan batu-batu kecil di tepi sungai, sementara Ahmad duduk bersila menikmati pemandangan langit.
Tiba-tiba, Ahmad anak yang paling besar menatap ke atas dengan penuh kekaguman. Seberkas cahaya warna-warni membentang di langit. Pelangi! Ia pun bertanya kepada ayahnya,
"Kenapa ya, Ayah, kok ada pelangi dengan macam-macam warna?"
Pak Amran tersenyum. Ia senang anak-anaknya selalu ingin tahu tentang ciptaan Allah. Dengan lembut, ia mulai menjelaskan.
"Ahmad, pelangi itu adalah salah satu tanda kebesaran Allah. Ketika hujan turun dan matahari kembali bersinar, cahaya matahari melewati tetesan air di udara. Cahaya itu kemudian terpecah menjadi berbagai warna yang kita lihat sebagai pelangi."
Furqon yang tadi sibuk bermain ikut mendekat, matanya berbinar ingin tahu lebih banyak.
"Jadi, Ayah, pelangi itu karena hujan dan matahari?" tanyanya.
"Betul sekali, Nak," jawab Pak Amran.
"Allah menciptakan hukum alam yang luar biasa. Cahaya matahari itu sebenarnya berwarna putih, tetapi ketika melewati tetesan air hujan, ia terpecah menjadi merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Itu disebut spektrum cahaya." Kata pak Amran.
Ismi yang masih kecil ikut penasaran. Ia menarik lengan baju ayahnya dan bertanya,
"Tapi Ayah, kenapa sih Allah bikin pelangi warna-warni? Kenapa nggak satu warna aja?"
Pak Amran tersenyum sambil mengusap kepala putri bungsunya.
"Ismi, Allah Maha Indah dan mencintai keindahan. Pelangi adalah salah satu cara Allah menunjukkan kebesaran-Nya. Seperti manusia yang diciptakan berbeda-beda suku dan bangsa, pelangi juga memiliki warna-warni yang berbeda tetapi tetap indah."
Ahmad masih penasaran.
"Tapi, Ayah, dari sisi ilmu pengetahuan, bagaimana pelangi bisa terbentuk?"
Pak Amran tersenyum melihat ketertarikan anak-anaknya.
"Pelangi terbentuk karena adanya pembiasan cahaya, Nak," kata Pak Amran.
"Cahaya matahari itu sebenarnya terdiri dari banyak warna yang bergabung menjadi satu, sehingga tampak putih. Tapi, ketika cahaya itu melewati tetesan air hujan di udara, ia mengalami pembiasan dan penyebaran."
Furqon mengernyitkan dahi.
"Pembiasan itu apa, Ayah?"
"Pembiasan adalah perubahan arah cahaya ketika melewati suatu benda bening, seperti air atau kaca. Nah, saat cahaya matahari masuk ke dalam tetesan air hujan, cahaya itu dibiaskan—alias dibelokkan—dan pecah menjadi warna-warna yang berbeda. Warna-warna ini kemudian dipantulkan kembali ke arah kita, sehingga kita bisa melihatnya sebagai pelangi." Kata Ak Amran.
Ahmad mengangguk paham.
"Oh, jadi ini seperti percobaan di laboratorium fisika, ya? Kalau cahaya putih dilewatkan ke prisma kaca, nanti akan muncul warna-warni seperti pelangi!"
"Tepat sekali, Ahmad," kata Pak Amran bangga.
"Prisma kaca bekerja dengan cara yang sama seperti tetesan air hujan. Itulah mengapa kita bisa melihat pelangi berwarna-warni di langit setelah hujan."
Ismi tampak berpikir.
"Ayah, kenapa warna-warna pelangi selalu urutannya sama?"
Pak Amran tersenyum dan menjelaskan,
"Itu karena setiap warna memiliki panjang gelombang yang berbeda. Warna merah memiliki panjang gelombang paling besar, jadi posisinya selalu di atas, sedangkan warna ungu memiliki panjang gelombang paling kecil, jadi selalu di bagian bawah. Urutannya selalu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Ini disebut spektrum cahaya."
Furqon mengangguk mengerti.
"Wah, jadi pelangi itu seperti kode rahasia dari alam, ya? Allah menciptakan semuanya dengan aturan yang rapi!"
Pak Amran tersenyum bangga melihat pemahaman anak-anaknya.
"Benar sekali, Nak. Ini adalah salah satu bukti kebesaran Allah. Bahkan dalam ilmu fisika sekalipun, semua aturan yang ada di alam semesta ini menunjukkan keagungan-Nya."
Ahmad menatap pelangi yang perlahan mulai memudar dan berkata,
"Subhanallah, ternyata banyak ilmu di balik keindahan pelangi!"
Pak Amran mengangguk.
"Itulah mengapa kita harus selalu belajar dan merenungkan ciptaan Allah. Karena semakin kita belajar, semakin kita menyadari kebesaran-Nya."
Sore itu, sambil menunggu waktu berbuka, mereka semakin memahami bahwa ilmu pengetahuan dan keimanan berjalan beriringan, saling menguatkan satu sama lain.
-Tamat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar