Cerpen Ramadhan Hari Ke-9
ketakketikmusopa.com, Di ruang kuliah kampus STID Al-Biruni Babakan Ciwaringin Cirebon, Pak Dr. Arman, M. Ag seorang dosen senior, sedang menjelaskan materi Sejarah Peradaban Islam. Ia berbicara tentang para penjelajah dunia yang mengukir sejarah dengan perjalanan mereka.
"Christopher Columbus, Ferdinand Magellan, Marco Polo, mereka semua adalah petualang yang menemukan dunia baru pada masanya," jelasnya dengan penuh semangat.
Tiba-tiba, seorang mahasiswa bernama Fachri mengangkat tangan.
"Pak, izin bertanya. Kalau dari kalangan Muslim, siapa saja yang dikenal sebagai penjelajah dunia?"
Pak Arman tersenyum.
"Banyak, Mas. Ada Ibnu Batutah, seorang penjelajah besar dari Maroko. Ada juga Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok yang membawa misi dagang dan dakwah Islam. Bahkan, mereka berdua pernah sampai ke Nusantara."
Para mahasiswa tampak antusias. Pak Arman lalu menjelaskan lebih lanjut tentang perjalanan Ibnu Batutah yang melintasi berbagai peradaban Islam, dari Maghribi (Maroko) Timur Tengah, India, hingga Nusantara.
---
Sepulang dari kampus, Pak Arman berkumpul dengan keluarganya di ruang tamu, sambil menunggu waktu berbuka puasa. Suasana hangat menyelimuti rumah. Tiba-tiba, Ahmad, anak pertamanya yang duduk di kelas XII SMA Islam, bertanya penuh rasa ingin tahu.
"Ayah, di media sosial lagi ramai soal Haji Backpacker. Itu maksudnya apa, yah?"
Pak Arman tersenyum mendengar pertanyaan itu.
"Sepengetahuan ayah, istilah itu merujuk pada perjalanan haji yang dilakukan secara mandiri, tanpa menggunakan biro perjalanan resmi. Orang-orang yang melakukannya biasanya mencari rute yang lebih hemat dan fleksibel," jelasnya.
"Jadi, mereka pergi sendiri tanpa rombongan resmi?" tanya Ahmad lagi.
"Ya, mirip seperti yang dilakukan oleh Ibnu Batutah dulu. Pada usia 21 tahun, ia berangkat haji sendirian pada tahun 1326 M. Setelah berhaji, ia tidak langsung pulang, melainkan melanjutkan perjalanan menjelajahi berbagai negeri Muslim hingga ke Nusantara. Kisah perjalanannya terdokumentasi dalam kitab Rihlah Ibnu Batutah."
"Wow, berarti sudah sejak berabad-abad lalu banyak orang menelusuri dunia beribu-ribu kilometer, ya, Yah," Ahmad terkagum-kagum.
Furqon dan Ismi, adik-adiknya, ikut menyimak dengan saksama.
"Ayah, kalau begitu kenapa sekarang banyak orang yang memilih haji backpacker? Apa kelebihannya?" tanya Ahmad lagi.
Pak Arman menarik napas sejenak lalu menjelaskan,
"Ada beberapa alasan, Nak. Pertama, biaya haji reguler yang mahal dan daftar tunggu yang sangat panjang membuat sebagian orang mencari alternatif lain. Kedua, ada yang ingin merasakan perjalanan spiritual yang lebih mandiri, seperti para pengelana Muslim di masa lalu. Ketiga, ada juga yang menganggap perjalanan haji semacam ini lebih menantang dan bermakna."
"Tapi, Ayah," sela Ismi,
"Bukankah pergi haji harus sesuai aturan? Apakah haji backpacker sah?"
"Itu pertanyaan bagus, Nak. Dalam Islam, yang terpenting adalah rukun dan syarat haji terpenuhi. Namun, pemerintah Arab Saudi kini semakin ketat dalam peraturan visa haji. Jika seseorang masuk dengan visa non-haji lalu tetap menunaikan haji, itu bisa menyalahi aturan negara. Makanya, banyak ulama menganjurkan agar kita berhaji sesuai prosedur yang berlaku," terang Pak Arman dengan bijak.
Ahmad mengangguk-angguk.
"Jadi, intinya kalau bisa daftar haji resmi, itu lebih baik, ya, Yah?"
"Benar sekali. Tapi, jika ada orang yang berangkat dengan cara backpacker, kita tetap harus menghormati niat dan perjuangannya. Selama mereka tetap mengikuti syariat dan tidak melanggar aturan, insyaAllah ibadahnya diterima," jawab Pak Arman.
Suasana ruang tamu menjadi lebih hidup dengan diskusi yang bermanfaat. Adzan maghrib berkumandang, menandakan waktu berbuka telah tiba. Pak Arman tersenyum, bersyukur bisa berbagi ilmu dengan keluarganya.
"Bismillahirrahmanirrahim Nawaitu shauma ghodin 'an adain fardi syahri romadhoni hadihissanati fardlo lillahi ta'ala mari kita berbuka," ajaknya.
Sementara itu, di dalam hati Ahmad tumbuh keinginan kuat untuk suatu hari nanti bisa menapaktilasi jejak para penjelajah Muslim, mengunjungi Baitullah dengan penuh semangat dan makna.
-Tamat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar