Allah SWT Memilihmu

 

Gambar hanyalah pemanis tampilan 

Cerpen Ramadhan Hari Ke-11

ketakketikmustopa.com, Kegiatan diskusi di kampus STID Al-Biruni Cirebon tidak harus formal. Asal sudah kumpul mahasiswa 10 sampai 20 dan bisa dipenuhi oleh mahasiswa seperti siang itu setelah perkuliahan selesai ada seorang dosen yang boleh dikatakan gampang diajak diskusi  sebut saja Dr. Fahmi, M. Pd. diminta mengisi diskusi yang bertajuk "Allah SWT Memilihmu"

Setelah materi selesai, moderator membuka sesi tanya jawab. Beberapa mahasiswa mengangkat tangan dengan penuh semangat. Moderator pun menunjuk seorang mahasiswa itu.

Moderator: 

"Baik, pertanyaan pertama dari saudara Muhammad Fahri, mahasiswa semester tiga. Silakan."

Seorang pemuda berkacamata berdiri langsung bertanya.

"Terima kasih, Pak Fahmi. Saya sangat tertarik dengan materi tadi. Bapak menyebutkan bahwa Allah memilih hamba-hamba-Nya untuk tugas tertentu sesuai dengan hikmah-Nya. Pertanyaan saya, bagaimana cara kita mengetahui bahwa kita telah dipilih oleh Allah untuk suatu amanah besar? Dan bagaimana jika seseorang merasa tidak cukup layak?" Fahri bertanya.

Pak Fahmi tersenyum bijak, lalu mengangguk sebelum menjawab.

"Pertanyaan yang bagus, Fahri. Dalam sejarah Islam, kita melihat bahwa para nabi, ulama, bahkan orang-orang saleh sering kali merasa tidak layak ketika Allah memberikan mereka amanah besar. Nabi Musa merasa dirinya tidak fasih berbicara, Nabi Yunus pernah meninggalkan kaumnya dalam keputusasaan, dan Rasulullah SAW sendiri merasa berat saat pertama kali menerima wahyu. Tetapi, mereka tetap menjalankan amanah itu karena mereka percaya bahwa jika Allah yang memilih, maka Dia juga yang akan menolong.

Allah SWT memilih hamba-Nya bukan karena mereka sempurna, tetapi karena Dia tahu mereka mampu, meskipun mereka sendiri belum menyadarinya. Tanda bahwa seseorang telah dipilih untuk suatu tugas besar bisa kita lihat dari beberapa hal: pertama, Allah memberinya kegelisahan dan dorongan hati untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat; kedua, Allah mempertemukannya dengan orang-orang yang mendukung jalannya; dan ketiga, ada ujian yang menguatkan mental dan spiritualnya. Jadi, jika kamu merasa tidak layak, itu justru bisa menjadi pertanda bahwa kamu harus semakin mendekat kepada Allah, meminta bimbingan-Nya, dan terus berusaha menjadi lebih baik. Sebab, keistimewaan bukanlah milik mereka yang sempurna, tetapi mereka yang mau berjuang."

Ruang diskusi hening sejenak sebelum akhirnya riuh dengan gumaman kagum. Moderator lalu menunjuk seorang mahasiswi yang mengangkat tangan dengan semangat.

Moderator: 

"Berikutnya, Azizah dari semester satu. Silakan."

Seorang gadis berjilbab rapi berdiri, suaranya terdengar bersemangat.

"Terima kasih mas moderator, Pak. Saya Azizah. Tadi Bapak menjelaskan tentang bagaimana Allah memilih hamba-Nya untuk tugas tertentu. Saya ingin bertanya, apakah Allah juga memilih seseorang dalam hal jodoh? Bagaimana kita tahu bahwa seseorang adalah pilihan Allah untuk kita?"

Beberapa peserta tersenyum mendengar pertanyaan ini, tetapi Dr. Dasuki tetap menanggapinya dengan serius.

Dr. Fahmi menjawab: 

"Pertanyaan yang menarik, Azizah. Allah SWT memang telah menetapkan jodoh bagi setiap hamba-Nya, tetapi kita tidak bisa hanya berdiam diri menunggu takdir. Ada tiga cara yang bisa kita jadikan pegangan dalam memahami apakah seseorang adalah pilihan Allah untuk kita.

Pertama, kebaikan akhlaknya. Rasulullah SAW bersabda, jika seseorang datang melamar dengan agama dan akhlak yang baik, maka terimalah jika cocok. Artinya, pilihan Allah akan selalu selaras dengan prinsip-prinsip Islam, bukan hanya perasaan semata.

Kedua, ketenangan hati. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa pasangan yang baik adalah yang membawa ketenangan (sakinah). Jika kehadirannya membuatmu lebih dekat kepada Allah, lebih tenang, dan lebih baik dalam menjalani hidup, maka itu bisa menjadi pertanda.

Ketiga, proses yang diberkahi. Jika hubungan berjalan dengan baik, tanpa harus dipaksakan atau penuh dengan hal-hal yang melanggar syariat, maka itu pertanda Allah merestuinya. Sebaliknya, jika ada banyak rintangan yang membuat kita menjauh dari nilai-nilai Islam, mungkin itu bukan jalan yang terbaik.

Namun, yang terpenting, kita harus selalu berdoa agar Allah memberikan jodoh yang terbaik, bukan sekadar yang kita inginkan. Sebab, pilihan Allah selalu lebih baik dari keinginan kita sendiri."

Azizah mengangguk puas, begitu pula mahasiswa lainnya yang tampak terkesan. Diskusi terus berlangsung dengan berbagai pertanyaan menarik, tetapi satu hal yang pasti: mereka semua menyadari bahwa setiap orang memiliki peran yang telah ditetapkan oleh Allah. Tinggal bagaimana mereka menyambutnya—dengan kesiapan, ketakwaan, dan keyakinan bahwa jika Allah memilih, maka Allah juga akan membimbing.

-Tamat- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar