Gambar hanyalah pemanis tampilan
Cerpen Dakwah
ketakketikmustopa com, Mudi tak pernah menyangka bahwa kehilangan sandal bisa membawanya ke pelaminan.
Semua bermula di suatu siang, setelah salat Dzuhur di masjid kampus. Dengan hati tenang, ia berjalan ke rak sandal, siap kembali ke kelas. Namun, ketenangan itu langsung sirna ketika ia mendapati sesuatu yang mengerikan.
"Sandal gue mana?"
Matanya menelusuri setiap sudut rak, tapi yang tersisa hanya sandal-sandal yang entah kenapa selalu lebih jelek dari miliknya. Ia menelan ludah. Sudah dua semester sandal jepit biru favoritnya setia menemaninya, dan kini lenyap begitu saja.
Ia mulai gelisah. Sandal itu bukan sekadar alas kaki, tapi juga simbol ketahanan hidup anak kos!
"Tega banget siapa yang ngambil?" gumamnya kesal.
Saat sedang menggerutu nasib, seorang gadis berkerudung coklat berkaca mata muncul dengan sepasang sandal di tangannya.
"Maaf, Mas. Ini sandalnya?" tanyanya lembut.
Budi ternganga. Itu benar-benar sandalnya! Hatinya seketika berbunga-bunga.
"Eh, iya! Alhamdulillah! Kok bisa, Mbak?" tanyanya penuh rasa ingin tahu.
Gadis itu tersenyum.
"Tadi ada ibu-ibu tertukar sandal di tempat wudu. Saya bantu ambilkan sebelum kebawa pulang." Kata gadis itu.
Budi memandangi gadis itu, baru menyadari betapa manis senyumnya. Dadanya berdebar aneh.
"Makasih banyak, ya. Kalau nggak ada Mbak, saya mungkin bakal pulang nyeker," katanya sambil cengengesan.
Gadis itu tertawa kecil.
"Sama-sama. Hati-hati ya, Mas, lain kali taruh sandalnya lebih ke dalam." Kata gadis itu.
Sejak saat itu, Budi jadi sering ke masjid kampus. Bukan sekadar untuk ibadah, tapi juga untuk melihat gadis penyelamat sandalnya. Dan benar saja, mereka sering bertemu. Kadang di tempat wudu, kadang di rak sandal, kadang saling menunggu di pintu masjid.
Lambat laun, mereka mulai bertukar cerita, berbagi tawa, dan akhirnya… bertukar perasaan.
Hingga suatu hari, di depan orang tua dan para saksi, Budi mengucapkan ijab kabul dengan lancar.
"Saya terima nikahnya Siti Aisyah binti H. Rahmat dengan maskawin tersebut, tunai!"
Dan di situlah Budi sadar, bahwa kehilangan sandal hari itu adalah awal dari perjalanan menemukan jodohnya.
Sekarang, setiap kali melihat sandal, Budi selalu tersenyum. Karena siapa sangka, sesuatu yang sering dianggap remeh bisa menjadi jalan menuju cinta sejati?
-Tamat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar