Istiqomah Dalam Penantian Cinta

 

Gambar hanya pemanis tampilan

Cerpen Dakwah

ketakketikmustopa.com, Malam semakin larut, namun Aisyah masih duduk di atas sajadahnya, menatap langit-langit kamar dengan mata yang sembab. Perjodohan ini bagaikan jerat yang mengekangnya. Orang tuanya telah memilihkan seorang suami dari kalangan pengusaha kaya raya, pria yang seharusnya menjadi jaminan kebahagiaan. Tapi hatinya telah lama terpaut pada seseorang yang berbeda—Fahmi, kakak tingkatnya di kampus Dakwah STID Al-Biruni yang hidup sederhana, bahkan harus bekerja serabutan sebagai kuli panggul di pasar demi biaya kuliah.

Malam pertama pernikahan terasa asing baginya. Dia menatap suaminya, Reza, yang sedang duduk di sofa kamar pengantin mereka. Dengan keberanian yang tersisa, Aisyah mengajukan syarat, 

“Aku baru akan menjalankan kewajibanku sebagai istri jika kau bisa menghafal surat Al-Ikhlas.”

Reza mengernyit. 

“Cuma itu?” tanyanya meremehkan.

Aisyah mengangguk mantap.

Hari-hari berlalu, Reza mulai berusaha menghafalkan surat pendek itu. Namun entah kenapa, hingga malam kelima, dia masih belum bisabhafal. Kalimat-kalimatnya berputar-putar di kepalanya tanpa bisa tertata.

Di sisi lain, Aisyah terus berkomunikasi diam-diam dengan pacarnya Fahmi lewat WhatsApp. 

“Aku ingin pergi dari sini, bersamamu” tulisnya suatu malam.

Fahmi, meskipun hatinya terluka, tetap mendukungnya. 

“Aku akan membantumu. Tapi pastikan kau siap.” pinta Fahmi.

Akhirnya, pada malam ke-enam, Aisyah mencoba kabur. Namun usahanya gagal karena penjagaan di rumah suaminya sangat ketat. Baru di percobaan kedua, dengan bantuan Fahmi, dia berhasil melarikan diri ke tempat yang tak diketahui keluarga.

Sebulan setelah kepergiannya, berita mengejutkan datang. Reza suaminya itu ditangkap polisi atas kasus penggelapan dana simpan pinjam yang dikelolanya. Kekayaannya ternyata dibangun di atas kecurangan.

Aisyah pulang dengan penuh keberanian dan mengajukan talak cerai. Meski orang tuanya kecewa, mereka tak bisa lagi memaksanya bertahan dalam pernikahan yang telah hancur.

Dua tahun berlalu. Dalam masa penantiannya, Aisyah tetap istiqomah menjaga diri. Sementara itu, Fahmi terus berjuang menyelesaikan kuliahnya di STID Al-Biruni Babakan Ciwaringin Cirebon. Setelah keduanya lulus, mereka menikah dalam kesederhanaan, namun penuh kebahagiaan.

Bersama, mereka membangun usaha dari nol—sebuah perusahaan kargo pengiriman online yang akhirnya sukses besar. Kini, mereka membuktikan bahwa kebahagiaan tidak hanya soal harta, tetapi juga tentang ketulusan, perjuangan, dan keyakinan dalam menanti jodoh yang benar-benar sejalan.

Karena istiqomah dalam cinta yang halal akan selalu berbuah manis di akhirnya.

-Tamat- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar