Cerpen Dakwah
ketakketikmustopa.com, Di Kampus STID Al-Biruni Cirebon, kehidupan mahasiswa selalu penuh warna. Ada yang serius mendalami kitab-kitab klasik, ada yang sibuk berdakwah, dan ada pula yang sibuk… galau. Salah satunya adalah pak dosen Saiful.
Pak Dr. Saiful Anam, MA. nama lengkapnya, bukan sembarang dosen. Ia terkenal sebagai “Dosen Gaul” karena selalu bisa membawakan perkuliahan dengan gaya yang ringan dan humoris. Tapi siapa sangka, di balik senyum lebarnya, ia sedang dilanda kegalauan tingkat tinggi.
"Kapan nikah, pak dosen?"
Pertanyaan itu seperti adzan Subuh yang membangunkannya setiap hari. Dari dosen, hingga ibu kantin, semua seperti berlomba-lomba mengingatkan bahwa dirinya sudah waktunya menikah.
Masalahnya, calon sudah ada, yaitu Ukhti Nur Jamilah, mahasiswi semester akhir yang anggun, lembut, dan rajin ikut kajian. Tapi ada satu kendala besar: ia belum berani melamar.
"Saya ini siapa? Saya cuma dosen baru honor dan tak punya apa-apa"
curhat Pak Dr. Saiful pada sahabatnya, Hamdi.
Hamdi mengangguk serius.
"Betul. Tapi kan Rasulullah juga pernah miskin." Ujar Hamidi.
"Ya, tapi beliau Nabi. Saya ini cuman dosen honorer yang kajiannya sering lebih banyak ketawanya daripada ilmunya!"
Suatu hari, Dr. Saiful memberanikan diri menghadap ke rumah Pak Kyai, ayah Jamilah. Dengan penuh percaya diri (dan keringat dingin), ia duduk di ruang tamu.
Pak Kyai memandangi Saiful dengan tatapan tajam.
"Ananda Saiful, apa niatmu datang ke sini?"
Dengan suara lirih, Saiful menjawab,
"Saya ingin meminang putri Kyai, Jamilah… kalau diizinkan."
Pak Kyai terdiam sejenak. Kemudian, dengan nada penuh kebijaksanaan, ia berkata,
"Bagus niatmu. Tapi aku ingin mengujimu dulu ya."
Saiful meneguk ludah.
"Ujian apa, Kyai?" Tanya Saeful.
Pak Kyai tersenyum.
"Aku akan beri tiga pertanyaan. Jika bisa menjawab, insyaAllah aku restui."
Saiful mengangguk mantap.
"Bismillah, saya siap!"
Pertanyaan pertama:
"Siapa nama lengkap Imam Nawawi?"
Saiful berpikir keras.
"Eh… Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi!"
Pak Kyai mengangguk puas.
"Bagus. Pertanyaan kedua, sebutkan empat mazhab fiqih!"
Saiful langsung menjawab,
"Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali!"
Pak Kyai tersenyum.
"Jawabanmu benar. Sekarang pertanyaan terakhir..."
Saiful menarik napas panjang.
"Mana yang lebih duluan, akad atau walimah?"
Saiful tersenyum lega.
"Jelas akad dulu, Kyai!"
Pak Kyai menghela napas panjang.
"Nah, kalau kamu sudah tahu, kenapa sampai sekarang belum akad juga?"
Saiful langsung terdiam. Hamdi yang ikut menemani malah tertawa terbahak-bahak.
"Dosen Galau kena mental!" bisik Hamdi.
Sejak saat itu, Saiful sadar. Jika niatnya sudah baik, mengapa harus ragu? Dua bulan kemudian, dengan modal keberanian (dan sedikit pinjaman dari Hamdi untuk biaya seserahan), Dr Saiful Anam dan Nur Jamilah pun akhirnya menikah.
Dan seperti biasa, di acara walimah, pertanyaan dari teman-temannya tetap sama.
"Ustaz, kapan punya anak?"
Dr. Saiful Anam, MA hanya bisa pasrah.
"Astaghfirullah… ini baru nikah, Bung!"
Tawa pun pecah, para dosen dan mahasiswa STID Al-Biruni Cirebon yang hadir tertawa di acara walimah.
-Tamat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar