Gambar hanyalah pemanis tampilan
Cerpen Dakwah
ketakketikmustopa.com, Matahari pagi menyorot lembut di halaman Kampus Biru STID Al-Biruni Cirebon, tempat Aisyah dan Vina sering menghabiskan waktu bersama. Dulu, mereka seperti saudara, selalu kompak dalam segala hal—mulai dari tugas kuliah, nongkrong di kafe, hingga memilih pakaian paling trendi. Namun, sejak Aisyah memutuskan berhijrah, hubungan mereka mulai berubah apa lagi sekarang kuliah di Kampus Biru.
Aisyah kini mengenakan hijab dan lebih banyak menghabiskan waktu di masjid dan perpustakaan kampus. Ia tak lagi ikut Vina ke acara-acara sosial yang menurutnya kurang bermanfaat. Perubahan itu membuat Vina kesal.
"Aisyah, kenapa sih kamu jadi berubah begini?" keluh Vina saat mereka duduk di taman kampus. "Kamu jadi kaku, nggak asik lagi. Hijab panjang itu bikin kamu kelihatan tua!"
Aisyah tersenyum, tidak tersinggung.
"Aku cuma ingin menjadi lebih baik, Vin. Dulu aku sering lalai dengan perintah Allah. Aku nggak mau menyesal nanti."
"Tapi kita masih muda, Syah. Hidup itu harus dinikmati!" Vina mencoba meyakinkan.
Aisyah menatap sahabatnya dengan lembut.
"Menikmati hidup bukan berarti melupakan Allah. Justru dengan mendekat kepada-Nya, aku merasa lebih damai." Kata Aisyah.
Namun, Vina tetap tak terima. Ia terus berusaha menggoda Aisyah agar kembali seperti dulu. Beberapa kali ia mengajak Aisyah ke acara pesta atau membelikannya baju tanpa hijab.
"Syah, ini baju bagus banget! Aku beliin buat kamu, ayo kita pakai bareng!" ujar Vina dengan semangat.
Aisyah tersenyum dan menggeleng.
"Terima kasih, Vin. Tapi aku nggak bisa melepas hijabku lagi. Aku sudah berjanji pada Allah."
Vina mendengus kesal.
"Kamu udah nggak peduli lagi sama aku, ya?"
Aisyah menggenggam tangan Vina erat.
"Aku peduli, Vin. Makanya aku ingin kamu juga merasakan ketenangan yang aku rasakan."
---
Beberapa minggu berlalu, Vina mulai menjaga jarak. Ia masih kecewa dengan Aisyah. Namun, di suatu malam, hidupnya berubah drastis.
Hari itu, Vina pulang ke kos dengan wajah pucat. Ia baru saja mengalami kejadian buruk. Saat pulang dari pesta malam, ia hampir menjadi korban pelecehan di jalan. Untungnya, seorang ibu berhijab menolongnya dan memberinya nasihat.
Vina menangis di kamar, hatinya gelisah. Kata-kata ibu itu terngiang di telinganya:
"Nak, kehormatan seorang wanita ada pada penjagaan dirinya. Jangan biarkan dirimu menjadi lemah di hadapan dunia."
Ia tiba-tiba teringat Aisyah. Sahabatnya selalu menjaga dirinya dengan hijab dan prinsip Islamnya. Vina mulai merenung. Mungkinkah selama ini ia yang salah?
---
Keesokan harinya, Vina datang ke kos Aisyah. Matanya sembab, wajahnya penuh penyesalan.
"Aisyah, aku... aku ingin belajar lebih dalam tentang Islam," lirihnya.
Aisyah terkejut, lalu tersenyum hangat. Ia meraih tangan sahabatnya.
"Aku selalu berdoa semoga kamu mendapatkan hidayah, Vin."nucap Aisyah.
Beberapa hari kemudian, Vina mulai mengenakan hijab. Ia tak lagi menganggap hijab sebagai beban, tetapi sebagai cahaya yang melindungi dirinya. Kini, ia dan Aisyah kembali bersahabat, bukan lagi untuk sekadar bersenang-senang, tetapi bersama-sama menuju ridha Allah.
-Tamat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar