Gambar suasana civitas akademik STID Al-Biruni Cirebon asyik santai makan bersama
ketakketikmustopa.com, Suatu sore yang tenang di kampus STID Al-Biruni Babakan Ciwaringin Cirebon, sekelompok civitas akademika berkumpul dalam sebuah acara yang terkesan sangat santai namun penuh makna. Tak ada tema besar yang diusung, tak ada acara formal yang digelar. Hanya sepontanitas, ajakan makan-makan di rumah Pak Dr. Ainun Najib di Kempek, yang kemudian menjadi wadah bagi sebuah obrolan ringan yang penuh hikmah. Inilah salah satu momen langka di kampus, di mana suasana kebersamaan dan kehangatan hadir tanpa dibatasi formalitas.
Gagasan untuk acara ini sesungguhnya datang dari sesepuh sekaligus pembina STID Al-Biruni, KH. Lukman Hakim. Beliau menginginkan sebuah pertemuan yang tak terikat oleh agenda tertentu, hanya sekadar berbincang, bersantai, dan merayakan kebersamaan. Setelah melaksanakan sholat Maghrib, acara pun dimulai dengan penuh keakraban. Husni Mubarok, M. Ag., salah seorang dosen di kampus tersebut, bertindak sebagai pembuka dan moderator acara, dengan mengundang KH. Lukman Hakim untuk mengisi obrolan tersebut.
Kehadiran Kyai Lukman dalam acara ini membawa suasana yang penuh kedamaian. Beliau membuka dengan sebuah kisah inspiratif yang sangat mengena, mengambil teladan dari sosok ibu Nyai Hj. Masturoh, seorang tokoh penting di Babakan Ciwaringin yang dikenal dengan keteladanannya dalam membina umat.
"Ibu Nyai Masturoh sering kali dalam menyatukan ibu-ibu nyai di Babakan, beliau tidak perlu banyak acara atau ritual yang rumit. Cukup dengan memasak dan mengundang makan, itu sudah cukup. Tanpa tahlil, doa, atau bacaan lainnya. Yang penting adalah berkumpul, berbagi, dan menjaga silaturahmi," kata Kyai Lukman.
Cerita sederhana namun penuh makna ini menggambarkan filosofi hidup yang sangat relevan untuk zaman sekarang. Di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk kehidupan, kebersamaan dalam bentuk yang sederhana seperti makan bersama bisa menjadi pengikat yang sangat kuat. Tak perlu banyak kata atau acara besar, yang penting adalah niat tulus untuk saling berbagi dan menjaga hubungan.
"Ibu Nyai Masturoh cukup mengutus santerinya untuk mengundang ibu-ibu nyai yang ada di Babakan hanya untuk makan," lanjut Kyai Lukman, memberikan contoh bagaimana kekuatan kebersamaan bisa tercipta dengan cara yang sangat sederhana.
“Sampai hari ini, belum ada ceritanya bahwa ada ibu nyai pengasuh pesantren Babakan iri karena santerinya sedikit, yang itu kok banyak santerinya. Sampai sekarang tetap rukun, guyub, bersatu”
"Begitu pun dengan acara kita malam ini. Kita di sini hanya untuk makan-makan, berbincang ringan. Segala kepenatan di kampus bisa cair begitu saja dengan cara ini," tambahnya, menyiratkan betapa pentingnya relaksasi dan menjaga keseimbangan hidup.
Di tengah obrolan ringan tersebut, Kyai Lukman juga menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas progres yang dicapai oleh kampus dan dosen-dosennya.
"Pada akhir-akhir ini kita harus banyak bersyukur. Lihatlah, banyak dosen yang sudah mencapai capaian yang luar biasa, ada yang sudah meraih gelar doktor, bahkan ada yang sudah menjadi profesor. Ini adalah suatu prestasi yang patut kita syukuri dan banggakan," ujarnya, memberikan semangat bagi seluruh civitas akademika untuk terus berusaha dan berkontribusi lebih baik lagi.
Tak hanya soal prestasi akademik, dalam kesempatan itu juga diselipkan pembicaraan mengenai kemajuan teknologi, khususnya perkembangan kecerdasan buatan, yang kini semakin berkembang pesat.
"Bahkan ChatGPT pun sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Sebuah kemajuan yang tak bisa dihindari, dan harus kita manfaatkan dengan bijak," kata Kyai Lukman, menandai bahwa meskipun dunia terus berubah, kebijaksanaan dalam menggunakan teknologi tetap menjadi kunci.
Obrolan ringan yang berlangsung malam itu di rumah Pak Dr. Ainun Najib bukan sekadar acara sosial, melainkan juga sebuah refleksi tentang pentingnya menjaga hubungan, baik secara personal maupun profesional, serta terus belajar dari teladan-teladan kehidupan yang ada di sekitar kita. Seperti yang diungkapkan oleh Kyai Lukman, kebersamaan, saling berbagi, dan rasa syukur adalah kunci untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan kampus dan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar