ketakketikmustopa.com, Membaca adalah kegiatan yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Islam memandang membaca sebagai salah satu pintu menuju peradaban yang mulia, dan hal ini tercermin dalam wahyu pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ melalui malaikat Jibril, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5. Ayat ini berbunyi, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." Dari perintah membaca ini, agama Islam menekankan pentingnya menuntut ilmu sebagai bagian dari ibadah yang memiliki dampak luas bagi pembentukan pribadi dan masyarakat yang beradab.
Makna "membaca" dalam ayat tersebut tidak terbatas pada memahami kata-kata tertulis, tetapi juga mengajak manusia untuk merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah di sekelilingnya. Membaca alam semesta, sejarah, peradaban, dan ilmu-ilmu yang ada adalah bentuk ikhtiar untuk memahami lebih dalam kebesaran Allah dan hikmah yang terkandung dalam ciptaan-Nya. Allah memberikan akal sebagai anugerah yang membedakan manusia dengan makhluk lain, menjadikan mereka mampu untuk berpikir, mempelajari, dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Dalam Islam, setiap ilmu yang dipelajari dengan niat yang benar bukan hanya memberikan manfaat duniawi, tetapi juga membawa nilai ukhrawi, menjadi jembatan menuju keridhaan Allah dan bekal untuk kehidupan setelah mati.
Membaca juga berperan besar dalam memperluas wawasan intelektual, membentuk akhlak, dan membangun budaya yang cinta akan ilmu pengetahuan. Rasulullah ﷺ menyebutkan dalam salah satu hadits, "Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga." Dengan demikian, membaca dan menuntut ilmu merupakan aktivitas yang dimuliakan dan menjadi bagian dari kewajiban seorang Muslim. Perintah membaca ini menunjukkan bahwa Islam bukanlah agama yang mendorong kepasifan atau ketergantungan, tetapi mendorong umatnya untuk aktif mengembangkan pemikiran, mencari solusi atas masalah-masalah umat, dan menyebarkan kebaikan melalui ilmu.
Dalam perspektif sejarah, kaum Muslim pada masa awal Islam sangat memahami urgensi membaca dan menuntut ilmu. Hal ini terlihat dari kejayaan peradaban Islam yang berpusat di kota-kota seperti Baghdad, Cordoba, dan Kairo, di mana para ilmuwan Muslim mendalami berbagai bidang ilmu, mulai dari ilmu agama, kedokteran, astronomi, matematika, hingga filsafat. Kecintaan terhadap ilmu ini menjadi fondasi bagi perkembangan peradaban yang unggul, penuh toleransi, dan memberi kontribusi nyata bagi dunia hingga sekarang. Para cendekiawan Muslim seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan Ibnu Khaldun, semuanya adalah contoh teladan dalam mempraktikkan semangat membaca dan meneliti dengan penuh keimanan. Mereka mempersembahkan ilmu yang bermanfaat dan menjadi rujukan bagi generasi setelahnya, baik di dunia Islam maupun Barat.
Lebih dari sekadar aktivitas intelektual, membaca dalam Islam juga mengandung dimensi spiritual yang mendalam. Al-Quran dan hadits adalah sumber utama yang menjadi panduan bagi seorang Muslim, yang jika dibaca dan direnungkan akan membawa ketenangan jiwa, bimbingan moral, serta petunjuk yang mampu mengarahkan kehidupan pada jalan yang lurus. Al-Quran, yang diturunkan dalam bahasa Arab dengan keindahan dan kejelasan bahasa, mengandung ilmu-ilmu kehidupan yang relevan sepanjang zaman. Dengan membaca dan memahami makna Al-Quran, seorang Muslim tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga memperbaiki amalannya, memperkokoh iman, dan memperoleh panduan dalam menjalani kehidupan.
Selain itu, membaca juga diyakini sebagai salah satu sarana untuk membangun masyarakat yang damai dan beradab. Dengan wawasan yang luas, seseorang akan lebih terbuka terhadap perbedaan, lebih mampu berpikir kritis, dan lebih bijak dalam menyikapi berbagai situasi. Kegiatan membaca dapat mendorong seseorang untuk meneliti lebih dalam dan menghindari sikap fanatik yang sempit. Islam mengajarkan bahwa kebodohan adalah salah satu penyebab kehancuran suatu kaum, sebagaimana disampaikan dalam banyak hadits dan ayat-ayat Al-Quran. Oleh karena itu, seorang Muslim yang membaca akan terus memperkaya dirinya, tidak mudah terjebak dalam kabar-kabar yang menyesatkan, dan mampu membedakan mana yang hak dan mana yang batil.
Dalam dunia yang semakin modern, membaca tetap menjadi aktivitas yang relevan dan sangat dianjurkan. Membaca tidak hanya membawa kebaikan bagi diri sendiri, tetapi juga bagi keluarga, masyarakat, dan umat. Seorang Muslim yang rajin membaca dan memahami berbagai ilmu akan mampu memberi manfaat bagi lingkungan sekitarnya, menjadi sumber inspirasi, dan menjadi agen perubahan yang positif. Dengan demikian, perintah membaca yang diajarkan dalam Islam adalah perintah yang bertujuan untuk membangun manusia yang seimbang antara intelektual dan spiritual, menjadikan mereka insan kamil yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia.
Membaca adalah
investasi jangka panjang, baik di dunia maupun akhirat. Inilah sebabnya, Islam
memandang aktivitas membaca sebagai salah satu pintu menuju keberkahan yang
tidak terhingga. Dalam setiap bacaan yang mengandung hikmah dan pelajaran, ada
nilai yang mengangkat derajat manusia di sisi Allah. Islam sebagai agama yang
sempurna senantiasa mendorong umatnya untuk membaca, belajar, dan mengamalkan
ilmu sebagai bentuk ibadah yang menyeluruh.
Buku ini adalah kumpulan pengalaman dari puluhan para penulis yang berhasil membentuk kebiasaan membaca meskpun di tengah berbagai kesulitan. Banyak yang merasakan keajaiban dari kebiasaan membaca. Buku ini membuka cakrawala, memicu inspirasi, dan membawa perubahan dalam hidup seseorang.
Wallohu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar