Gambar hanyalah ilustrasi, diambil dari Freepik
ketakketikmustopa.com, Nothing Last Forever kalau diterjemahkan kurang lebihnya "Tidak Ada Yang Abadi" . Segala sesuatu yang ada di bumi ini tidak akan selamanya pasti akan mengalami sirna. Begitu juga kita sebagai manusia biasa pasti akan mengalami tiada dan berpisah. Perpisahan hendaklah meniadi sebuah pelajaran yang berharga bukan tangisan dan kesedihan.
Nabi Besar Muhammad SAW adalah Rasul terakhir sebagai penyempurna agama-agama samawi sebelumnya. Kanjeng Nabi adalah satu-satunya manusia yang diutus oleh Allah SWT dengan kesempurnaan akhlaknya. Pada saat Nabi telah menunjukan tanda-tanda perpisahan ketika beliau sedang melaksanakan Haji Wada’.
Kata "Wada" sendiri berasal dari bahasa Arab yang artinya perpisahan. Disebut demikian karena ibadah haji ini merupakan ibadah pertama sekaligus terakhir Nabi Muhammad SAW sebelum beliau wafat. Peristiwa Haji Wada’ tidak saja menjadi momen bahagia umat Muslim karena dikenal sebagai simbol prestasi dakwah Rasulullah saw yang ditandai dengan animo masyarakat Arab untuk menjadi mualaf, tetapi juga sekaligus hari duka karena menjadi pertanda usia Nabi tidak lama lagi berdasarkan gelagat yang ditangkap sejumlah sahabat.
Yang ikut haji wada’ pada saat itu sekitar 90.000 jamaah haji, mereka sengaja datang ke kota Madinah karena Rasulullah mengumumkan niatnya akan melaksanakan haji yang mabrur karena Rasulullah SAW mengumumkan niatnya untuk melakukan haji yang mabrur. (dikutip dari buku Dua Pedang Pembela Nabi SAW oleh Rizem Aizid).
Dalam perjalanan menuju ke Mekkah, tidak sedikit kaum muslim yang bergabung. Total jamaah haji yang mengikuti Haji Wada mencapai 114.000 orang. Disebutkan bahwa sebelum berangkat, Rasulullah mempercayakan pemerintahan kota Madinah kepada Abu Dujanah As-Sa'idi. Ada pula yang mengatakan kepada Siba' bin Urfujah Al-Ghifari.
Nabi memasuki kota Makkah pada hari Senin, 4 Dzulqa’dah tahun 10 H dengan menghabiskan perjalanan selama delapan hari. Waktu tempuh perjalanan yang lebih lama dari biasanya ini menggambarkan betapa Rasulullah menikmati proses ibadah tersebut. Mengingat ini adalah momen haji pertama sekaligus terakhir baginya sebagaimana dituturkan sebagian sejarawan. (Ibnul Atsir, Al-Kâmil fit Târîkh, 2010: juz 2, h. 170)
Momen Haji Wada’ ini juga menunjukkan animo manusia untuk memeluk agama Islam begitu besar. Syekh Mushtafa as-Siba’i dalam As-Sîrah an-Nabawiyah Durus wa ‘Ibar saja melaporkan sebanyak 114.00 umat Muslim dari Jazirah Arab dan sekitarnya turut serta menunaikan rukun Islam yang kelima itu. Sementara Safyurrahman al-Mubarakfuri dalam Ar-Raḫîqul Makhtûm melaporkan jumlah jamaah haji sebanyak 124.000 atau 140.000.
Di tengah lautan umat Muslim itulah kemudian Rasulullah menyampaikan pidato yang cukup mengharukan. Pesan-pesannya mengisyaratkan bahwa usia beliau tidak lama lagi. Berikut adalah potongan pembuka pesan yang beliau sampaikan saat itu,
Artinya, “Wahai sekalian manusia, dengarkanlah perkataanku! Aku belum tahun secara pasti, boleh jadi aku tidak akan bertemu kalian lagi setelah tahun ini dengan keadaan seperti ini.”
Belum lagi setelah pidato selesai turun ayat Al-Qur’an yang semakin memperkuat bahwa tidak lama lagi Nabi akan tutup usia.
Artinya, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Maidah [5]: 3)
Ayat ini menjelaskan bahwa ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah telah tuntas dan sudah sempurna. Dengan demikian misi risalah Nabi juga telah rampung. Artinya, tidak lama lagi Nabi akan tutup usia.
Setelah
melakukan Haji Wada, kesehatan Nabi Muhammad berangsur-angsur menurun. Nabi
Muhammad meninggal hanya beberapa bulan setelah Haji Wada, yakni pada 12 Rabiul
Awal tahun 11 Hijriah atau 8 Juni 632 Masehi.
Wallohu
a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar