Batal Berangkat Haji, Tapi Dapat Predikat Haji Mabrur (Bagian 2)

 


ketakketikmustopa.com,  Tidak ada satupun umat Islam yang berkeinginan berangkat haji ke Makah menunaikan rukun Islam ke-5 tiba-tiba batal atau tidak jadi  berangkat karena. Berkunjung ke Baitullah adalah cita-cita semua orang sekaligus ziarah ke makam Rasulullah mengerjakan napak tilas situs sejarah Islam lainnya.

Pada tulisan bagian ke-2 kali ini menceritakan kisah perjalanan ibadah haji sang Waliyullah Sunan Kalijaga tapi tiba-tiba mengurungkan diri atau membatalkan perjalanan ibadah haji karena dapat perintah dari Sunan Maulana Maghribi.

Secara kebetulan saat penuls sedang mengerjakan  tulisan  ini bersamaan pula dengan sedang diputar film “Sunan Kalijaga” di MNC TV. Dalam film itu Sunan Kalijaga atau Raden Mas Sahid putera sulung Tumenggung Wilarikta dibawah kerajaan Majapahit yang berkuasa di wilayah Tuban. Melihat di sekelilingnya rakyat kelaparan, perampokan di mana-mana. Ia merasa sangat perihatin tergugah untuk membantu dan menolong.

Sunan Kalijaga Batal Pergi Haji

Alkisah, suatu ketika Sunan Kalijaga sudah berada di Malaka atau Aceh sekarang. Ia berniat menjalankan ibadah haji. namun, seorang ulama sekaligus waliullah pada saat itu yaitu Maulana Maghribi meminta Sunan Kalijaga untuk kembali ke tanah Jawa. Maulana Maghribi bukan tanpa alasan kenapa ia melarang melanjutkan perjalanan haji dan memerintahkan kembali ke Jawa.

Karena kalau Sunan Kalijaga tetap terus melanjutkan perjalanan haji maka masyarakat penduduk Jawa dipastikan akan kembali ke agama semula, karena pada saat itu kerajaan Demak dalam kondisi masih transisi dari runtuhnya kerajaan Majapahit menyebabkan kekacauan dan kerusuhan di mana-mana. Lebih dari itu, Maulana Maghribi juga berkata kepada Sunan Kalijaga kalau Ka’bah yang asli itu ada di dalam hati diri sendiri. Sementara, Ka’bah yang ada di Makkah itu hanyalah ‘batu peninggalan Nabi Ibrahim.’ Dengan demikian, ibadah haji buka hanya sekedar perjalanan fisik ke Makkah. Akan tetapi, ibadah haji adalah ibadah metafisik-spiritual, setiap saat menghadirkan Allah di dalam hati.

seseorang akan sampai di Makah manakala mereka sanggup menjalani kematian dalam kehidupan atau yang disebut “Mati Sajeroning Urip” dan bisa membebaskan diri dari belenggu keduniawian dan belenggu hawa nafsu angkara mungkar. Sebagaimana ditulis “Suluk Wijil” dalam buku Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat.

Yang  melarang Sunan Kalijaga berangkat haji selain  Maulana Maghribi adalah Nabi Khidir AS ketika itu Sunan Kalijaga sudah berada di tengah laut menuju Makah, tiba-tiba Nabi Khidir As menghentikannya dan memberi nasihat agar tidak usah melanjutkan perjalanan haji. Segera saja Nabi Khidir as. memberikan nasihat kepada Sunan Kalijaga agar tidak usah melanjutkan perjalanannya ke Makkah jika tidak mengetahui apa yang akan dilaksanakannya selama tinggal di sana.

Kisah Sunan Kalijaga di atas memberikan banyak pengajaran bagi kita. Salah satunya adalah lebih memprioritaskan problematika umat. Sunan Kalijaga dilarang berhaji karena pada saat itu iman masyarakat Jawa –yang menjadi medan dakwah Sunan Kalijaga- masih rapuh.

Tampak ironi mana kala kita menyaksikan mereka yang memaksakan diri haji dan umrah berkali-kali sementara tetangga dan saudaranya masih dalam kelaparan dan  keterbelakangan ekonomi. Bukankah ada banyak cerita yang mengisahkan bahwa seseorang mendapat status haji mabrur meski tidak menjalankan ibadah haji di Makkah seperti dalam tulisan kemarin.

Wallohu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar