ketakketikmustopa.com, Tidak ada satupun umat Islam yang berkeinginan berangkat haji ke Makah menunaikan rukun Islam ke-5 tiba-tiba batal atau tidak jadi berangkat karena. Berkunjung ke Baitullah adalah cita-cita semua orang sekaligus ziarah ke makam Rasulullah mengerjakan napak tilas situs sejarah Islam lainnya.
Pada tulisan bagian ke-2 kali ini menceritakan kisah perjalanan ibadah haji sang Waliyullah Sunan Kalijaga tapi tiba-tiba mengurungkan diri atau membatalkan perjalanan ibadah haji karena dapat perintah dari Sunan Maulana Maghribi.
Secara kebetulan saat penuls sedang mengerjakan tulisan ini bersamaan pula dengan sedang diputar film “Sunan Kalijaga” di MNC TV. Dalam film itu Sunan Kalijaga atau Raden Mas Sahid putera sulung Tumenggung Wilarikta dibawah kerajaan Majapahit yang berkuasa di wilayah Tuban. Melihat di sekelilingnya rakyat kelaparan, perampokan di mana-mana. Ia merasa sangat perihatin tergugah untuk membantu dan menolong.
Sunan Kalijaga Batal Pergi Haji
Alkisah,
suatu ketika Sunan Kalijaga sudah berada di Malaka atau Aceh sekarang. Ia
berniat menjalankan ibadah haji. namun, seorang ulama sekaligus waliullah pada
saat itu yaitu Maulana Maghribi meminta Sunan Kalijaga untuk kembali ke tanah
Jawa. Maulana Maghribi bukan tanpa alasan kenapa ia melarang melanjutkan
perjalanan haji dan memerintahkan kembali ke Jawa.
Karena kalau Sunan Kalijaga tetap terus melanjutkan perjalanan haji maka
masyarakat penduduk Jawa dipastikan akan kembali ke agama semula, karena pada
saat itu kerajaan Demak dalam kondisi masih transisi dari runtuhnya kerajaan
Majapahit menyebabkan kekacauan dan kerusuhan di mana-mana. Lebih dari itu,
Maulana Maghribi juga berkata kepada Sunan Kalijaga kalau Ka’bah yang asli itu
ada di dalam hati diri sendiri. Sementara, Ka’bah yang ada di Makkah itu
hanyalah ‘batu peninggalan Nabi Ibrahim.’ Dengan demikian, ibadah haji buka
hanya sekedar perjalanan fisik ke Makkah. Akan tetapi, ibadah haji adalah
ibadah metafisik-spiritual, setiap saat menghadirkan Allah di dalam hati.
seseorang akan sampai di Makah manakala mereka sanggup menjalani kematian dalam
kehidupan atau yang disebut “Mati Sajeroning Urip” dan bisa membebaskan diri
dari belenggu keduniawian dan belenggu hawa nafsu angkara mungkar. Sebagaimana
ditulis “Suluk Wijil” dalam buku Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat.
Yang melarang Sunan Kalijaga berangkat haji selain Maulana Maghribi adalah Nabi Khidir AS ketika itu Sunan Kalijaga sudah berada di tengah laut menuju Makah, tiba-tiba Nabi Khidir As menghentikannya dan memberi nasihat agar tidak usah melanjutkan perjalanan haji. Segera saja Nabi Khidir as. memberikan nasihat kepada Sunan Kalijaga agar tidak usah melanjutkan perjalanannya ke Makkah jika tidak mengetahui apa yang akan dilaksanakannya selama tinggal di sana.
Kisah Sunan
Kalijaga di atas memberikan banyak pengajaran bagi kita. Salah satunya adalah
lebih memprioritaskan problematika umat. Sunan Kalijaga dilarang berhaji karena
pada saat itu iman masyarakat Jawa –yang menjadi medan dakwah Sunan Kalijaga-
masih rapuh.
Tampak ironi mana kala kita menyaksikan mereka yang memaksakan diri haji dan
umrah berkali-kali sementara tetangga dan saudaranya masih dalam kelaparan dan keterbelakangan ekonomi. Bukankah ada banyak
cerita yang mengisahkan bahwa seseorang mendapat status haji mabrur meski tidak
menjalankan ibadah haji di Makkah seperti dalam tulisan kemarin.
Wallohu
a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar