Gambar : foto para pemuda kampung Parenca Desa Ciuyah Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon mengisi Munggahan dengan membagi-bagikan bantuan ke warga korban banjir
ketakketikmustopa.com, Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke memiliki keaneka ragaman suku, bangsa, agama, budaya dan lain-lain. Dengan demikian Indonesia memiliki adat istiadat yang beragam pula di setiap masing-masing daerahnya.
Beberapa hari menjelang memasuki bulan suci ada sebuah tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat kita, yaitu tradisi munggahan. Munggahan kalau diartikan secara bahasa yaitu naik atau meningkat sedangkan kalau diartikan secara istilah Munggahan adalah perjalanan manusia menuju kebiasaan di luar keseharian.
Ada juga yang berpendapat bahwa Munggahan dimaknai dengan persiapan seorang muslim untuk mensucikan dirinya selama bulan Ramadan. Tradisi seperti munggahan ini biasanya diisi dengan silaturahmi, makan bersama, makan enak, jalan-jalan, ziarah kubur, bersedekah, dan lain-lain.
Berbeda munggahan di tahun ini, di saat jelang datangnya bulan suci Ramadan bencana banjir datang melanda Kabupaten Cirebon Wilayah Timur atau daerah yang sering kita dengar dengan istilah Cirtim.
Dari pantauan penulis di lokasi banjir ada kurang lebih 36 desa dan 9 kecamatan yang terdampak banjir di Cirebon Timur akibat luapan sungai Cisanggarung dan sungai Ciberes. Sungai Cisanggarung merupakan sungai besar perbatasan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang kalau dilihat senderannya sangat rendah kurang tinggi, sehingga kalau mendapatkan limpahan air dari Kabupaten Kuningan bisa mengakibatkan banjir.
Sungai yang kedua yaitu sungai yang memanjang dengan titik pangkal Jembatan Bendungan Surakatiga yang ada di Desa Ciuyah Kecamatan Waled, sungai ini memanjang melewati Desa Ciuyah, Ambit, Gunungsari, Mekarsari, Karangsari hingga desa-desa yang ada di bibir pantai laut yaitu Kecamatan Gebang. Tidak pelak lagi mana kala hujan deras air melimpah sudah bisa dipastikan di Desa Ciuyah, Ambit, Gunungsari, Mekarsari langganan banjir tiap tahunannya.
Relawan Kampung Parenca
Ada sekelompok anak pemuda dengan sukarela menampung dan mendistribusikan langsung bantuan kepada para korban bencana banjir. Kelompok parapemuda kampung Parenca ini tidak menunggu komando dan instruksi dari pemerintah tapi langsung dapat langsung membagikan.
Persoalan ini yang kadang silang pendapat di kalangan masyarakat di satu sisi dan di satu sisi lainnya sangat membantu masyarakat dengan cepat dan sigap, sementara kalau bantuan lewat pemerintah baik itu pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten sangat administratif, harus di data dulu bantuannya dari mana, korbannya ada berapa, nunggu instruksi dari atasan, bantuan tidak cepat datang.
Relawan Kampung Parenca hanya membuka pamplet di medsos dengen menyertakan nomor rekening setelah itu langsung mendistribusikan kepada para korban yang membutuhkan. Diantara bantuan yang melalui Relawan Kampung Parenca: beras, sembako, sepatu dan pakaian, air bersih, buku tulis dan alat belajar.
Ketua Relawan Kampung Parenca Nhidudin saat dihubungi ketakketikmustopa.com mengatakan, "Hendaknya kita dalam menyambut bulan suci ini dengan penuh rasa syukur srta mempersiapkan diri beribadah penuh selama ramadan khususnya ibadah puasa. Oleh karenanya bagi seluruh umat Islam yang sekarang sedang dilanda musibah agar tetap sabar, tabah"
Pantauan ketakketikmustopa.com di lokasi pasca banjir melihat warga masyarakat yang dilanda banjir tetap semangat, mengingat bulan Ramadan merupakan momen bagi kita untuk mempererat tali persaudaraan, mendorong semangat kebersamaan. Ini mungkin yang disebut munggahan dalam situasi pasca banjir.
Munggahan kali ini tidak harus menunjukan dengan makan enak, atau jalan-jalan bersama keluarga ke tempat yang sangat eksotis. Cukup dengan menyisihkan sebahagian kecil harta yang kita miliki untuk membanntu saudara-saudara kita yang terkena musibah banjir.
Wallohu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar