Kuserahkan Cinta Suciku pada Kawan Sejatiku

Gambar ilustrasi diambil dari preefik

Kisah Cinta Salman Al-Farisi

ketakketikmustopa.com, Ada yang pernah pacaran ga? atau pernah punya kisah cinta tapi penuh duka dan dusta  karena cintanya tertolak atau mungkin sebaliknya pacaran yang tulus dan saling mencintai.menerima apa adanya berjalan kemana-mana berdua.

Saat seorang cowok mencintai seorang cewek so pasti si cowok ingin dicintai olehnya, ini yang diinginkan oleh setiap cowok. Bisa menjalani kehidupan dengan hadirnya perasaan saling cinta satu sama lain adalah sebuah anugerah tak ternilai dan merupakan keindahan tersendiri bagaikan taman bunga yang berseri-seri hingga susah untuk diungkapkan dengan kata-kata. Tidak rela bagi  seorang cowok di dunia ini saat mencintai pujaannya lantas cintanya bertepuk sebelah tangan. Dia punya prinsip "Karena cinta seharusnya menguatkan bukan melemahkan."

Tapi, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam dunia nyata banyak cinta yang dialaminya bertepuk sebelah tangan. Buku novel "Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai"  karya Marah Rusli yang menceritakan kasih tak sampai atau cinta bertepuk sebelah tangan bisa bikin baper.

Edisi Ramadan kali ini ingin mengangkat kisah cintanya Salman Al-Farisi yang tak tersampaikan karena wanita yang dicintainya malah memilih Abu Darda sahabatnya.

Anak manusia yang sedang dimabuk cinta hanya ada dua pilihan yang akan dia dapati, yaitu bahagia atau kecewa. Atau seseorang harus menghadapi kenyataan pahit bahwa orang yang dicintainya memilih teman sendiri seperti kisah yang akan diceritakan, kisah yang sudah terjadi 1400 tahun yang lalu karena ini terjadi pada masa sahabat Rasulullah Saw. yaitu Salman Al-Frisi.

Kisah ini diambil dari Kitab Shifat Al- Shofwah karya Ibnu Al-Jauzi.  Salman alfarizi adalah seorang mantan budak dari Isfahan Persia. Kisah cinta Salman terjadi di Madinah setelah dia menjadi muslim dan jadi sahabat dekat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau diam-diam menaruh hati kepada seorang gadis Anshor.

Maka untuk menyempurnakan sunnah Rasulullah Salman bertekad untuk melamar gadis pujaannya tersebut. Namun dia tidak berani melamarnya, karena dia seorang imigran sehingga merasa asing dengan tempat tinggalnya sekarang yaitu Madinah. Bagaimana cara melamar dan adat atau tradisi mengkhitbah wanita di Madinah.

Kemudian Salman Al-Farisi mendatangi sahabatnya yang merupakan penduduk asli Madinah yaitu Abu Darda’. Dia bermaksud meminta bantuannya untuk mengakhitbah wanita pujaannya tersebut. Mendengar rencana Salman tersebut, Abu Darda’ sangat sangat girang, ”subhanallah wal hamdulillah.”  Dia memeluk Salman dan bersedia membantu dan mendukung.

Setelah beberapa beberapa hari mempersiapkan segala sesuatunya, Salman Al-Farisi pun mendatangi rumah wanita tersebut dengan didampingi oleh Abu Darda’. Setibanya dirumah itu keduanya diterima dengan baik oleh tuan rumah.

“Saya adalah Abu Darda’ dan ini adalah sahabat saya dari Persia Salman Al-Farisi. Allah telah memuliakan Salman dengan Islam. Salman juga telah memuliakan Islam dengan jihad dan amalannya. Dia memiliki hubungan dekat dengan Rasulullah SAW, bahkan beliau telah menganggap Salman sebagai Ahlul Bait atau keluarganya. Saya mewakili saudara saya

Salman Al-Farisi untuk melamar Putri anda,” kata Abu Darda’ kepada ayah wanita tersebut untuk menjelaskan maksud kedatangannya.

Mendengarnya si tuan rumah merasa terhormat. Kedatangan dua orang sahabat dekat Rasulullah dan salah satunya bermaksud melamar putrinya.

“Sebuah kehormatan bagi kami menerima kedatangan sahabat Rasulullah dan sebuah kehormatan bagi keluarga kami jika mempunyai menantu dari kalangan sahabat Rasulullah,” Ujar ayah si wanita

Meskipun yang datang adalah seorang ayah tetap meminta persetujuan sang Putri.

“Jawaban lamaran ini menjadi hak putri kami sepenuhnya. Oleh karena itu kami serahkan sepenuhnya kepada putri kami,” ujarnya kepada Abu Darda’ dan Salman Alfarizi.

Sang ayah memberikan isyarat kepada putri dan ibunya dari balik hijabnya. Mewakili sang Putri ibunya pun berkata,

“Mohon maaf kami perlu berterus terang. Putri kami menolak lamaran Salman.”

Jawaban itu tentu saja menghancurkan hati Salman tetapi beliau tetap tenang. Tak sampai di situ ibundanya pun melanjutkan jawabannya,

”Karena kalian berdualah datang dan mengharapkan ridho Allah, Saya akan menyampaikan bahwa putri saya akan menjawab iya apabila Abu Darda’ punya keinginan yang sama dengan Salman.”

Kalau pria pada umumnya pastilah hatinya hancur berkeping-keping,dan patah hati yang amat sangat. Bagaimana tidak, wanita yang dilamarnya malah memilih sahabatnya sendiri, yang menemani datang melamar. Tetapi Salman adalah pria yang saleh, dari kalangan sahabat Rosululloh. Dengan ketegaran hati Salman menjawab dengan girang,

”Allohu Akbar,”

Siapa sangka dalam keadaan patah hati Salman tidak membenci sahabatnya. Dia justru turut berbahagia. Perasaan tegar dan ikhlas menghantarkan Salman untuk melepaskan harapannya ,

”Semua mahar dan nafkah yang telah aku persiapkan ini aku serahkan kepada Abu Darda’ dan aku sendiri yang akan menjadi saksi pernikahan mereka.”

Begitu besar dan mulianya hati Salman Al-Farisi, meski kisah cintanya tidak seperti yang dia inginkan. Dia sadar bahwa cintanya kepada manusia tidak boleh melemahkan imannya kepada Alloh SWT.

Salman tahu artinya persahabatan sejati. Tidak ada sedikitpun rasa benci di dalam hatinya kepada Abu Darda’, justru dia berbahagia saat sahabatnya itu berbahagia. Apalagi Rosululloh yang membuat ikatan persaudaraan antara keduanya.

Maka benar sabda Rasulullah,

”Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya sampai ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri,” ( HR Bukhari).

Itulah kisah cinta Salman Al Farisi, dari beliau kita belajar tentang keikhlasan dan arti persahabatan sejati yang didasari dengan iman.


Wallohu a’lam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar