ketakketikmustopa.com, Isra Mi’raz menjadi peristiwa yang sangat luar biasa dan sangat sulit dinalar oleh logika kebanyakan orang pada saat itu tidak percaya karena perjalanan Rasulullah yang sangat jauh dari Masjidil Haram di Makah ke Masjidil Aqsha di Palestina hanya dalam satu malam bahkan bertemu dengan Allah SWT. Tentunya, jika tidak memiliki iman yang kuat sangat sulit bagi seseorang mempercayai peristiwa yang dianggap sebagai salah satu mukjizat Rasulullah itu.
Orang yang imannya tekstual, atau kalau imannya empiris yang hanya menggunakan dalil-dalil yang nyata sampai kapanpun tidak akan percaya karena buktinya tidak ada, Kalau kita memperingati Maulid Nabi misalkan itu kan gampang mempercayainya karena bayinya ada, tanggal kelahirannya juga ada, tempat kelahiran ada.
Waktu itu ayat Al-Quran tentang peristiwa Isra Mi’raz belum turun, hampir sesuatu yang waktu itu sangat susah untuk dimengerti, secara letak geografis sangat sulit untuk dijelaskan Masjidil Haram itu di Makkah dan Masjidil Aqsha itu di Palestina sangat jauh jaraknya kok cuma satu malam. Secara Sosio Geografis sangat susah untuk dijelaskan karena pada saat kendaraan tercepat baru kuda.
Memahami peristiwa Isra Mi’raz bukan memahami teks bukan memahami fakta empiris, Isra Mi’eaz ini benar-benar memahami bathin keimanan kita. Ketika itu Rasulullah menjelaskan kepada sahabat tidak ada yang percaya, yang percaya hanya 2 sahabat saja, Sayidina Ali dan Sayidina Abu Bakar itu pun karena dapat kalau dalam bahasa kita sekarang Share it, pengalaman ruh Rasulullah di share it, yang lainnya harus memahami secara rasional.
Rasulullah
ditanya setelah peristiwa Isra Mi’raz
oleh sahabat-sahabatnya, ada berapa
tiang Masjidil Aqsha lalu Allah memanggilkan malaikat Jibril untuk menghadirkan
gambaran Masjidil Aqsha kalau sekarang mungkin namanya live streaming peristiwa
di sana bisa dilihat di sini. Para ulama dahulu menjelaskan gambaran peristiwa
itu malaikat jibril menghadirkan Masjidil Aqsha dengan membawa cermin.
Ketika Rasulullah naik ke langit ditunjukan program dunia namanya Lauhil Mahfudz. Dan Lauhil Mahfudz kalau sekarang namanya Hardist tempat menyimpan data yang berisi program-program dunia yang akan datang, kepercayaan di orang-orang Yahudi dan Nasrani menyebutnya "Tabut Sulaiman", dan kepercayaan di orang-orang Yunani menyebutnya dengan "Kotak Pandora". Di situlah Rasulullah ditunjukan Lauhil Mahfudz.
Manusia dikasih kartu Chif yang terhubung ke Lauhil Mahfudz namanya ruh, ketika ruh itu turun dimasukan ke tubuh manusia, dan ruh itu sudah ada programnya yaitu usianya, rizkinya, jodohnya, meninggalnya, anaknya dan lain-lain.
Ruh itu terhubung namanya silaturahmi, saling maaf-maafan, saling kirim doa, kirim fatihah. Kalau kita punya hardist dengan kekuatan hardist hanya 1 GB diisi 10 GB pasti ngehang, kalau kita tidak punya kuota kita bisa tetringan pinjam wifi orang namanya "Tawasul", seperti ketika kita tidak mampu atau tidak punya kekuatan maka bisa pinjam pakai "Ila hadrotin Nabiyil Musthofa.. " sampai "Ila hadrotil para wali".
Kenapa para Nabi dan wali-wali besar paket kuotanya itu karena langsung download ke langit. Makanya dulu ada orang tidak percaya doa kok bisa dibagi, sekarang mudah digambarkan dengan teknologi baru kita tidak perlu ke mana-mana cukup diam di rumah saja, tidak perlu lihat tinjunya Mike Tyson, tidak perlu ke Eropa lihat sepak bola Liverpool cukup lihat siaran langsung di depan tv-nya masing-masing.
Kalau
hari ini ada orang tidak percaya bahwa doa itu bisa dibagi bisa dipastikan
orang itu tidak punya tv, hari ini bisa dibuktikan dengan kecanggihan teknologi
seperti pekerjaan kita hari ini bisa terekam dan bisa diprint hasil
pekerjaannya. Dalam Islam dijelaskan bahwa besok kita akan dapat buku catatan, dimaksud
perjalanan hidup kita di dunia nanti diprint-an oleh Allah kita tidak bisa
mengelak. Sekarang teknologi tv sudah tergantikan lagi dengan kecanggihan
teknologi Android. Makanya malaikat kalau mau mencabut nyawa pun tidak
mengalami kesulitan tinggal dibuka GPS-nya saja pasti ketemu. Orang-orang dulu
Acapkali orang mempertanyakan kebenaran Islam lewat perspektif keilmuan, sementara metode keilmuan selama ini yang dipakai adalah metode keilmuan Barat yang sekuler. Inilah yang seringkali menimbulkan bias. Jika orang hendak melihat Islam secara ilmiah, maka perspektifnya harus dibangun dari perspektif keilmuan Islam. Bagaimana pendekatan studi Islam?
Dalam studi Islam dapat digunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan rasional-spikulatif-idealistik dan pendekatan rasional-empirik. Pendekatan pertama adalah pendekatan filosofis, yaitu pendekatan yang digunakan terhadap teks-teks yang terkait dengan masalah yang bersifat metafisik, termasuk dalam hal ini adalah perisatiwa mi’raj nabi Muhammad saw. dari Masjidil Aqsha ke Sidrat al-Muntaha yang tidak membutuhkan jawaban empirik karena keterbatasan rasio manusia; kedua adalah pendekatan scientific (keilmuan), yaitu pendekatan terhadap teks-teks yang terkait dengan sunnatullah (ayat-ayat kauniyah), teks-teks hukum yang bersifat perintah dan larangan dan sejarah masa lampau umat manusia.
Pesan Shalat Lima Waktu
Sebetulnya peristiwa Isra’ Mi’raj ini memiliki arti penting bagi pembinaan keperibadian manusia, karena dalam peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut Nabi menerima perintah shalat lima waktu dalam sehari. Shalat inilah yang merupakan inti dari peristiwa besar tersebut, karena shalat merupakan tiang agama dan dasar dari pembangunan keperibadian manusia. Dalam pengertian lebih luas, shalat memiliki arti zikir dan senantiasa mengingat Allah dalam segala tindakannya, sehingga dengan menegakkan shalat ini diharapkan manusia tidak pernah memiliki kesempatan untuk melakukan kejahatan dan segala macam tindakan keji lainnya, sebagaimana penegasan Allah SWT melalui firman-Nya, “Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar” (QS. Al-‘Ankabut:35). Inti dari perisiwa inilah yang hingga sekarang menjadi tradisi wajib yang senantisa dikerjakan oleh setiap muslim. Pertanyaanya kemudian, shalat yang bagaimanakah yang mampu mencegah perilaku keji dan munkar itu? Kenapa sudah banyak orang yang melaksanakan shalat tetapi justru kejahatan makin menjadi-jadi? Pertanyaan inilah yang sering terdengar di telinga kita.
Jauh sebelum zaman kita sekarang ini Nabi sudah memperingatkan kepada umatnya, bahwa suatu saat nanti akan datang kepada umat manusia, di mana banyak orang yang melaksanakan shalat tetapi (hakikatnya) mereka tidak shalat. Inilah fenomena zaman yang barangkali tengah kita alami sekarang ini, yang sering dipertanyakan orang mengenai relevansi shalat dengan fenomenan maraknya kejahatan dan tindak kezaliman lainnya.
Wallohu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar