Kopi Pagi

 


ketakketikmustopa.com, Kali ini penulis akan mereviewu buku dengan judul "Kopi Pagi" karya Muhammad Luthfi panggilan akrabnya Kang Luthfi. Kang Luthfi sendiri saat ini menjabat  Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cirebon.

Buku ini merupakan karya beliau selama menjabat Ketua DPRD Kabupaten Cirebon masa bhakti 2019 – 2024, kalau kita baca buku ini terasa makan kacang goreng sambil nyeruput kopi di pagi hari, dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca terutama pembaca "Wong Cherbon. "

Lewat buku ini, Kang Luthfi menyuguhkan informasi tentang Kabupaten Cirebon dengan kritikan terhadap penguasa kabupaten dengan santai dan nikmat laksana minum kopi.

Peran DPRD haruslah demikian: mengontrol, mengevaluasi seluruh kinerja eksekutif; karena pemerintah daerah terpilih secara demokratis dan langsung oleh rakyat. Tentu saja kritik DPRD boleh disampaikan lebih tajam dan pedas, namun Kang Lutfhi memilih dengan cara guyon namun mengena.

KangLutfhi hampir tak absen membicarakan inovasi. Salah satunya, mengenai perubahan nama majalah Biwara (BeritaInfor­ masi Wakil Rakyat) menjadi majalah Cirebon Katon, yang lebih mengena dan dekat dengan masyarakat.

Dalam setiap edisi, Kang Lutfhi selalu menyempatkan diri menuangkan refleksinya atas berbagai persoalan di Kabupaten Cirebon melalui tulisan rubrik Kopi Pagi.

Tulisan-tulisan di rubrik ini mendapat respon yang positif dari masyarakat, dan masyarakat berharap agar berbagai tulisan itu disatukan dalam satu buku, sehingga pemikiran Kang Luthfi dapat dinikmati secara lebih utuh.

Adapun isi judul yang ada di dalam buku ini terdiri dari : Negeri Empal Gentong, Tua Dalam Ketertinggalan, Visi Bobadan (Kaleng-Kaleng) vs Visi Beneran, lnternalisasi, Tolok Ukur, Kopi Tubruk,  Kopi lanang, Dewan, Mental Pariwisata, Glagepan, Mantan, Gambit Menteri,  Kookboek, Dawa Beuntute, Parkir Bus, Glatikan, Beuta Data Desa, Tol Pelayanan, Sportif, Rasa Desa Rasa Kota, Laron Apa Lebah, Mencari Ruang Keseriusan, Kalah Garam, Rasa Wisata, Membelakangi Laut, Merdeka Sing Corona, Nyate Bro, Haji Udin vs Haji Belanda, Musyawarah Ketupat, Jalan Air, Sedang-sedang Saja, Kera Juga Bekerja, Laron Akhir Tahun, Pahlawan, Lampu Kuning, Bagai Kepompong, Masker, Merdeka, Akun Palsu, Tempat Sampah, Ujian Gotong-Royong

Untuk mengurangi ketegangan dalam membaca, buku ini disisipkan beberapa gambar kartun kritikan namun gambarnya lucu dan menarik.

Negeri Empal Gentong

Sering kami mendapat kunjungan dari DPRD kabupaten/kota lain. Di sela obrolan serius, biasanya selalu kami sisipkan perbin­ cangan ringan seputar kuliner cirebon. Promosi lah begitu. Suatu ketika ada tamu yang cukup kritis, dia bertanya:

"Pak kenapa masakan yang seperti gulai di Cirebon itu namanya empal gentong? Bu­ kankah empal itu daging sapi yang diiris tipis lalu digoreng?"

Wajar kalau ada orang bertanya seperti itu. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga mendefinisikan empal seperti itu. Tapi sebagai tuan rumah kita harus siap dengan pertanyaan kritis, terlebih pertanyaan terhadap kekhasan daerah.

Kami jelaskan bahwa empal itu adalah dagingyang empuk. Nah, nama di belakangnya merujuk pada proses atau metode pengempukan daging. Didaerah lain ada empal gepuk. Wujudnya daging sapi goreng. Metode pengempukannya dengan digepuk (ditumbuk atau dipukul dengan benda tumpul). Jadilahnamanya empal gepuk.

Sedangkan di Cirebon, daging diempukkan dengan cara direbus di dalam gentong selama beberapajam. Untuk itulahnamanya empal gentong. Di Cirebon yang diempukkan bukan hanya daging, tapi juga kikil jeroan dan kepala.

Menariknya, empal gentong sudah ditetapkan sebagai Warisan BudayaTak Benda (WBTB) oleh Pe­ merintah Jawa Barat, pada2Februari2022.Sementara, di pemerintah pusat, sejak Januari 2016 statusnya baru tercatat sebagai WBTB, belum ditetapkan sebagai WBTB.

Nah, silakan kalau sebelumnya menikmati empal gentong hanya sebagai kuli­ neran; sekarang nikmatilah empalgentongsebagaisajian warisan budaya. Adakah perbedaan rasa?

Kalaubelumadabedanya, mari saya tambahkan nara-si penambah kelezatannya. Empal gentong konon ber­ dasarkan cerita rakyat sudah ada sejak tahun 1400-an, atau abad ke-15.

Sebagai pusat perda­ gangan kala itu, pelabuhan Cirebon adalah tempat ber­ temunya para saudagar dari Arab, Cina, India, Jawa, dan lokalCirebon.Empalgentong adalah representasi gabungan masakan atau bumbu dari ke­ lima budaya itu.

Seperti halnya masakan yang lahir dari peradaban yang cukup tua, empal gentong pun sarat filosofi. Daging yang empuk diibaratkan sebagai manusia. Bahwa manusia adalahseonggok daging yang lemah tanpa daya. Untuk itu manusia tak perlu sombong.

Irisan daging itu memiliki rasa ketika disajikan dengan kuah bumbu sebagai penyedap. Begitupun manusia, dia akan bercita rasa ketika dalam kehidupannya kaya akan nilaisosial, budaya, dan agama. Jadi, bumbu ini pengibaratan nilai yang harus menyelimuti bahkan terserap di dalam diri manusia.

Semakin bumbu itu mere­ sap ke dalam daging, rasa empal gentongsemakin enak. Manusia pun begitu,semakin nilai menyatu dan diamalkan dia semakin bermartabat.

Sedangkan gentong ada­ lah pengibaratan dari aturan kerajaan,negara,ataupeme­ rintah. Kumpulan manusia hams taat dan patuh terha­ dap hukum yang berlaku di sebuah pemerintahan. Jika tidak, maka akan terjadi kekacauan.

Daging tidak akanempuk, jika di luar gentong. Jika ada sebagian di dalam gentong dan sebagian di luar gentong maka akan terjadi kekacauan rasa, yang satu empuk yang lainnyaalot. Lebih parah lagi, jika gentong itu pecah, maka tidak akan daging itu menjadi masakan bernama empal gentong.

Pelajarannya, manusia harus taat dengan aturan pemerintah. Jika tidak, maka akan terjadi kekacauan keamanan dan ketertiban. Konsekuensi terburuknya, negara itu bisa bubar

Sahabat, mari kita nikmati empal gentong sebagai warisan budaya dan melestari­ kannya. Oh ya jangan lupa, ketikamenikmatinya sadarlah tentang diri yang lemah dan pentingnya mengusung nilai dan menjadipribadiyangtaat

Mari kita jadi Kabupaten Cirebon, dan Indonesia, menjadi negeri yang bermartabat, seperti halnya negeri empal gentong.

Kopi Tubruk

Pagi menuju siang di bulan Juari 2023. Rinai gerimis jatuh nan lembut bak selimut.Seolah enggan menyerahkan bumi ke kehangatan mentari. "Sempurna," saya membatin, "Suasana yang pas menikmati kopi pagi."

Sayamemilihtubrukuntuk menemanipagiyangngange­ ni ini. Selain metode favorit dalammenyeduhkopi,tubrukadalah identitas, sekaligus filosofi yang pas untuk men­ garungi 2023 yang syahdu menujupanasnya2024.

Kopi tubruk adalah khas Indonesia, karena itulah men­ jadi identitas. Jepang punya metode V60, Vietnam pakai vietnam drip,Turki dengan teko ibrik, Perancis dengan francepress,Itali dengan moka pot. Meski sebenarnya berbagai metode menyeduh kopidari beberapa negara ini sekarang sudah lazim di warung­warung kopi di Indonesia.

Tubruk ini simbol kesederhanaan. Dia tidak butuh alat khusus nan mahal, seperti metode menyeduh kopidi beberapa negara di atas. Untuk membuat kopi tubruk, cukup dengan cangkir, sejumput kopi, dan air panas.

Kesederhanaan itulahyang membuat kopi tubruk juga mudah dibuat, aliassim­ pel. Cukup dengan bubuk kopi dimasukan ke cangkir, lalu tuang air panas secuk­ upnya secara perlahan; bisa juga sebaliknya, air panas dituang dulu ke cangkir, lalu taburkan kopi di atasnya perlahan. Biarkan beberapa menit, agar terjadi pelepasan karbondioksida dan proses ekstraksi sempurna, serta bubuk kopi mengendap. Lalu nikmati, sungguh simpel.

Karena sesederhana dan sesimpel itulah, alias tidak perlu teknik macam-macam, kopi tubruk menjadi kopi yangpalingjujurdisajikan.Ia tampil dengan polos dan apa adanya, serta dibuat tanpaada rekayasa alat atau teknologiapapun.

Dari sisi rasa, kopi tubruk juga paling lengkap. Unsur pahit, coklat, asam, dan gurih menyatu secara unik dan apa adanya.Satu kata yangmeng­ gambarkan rasa kopi tubrukadalah mantap

Hal yang sama juga pada aroma. Kopi tubruk meng­ hasilkan aroma yangkhasdan kuat. Harumnya menyeruak memenuhi ruangan. Keharu­ man kopi tubruk membang­ kitkan semangat dan kebaha­ giaan di pagi hari.

Begitulah memang keba­ hagian. Ia hadir dari sesuatu yang sederhana, simpel, dan jujur. Ketiganya (sederhana, simpel,dan jujur), jika digabungkan akan menghasilkan kemantapan dan kekuatan diri dalam mengarungi hari.

Nah,kalau sahabat masih gamang menghadapi hari yang menantang, cobalah seduh kopi tubruk. Santai sejenak, nikmati setiap seruputannya, lalu renungi dan ambil pelajaran: (1) bahwa bahagia itu hadir darisesuatu yang sederhana, simpel, dan jujur; (2) dengan bahagia itu kita lebih mantap dan kuat menghadapi hidup.

Terlebih jika sahabat adalah penikmat kopi sejati, temukan bahwa di balik secangkir kopi tubruk tanpa gula itu ada rasa khas manis kopi. Konon, beberapa riset menunjukkan bahwa menyajikan kopi yang sehat itu tanpa pemanis buatan.

Jika sudah merasakan manisnya kopi tanpa pemanis, itulah rasa terdalam yang bisa kita cecap dari kopi. Begitupun hidup, dibalik setiap kepahitan selalu ada manis yang tersembunyi. Maka, ja­ nganlupa mulailah segalanya dengan bahagia.

Sebagai media bersosial, kopi juga sering menjadi sarana pemecah kebuntuan. Maka,nikmatilah kopi tubruk secara bersama-sama, jauh lebih nikmat, akrab dan bahagia.Kebahagiaanbersama itulah yang membuat setiap keteganganmenjadicairdan mudah teruraikan.

Jika,satu kali ngopi bersama belum selesai. Cobalah ngopi bareng yang kedua. Kalau belum deal juga, maka sering-seringlah ngopi. Kalau belum selesai juga,yangpen­ ting kita sudah bahagia, dan kebuntuan akan menemukan jalannya sendiri.

Jadi, jika ada yang bertanya, bagaimana mempersipkan diri di 2023 menuju panasnya politik di 2024.

Keseimbangan pada ketidaknormalan itu tentu juga berlaku bagi makhluklainnya di bumi ini. Keadilan tidak akan terlepas dari ciptaan Tuhan Yang Maha Adil.

Begitu pundengan saudara-saudara kita yang lahir memiliki keterbatasan (disabilitas).

Betul bahwa ada kekurangan, tapi mereka juga memiliki keunggulan. Seorang tuna­ netra misalnya, dia akanmemi­ liki kemampuan pendengaran, penciuman, dan perabaan yang lebih sensitif ketimbang manusia normal lainnya.

Dengan kemampuan pendengaran yang tajam mereka mampu mengoperasikan gawai dengan layar dimatikan (digelapkan). Bagi orang normal,itu sesuatu yang ajaib dan menakjubkan.

Artinya meski seseorang tidak mampu melihat, namun ia dapat mengoperasikan alat kerja, seperti komputer, laptop, atau ponsel secara baik. Karena itulah, mereka pun dapat bekerja atau produktif seperti orang kebanyakan.

Dengan fakta dan keyakinan itulah, DPRD Kabupaten Cirebon berupaya agar para penyandang disabilitas dapat kesempatan yang sama dalam memperoleh pekerjaan. Terlebih, kita sudah sering menyaksikan banyak kaum disabelyangjustruberpresta­ si mengalahkan manusia normal.

ltulah salah satu alasan bagi DPRD Kabupaten Cirebon menyusun Perda tentang Disabilitas. Raperda ini sedang digodok, mohon dukungan agar segera selesai. Harapannya potensi dan keunggulan kaum disabel dapat berperan penting dalam pembangunan Kabupaten Cirebon.

Dewan

Bahwa setiap manusia adalahdewan? Tentu saja saya tidak sedang bercanda. Iniserius. Sebab, jika memahaminya, Anda akan menyadari sebuah kekuatan yang super dahsyat ada pada diri Anda.

Dewan, dalam Kamus BesarBahasa Indonesia (KBBI), adalah majelis atau badanyang terdiri atas beberapa orang anggota. Pekerjaanya berunding, memberi nasihat, danmemutuskansesuatu.

Merujuk pada definisi di atas, bisa dipastikan Anda seorang dewan bukan? Bu­ kanlagianggota, tapidewan. Anda adalah badan, yang memiliki beberapa anggota, seperti tangan, kaki, mata, telinga, mulut, dst

Bahkan, bisa jadiAnda itu adalah super dewan. Selain terdiri dari anggota yang kasat mata, dalam diri Anda juga adayang tidak kasat mata:perasaan, emosi, nafsu, pikiran, hati, dan jiwa.

Belum lagi, kalau Anda berperan sebagai makhluk sosial.Maka,dalamdiriAnda ada aspirasi orang lain. Jika seorang kepala keluarga, misalnya, maka ada aspirasi istri, anak, orang tua, hingga pembantu. ltu baru satu peran.

Bagaimana pula jika Anda memiliki banyak predikat, misalnya sebagai makhluk politik (politisi), pengusaha, ketua organisasi, hingga tokoh masyarakat/agama. Akan semakin banyak lagi aspirasi yang berelasi dengan Anda.

Sebagai sebuah dewan, pernahkan para anggota Anda berunding, bermusyawarah? Kalau Anda menjawab 'tidak', maka sungguh terlalu Anda ini. Bukan terlalu karena seumur hidup dewan kok gak pernah bermusyawarah, tapi terlalu kok bisa Anda tidak menyadarinya.

Sadarlah bahwa setiap ketupusan tindakan dalam hari-hariAnda adalah sebuah hasil musyawarah para anggota.

Baiklah, saya akan menjelaskannya pada Anda. Katakanlah Anda ingin memecahkan sebuah batu untuk kebutuhan pondasi rumah.

Anda memutuskan menggunakan godam untuk memecahkannya. Nah..., keputusan itu sebenarnya hasil musyawarah para anggota yang berjalan super-sekian detik dalam diri Anda.

Ketika Anda akan memecahkan batu itu, tangan Anda menyatakan pendapat: "Saya tidak mampu me­ mecahkannya, butuh tenaga yang lebih kuat, mungkin kaki bisa."

Lalu, kaki menjawab: "Saya puntak mampu, batu ini terlalu keras. Bagaimana kalau memakai godam, dan yang bisa memegang godam adalah tangan.Saya kaki akan membantu menopang saja."

"Baik, saya akan lakukan," kata tangan. "Namun agar pukulan godam tepat sasaran, saya minta agar matajeli melihat posisibatu," pinta tangan kepada mata.

Lalu mata menjawab: "Saya akanlakukanyangterbaik, namun agar bisa tetap melihat dengan jeli, saya butuh pelindung dari percikan batu. Saya butuh helm dengan pe­ lindungmukayangkuat,"ujar mata. Begitulah musyawarah itu berjalan sangat cepat.

Musyawarah sejenis tentu juga terjadi di setiap keputusan tindakan Anda. Allah SWT memberikan mekanisme syuro (musyawarah) dalam diri Anda ini begitu otomatis, dan berjalan dengan sangat cepat. Ini anugerah yang luar biasa.

Saya ingin agar di setiap keputusan ada suara rakyat. Ada aspirasi yang benar-benar tersalurkan.Adamanfaat yang hams diterima rakyat.

Kadang di tengahlelah persidangan ada yang nyeletuk: "Tentu saja saya tidak mengikutinya.

Malu rasanya pada Dewan tubuh ini, jika kita asal mengambil keputusan. Jika tubuh saja cermat, maka dengan segala potensi kemanusiaan yang kita miliki, kita hams lebih dewan dari tubuh. Apalagi ada amanah rakyat di dalamnya.

 

Wallohu a’lam"

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar