Geliat Perempuan Milenial Dalam Narasi
ISBN 978-602-457-792-6
Penerbit Oase Pustaka Mei 2021
Buku ini berjudul “Geliat Milenial Dalam Narasi“ dalam buku ini berisi kiprah R.A. Ajeng Kartini yang
ditulis oleh para penulis dari berbagai daerah. Aku diberi Tugas oleh PenerbitLeguty
“Kartini: Sekolah Bagi
Inspirasi Perempuan Indonesia“, Selamat membaca ya.
Kartini: Sekolah Bagi Inspirasi Perempuan Indonesia
-Mustopa-
Pada jaman penjajahan Belanda daulu ada banyak para pejuang dari berbagai golongan, diantaranya perjuangan dan perlawanan dari kaum perempuan. Ada Cut Nyak Dhien, Christina Marta Tiahahu, Dewi sartika, R.A Kartini dan lain sebagainya.
Dari para pejuang perempuan tadi yang diabadikan dan diperingati hari kelahirannya adalah R.A. Kartini. Beliau lahir pada tanggal 21 April 1879, walaupun wafat masih muda yaitu pada tanggal 17 september 1904. Namanya sangat dikenal karena memiliki magnet literasi yang kuat yaitu menuliskan sejarah perjuangannya khususnya bagi kaum perjuangan kaum perempuan. Padahal pada saat itu perempuan ditempat nomor dua setelah laki-laki dan dianggap cukup pada tiga domain yaitu dapur, kasur, sumur.
R.A. Kartini menulis buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” berbuah kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya. Begitu juga dalam dunia pendidikan Presiden Republik Indonesia Soekarno dulu pernah berkata: “Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung, jika kedua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai puncak yang setinggi-tingginya. Jika patah satu dari pada sayapnya, maka tak dapatlah burung itu terbang sama sekali” (Sarinah, hlm. 17/18).
Sekolah Bagi Perempuan Indonesia
Kalau diumpamakan sebagai sosok perempuan, R.A. Kartini bagaikan ibunya perempuan bangsa Indonesia karena dianggap telah menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia. Berarti ibunya bangsa Indonesia.
Mari kita telaah kata Ibu sebagaimana kata yang sudah menempel pada R.A. Kartini, Ibu sebuah kata yang jujur nan kuat, diucapkan semua makhluk hidup dalam bahasanya masing-masing. Dengan kata ‘ibu’ pada makhluk itu mendapatkan kasih sayang, ketulusan hati, kehangatan, pengorbanan, cinta yang agung, yang dicipta dan ditumbuhkan Allah dalam diri semua ibu terhadap anak-anaknya. Karena itu, Allah SWT berwasiat kepada manusia untuk taat kepadanya.
Di dalam Islam sosok Ibu ditempatkan pada tempat yang mulia, sehingga didalam Al-Qur’an Allah mengaabadikannya dengan nama surat An-Nisa (wanita). Ada lagi surah Maryam meskipun Maryam itu bukan Nabi atau Rasul pada masa itu.
Sahabat Umar bin Khattab memerintahkan kepada perempuan agar mempelajari surah An-Nur (cahaya), karena didalamnya terdapat pelajaran bagi perempuan agar tetap bercahaya. Dihadapan Allah kedudukan pria dengan wanita sama, yang membedakan hanyalah ketakwaan. Allah SWT berfirman:
Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecualai kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.
Keistimewaan perempuan, Allah SWT memberikan fitrah padanya haid, hamil, melahirkan dan menyusui. Maka berbahagialah wahai perempuan karena Allah telah menciptakan kita ke bumi ini dengan keistimewaannya. Rasulullah Saw pada masa hidupnya dikelilingi oleh perempuan-perempuan hebat dan tangguh. Bahkan saat ajal menjemput beliau bersama perempuan hebat dan tangguh tersebut. Karena sesungguhnya kesuksesan dakwah yang dilakukan Rasulullah Saw, ada peran serta perempuan didalamnya.
Coba kita perhatikan sebuah ungkapan kalau ada lelaki yang sukses pasti dibelakangnya ada perempuan yang hebat. Sahabat Umar bin Khattab juga pernah mengatakan “Laki-laki sukses itu dilihat dari dua hal, yang pertama siapa ibunya dan yang kedua siapa istrinya.”.
Perempuan hebat bisa melahirkan anak-anak yang hebat. Perempuan inilah yang akan menjadi madrasah bagi anak-anaknya, sebagaimana ungkapan;
‘Seorang ibu adalah sekolah bagi para putranya. Mempersiapkannya adalah mempersiapkan bangsa yang mulia. Seorang ibu adalah taman. Jika kau rawat dia, niscaya tumbuh subur menghijau. Seorang ibu adalah guru dari guru yang pertama. Gerak geriknya mempengaruhi seluruh ufuk’.
Bagaimanakah dengan peran perempuan saat ini? Peran perempuan saat ini memang bisa menempati posisi-posisi strategis dan penting, jangan sampai peran mereka dijauhkan dari peran sesungguhnya, mendidik anak-anaknya.
Keterlibatan perempuan menjadi syarat mutlak dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berkeadilan. Negara tidak mungkin sejahtera jika para perempuannya dibiarkan tertinggal, tersisihkan dan tertindas. Seperti yang di ungkapkan oleh Vivekananda (Darwin 2005:8) bahwa: negara dan bangsa yang tidak menghormati kaum perempuannya tidak akan pernah menjadi besar, baik di saat ini maupun di masa depan. Satu alasan mendasar sebagai penyebab kejatuhan bangsa secara drastis adalah karena tidak memiliki rasa hormat pada kehidupan perempuan yang di lukiskan sebagai sakti (istri). Sehingga pembangunan yang utuh dan menyeluruh dari suatu negara menuntut peranan penuh dari kaum perempuan dalam segala bidang kehidupan. Bahwa wanita baik sebagai warga negara maupun sebagai sumber insan pembangunan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria dalam segenap kegiatan pembangunan di segala bidang kehidupan. Peran perempuan juga telah diakomodir oleh segenap peraturan pembangunan nasional, seperti UU No 6 tahun 2014 tentang desa, yang menyajikan keterlibatan perempuan yang sangat diperlukan bagi keberhasilan pembangunan desa. Di sinilah peran Ibu sebagai seorang perempuan menjadi sekolah bagi anak-anaknya.
Kartini di Era Milenial
Di era milenial ini, para perempuan memiliki kesempatan untuk terus maju dan berkarya yang mungkin saja tidak dimiliki perempuan-perempuan sebelumnya. Kartini masa kini seperi Retno Marsudi (Menteri Luar Negeri), Sri Mulyani (Menteri Keuangan), Puji Astuti (Menteri Kelautan dan Perikanan), Merry Riana (Motivator), Najwa Shihab (Jurnalis) dan masih banyak lagi yang sudah bergelar doktor maupun professor yang mengharumkan nama bangsa Indonesia. Tetapi, tidak ada keberhasilan yang datang dengan sendirinya.
Di balik keberhasilan mereka, banyak perjuangan-perjuangan yang sudah mereka lakukan khususnya dalam domain pendidikan, politik, ekonomi, budaya. Seharusnya, kehadiran mereka mampu menjadi inspirasi bagi kartini-kartini muda yang lain.
Berlebihan dalam mencintai budaya luar seperti budaya Korea, budaya Amerika sampai meninggalkan budaya lokal. Tentu hal ini akan melunturkan nilai-nilai moral yang sudah ditanamkan Kartini. Padahal dengan adanya kebebasan berekspresi dan berkarya di era milenial, para kaum perempuan diharapkan untuk mampu bersaing baik di bidang sosial, ekonomi, maupun politik. Sehingga, euphoria kelas sosial yang ada pada zaman kolonial, tidak terjadi lagi di era milenial yang selalu mendiskreditkan kaum perempuan sesuai dengan gerakan feminisme yang menentang penindasan perempuan.
Peluang-peluang tersebut sudah ada seperti dalam bidang politik adalah keterwakilan perempuan dalam partai politik harus mencapai 30 persen. Di bidang ekonomi dan sosial perempuan diperbolehkan berekspresi untuk berentreprenuership dan mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan tanpa membatasi lingkungan kerja laki-laki dan perempuan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menggugah semangat kartini muda di era milenial untuk menjadi lebih baik. Antara lain: meningkatkan nilai Agama, rasa nasionalisme, wawasan nusantara, literasi pendidikan, dan skill digitalisasi yang akan menjadi tantangan globalisasi.
Kartini adalah sekolah bagi perempuan Indonesia karena telah banyak memberikan inspirasi bagi kaum perempuan Indonesia. Dan kaum perempuan adalah sekolah bagi anak-anaknya yang mendidik dan mengasuh generasi berikutnya yang diharapkan mampu menciptakan kedamaian, kesejahteraan untuk bangsa dan negara dalam bingkai kebebasan di era milenial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar