Gusdur Itu Kontroversi Tapi Dirindukan (Catatan Kecil Jelang Haul Gusdur Ke-16)

 


ketakketikmustopa.com, Gus Dur adalah nama yang sejak awal tidak pernah lepas dari kontroversi. Pikiran-pikirannya sering melampaui zamannya, ucapannya kerap terdengar “aneh”, sikapnya acap kali membuat gelisah mereka yang nyaman dengan kemapanan. Namun justru dari situlah Gus Dur hadir sebagai sosok yang berbeda: berani, jujur, dan setia pada nurani. Dulu ia dikritik, disalahpahami, bahkan dijatuhkan. Hari ini, ia dirindukan.

Kerinduan itu bukan sekadar nostalgia, melainkan kerinduan pada cara berpikir. Gus Dur mengajarkan bahwa beragama tidak harus keras, berpolitik tidak mesti licik, dan menjadi warga NU tidak wajib selalu seragam dalam pandangan. Ia mewariskan keberanian untuk berbeda, tanpa kehilangan adab; keberanian untuk mengkritik, tanpa membenci; dan keberanian untuk membela yang lemah, meski harus berhadapan dengan arus besar.

Bagi warga NU, Gus Dur bukan hanya Ketua Umum PBNU atau Presiden Republik Indonesia. Ia adalah penjaga akal sehat jam’iyyah annahdliyah, yang mengingatkan bahwa NU lahir bukan untuk kekuasaan, melainkan untuk kemaslahatan. Ia kerap berdiri di posisi yang tidak populer—membela minoritas, merawat kebudayaan, memisahkan agama dari kepentingan politik praktis—dan karena itulah ia sering dituding kontroversial. Namun waktu membuktikan, apa yang dulu ditolak, kini justru dicari.

Hari ini, ketika dinamika di tubuh PBNU sedang tidak baik-baik saja, pesan-pesan Gus Dur terasa semakin relevan. Kepada warga NU yang berada di garis paling bawah—para santri, jamaah, dan penggerak di desa-desa—Gus Dur seakan berpesan agar tidak mudah terpengaruh oleh hiruk-pikuk elite. NU lebih besar dari konflik sesaat. NU adalah rumah besar yang ditopang oleh keikhlasan, khidmah, dan kesabaran warganya. Perbedaan di tingkat atas tidak boleh memutus silaturahmi di tingkat bawah.

Peringatan Haul Gus Dur ke-16 Tahun 2025 yang jatuh hari Rabu, 17 Desember 2025 di Jombang, Jawa Timur, dan juga diperingati di Ciganjur pada 20 Desember 2025, menjadi momentum penting untuk kembali merenungi warisan pemikirannya. Dengan tema “Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat”, haul ini mengingatkan bahwa Gus Dur selalu berdiri bersama rakyat—bukan di menara gading kekuasaan, melainkan di tengah denyut kehidupan masyarakat.

Gus Dur mungkin kontroversial. Tapi justru karena kontroversinya itulah ia jujur. Ia tidak sedang mencari aman, tidak mengejar tepuk tangan, dan tidak takut disalahkan. Ia memilih setia pada nilai, meski harus menanggung risiko. Dan hari ini, di tengah kerinduan akan pemimpin yang berani berkata benar dan berpikir jernih, sosok Gus Dur hadir sebagai cermin: bahwa kejujuran memang mahal, tapi selalu dirindukan.

Sekalipun Gus Dur itu kontroversi, sampai hari ini—dan mungkin untuk waktu yang sangat lama—ia tetap menjadi sosok yang dirindukan. Terutama oleh warga NU, yang tahu betul bahwa di balik senyum dan canda Gus Dur, tersimpan keberanian besar untuk menjaga kemanusiaan, kebangsaan, dan keutuhan jam’iyyah.

Wallohu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar