ketakketikmustopa.com, Hari Anak Sedunia yang diperingati setiap 20 November menjadi momentum penting bagi bangsa Indonesia untuk kembali menatap wajah masa depan: wajah anak-anak kita sendiri. Mereka adalah cermin yang memantulkan masa depan negeri, namun juga menjadi pengingat bahwa masih banyak pekerjaan besar yang harus diselesaikan.
Di balik tawa, keceriaan, dan harapan anak-anak kita, masih terdapat kisah getir tentang mereka yang hidup dalam ketidakberuntungan. Ada anak yang terpaksa bekerja di usia belia, anak yang mengalami kekerasan dari lingkungan terdekatnya, dan anak yang putus sekolah karena himpitan ekonomi. Pada saat yang sama, masih ada anak-anak yang suaranya tidak terdengar, mimpinya terhenti, dan potensinya terkubur oleh keadaan.
Ketika Masa Kecil Tidak Selalu Indah
Hingga hari ini, kita masih menemukan:
1. Anak yang bekerja sebagai pengamen, buruh, atau pekerja rumah tangga padahal tubuh mereka belum siap untuk dunia kerja.
2. Anak yang menjadi korban kekerasan fisik, psikis, atau verbal.
3. Anak yang kehilangan hak mendapatkan pendidikan layak karena kemiskinan.
4. Anak yang tumbuh tanpa perlindungan yang seharusnya menjadi hak dasar mereka.
5. Situasi ini menunjukkan bahwa hak anak bukan sekadar slogan, tetapi amanah moral yang harus diperjuangkan.
6. Pendidikan sebagai Hak dan Jalan Pembebasan
Pendidikan tidak boleh menjadi kemewahan. Ia adalah hak dasar setiap anak, tanpa memandang latar belakang ekonomi. Anak-anak dari keluarga miskin pun berhak duduk di sekolah favorit, berhak mendapatkan guru terbaik, dan berhak memperoleh kesempatan yang sama dengan anak yang lahir dalam privilese.
Pendidikan adalah jalan pembebasan dari kemiskinan, dan sekaligus bekal bagi anak untuk menjadi manusia yang berkarakter dan mandiri di masa depan. Karena itu, upaya pemerataan pendidikan menjadi sangat penting. Program seperti Sekolah Rakyat, yang digagas Presiden Prabowo Subianto, dapat menjadi pintu bagi banyak anak dari keluarga kurang mampu untuk mendapat pendidikan berkualitas dan memutus rantai ketidakadilan struktural.
Ulasan Keagamaan: Orang Tua sebagai Madrasah Pertama
Dalam perspektif Islam, anak adalah amanah. Allah SWT menegaskan:
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...”
(QS. At-Tahrim: 6)
Ayat ini mengingatkan bahwa tanggung jawab utama membina, mendidik, dan melindungi anak berada di tangan orang tua. Sekolah, pemerintah, dan masyarakat hanya menjadi pendukung; pondasi sejatinya dibangun di rumah.
Rasulullah Saw juga mengajarkan bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Orang tua dan lingkunganlah yang membentuk karakter dan masa depannya.
Oleh karena itu, pendidikan agama, akhlak, dan adab harus ditanamkan sejak dini melalui:
1. Keteladanan orang tua
2. Kebiasaan ibadah harian
3. Pembiasaan untuk disiplin, jujur, dan sopan
4. Lingkungan rumah yang penuh kasih sayang
Ketika pondasi ini kuat, anak tumbuh menjadi pribadi yang siap menghadapi tantangan zaman dengan sikap yang matang dan moral yang baik.
Menanam Tradisi Pesantren dalam Keluarga
Salah satu warisan pendidikan Islam di Indonesia adalah tradisi pesantren yang dikenal mampu melahirkan generasi mandiri, disiplin, dan berakhlak mulia. Nilai-nilai pesantren seperti:
1. Hidup sederhana namun bersyukur
2. Menghormati guru dan orang tua
3. Gemar membaca dan belajar
4. Mengelola waktu dengan baik
5. Kemandirian sejak dini
bisa diterapkan di rumah untuk membentuk karakter anak.
Anak yang terbiasa bangun pagi, shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, membantu pekerjaan rumah, dan menghargai orang lain akan tumbuh sebagai pribadi berdaya juang tinggi—karakter yang sangat dibutuhkan di era modern.
Anak sebagai Investasi Dunia dan Akhirat
Rasulullah ﷺ bersabda bahwa salah satu amal yang tidak terputus ketika seseorang meninggal adalah anak shalih yang mendoakannya. Ini menunjukkan bahwa mendidik anak bukan sekadar tugas duniawi, tetapi juga investasi akhirat.
Apa yang ditanamkan pada anak hari ini—nilai, kebiasaan, adab, dan ilmu—akan menjadi buah yang dapat dipetik di masa depan. Anak yang tumbuh dengan akhlak mulia dan pendidikan yang baik bukan hanya memberi manfaat bagi dirinya dan bangsanya, tetapi juga menjadi sumber pahala bagi kedua orang tuanya.
Hari Anak Sedunia: Refleksi dan Gerakan Nyata
Momentum Hari Anak Sedunia bukan sekadar peringatan seremonial, tetapi panggilan untuk bergerak:
1. Menghapus kekerasan terhadap anak
2. Memperluas akses pendidikan berkualitas
3. Menjaga hak anak untuk bertumbuh dalam keamanan dan kasih sayang
4. Menegakkan keadilan sosial bagi seluruh anak Indonesia
5. Mengembalikan peran orang tua sebagai pendidik utama
Anak Indonesia harus maju. Anak Indonesia harus unggul. Masa depan mereka tidak boleh dikorbankan oleh ketidakpedulian atau ketidakadilan.
Hari Anak Sedunia mengingatkan kita bahwa masa depan bangsa berada di tangan mereka. Ketika kita melindungi anak, kita sedang melindungi masa depan bangsa. Ketika kita mendidik mereka, kita sedang menanam nilai untuk generasi mendatang. Dan ketika kita memberi mereka keadilan, kita sedang membuka jalan bagi Indonesia yang lebih maju dan bermartabat.
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita semua untuk menjaga amanah ini, mencintai anak-anak kita, dan membimbing mereka menuju masa depan yang terang.
Wallahu a‘lam

Tidak ada komentar:
Posting Komentar