Demam Demul (Spirit Hari Kebangkitan Nasional)


Ketika Gubernur Konten Menyentil Gubernur yang Molor

Dalam dunia perpolitikan yang kadang terlalu serius sampai-sampai lupa senyum, tiba-tiba muncul sosok Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang blak-blakan berkata:

“Lebih baik jadi Gubernur yang bikin konten daripada Gubernur molor, jalan-jalan, dan doyan dihormati.”

Sekejap, ruang sidang opini publik mendadak ramai. Ada yang tertawa geli, ada yang mangut-mangut, ada pula yang mendadak merasa tersindir—mungkin karena merasa cocok dengan salah satu kategori yang disebut.

Fenomena “Demam Demul” ini menarik. Dedi tak sedang sekadar narsis atau jualan citra. Ia sedang menampar halus budaya pejabat yang hidup nyaman dalam rutinitas protokoler, tapi alergi dengan kerja lapangan dan komunikasi publik yang nyata. Di zaman ketika rakyat lebih percaya netizen daripada juru bicara resmi, konten menjadi jembatan. Dan Dedi paham betul cara melintasinya.

Coba bandingkan: satu pejabat sibuk menghadiri seminar dengan pidato yang ditulis staf, diliput media arus utama yang pembacanya semakin sepi. Sementara Dedi? Ia menyapa rakyat lewat video, memperlihatkan realitas, menyentuh hati, dan—ya—menghasilkan uang dari itu. Mengapa harus malu?

Kebangkitan Nasional seharusnya bukan sekadar menghafal tanggal 20 Mei atau mengenang Budi Utomo. Ia adalah momentum refleksi: siapa yang benar-benar bangkit hari ini? Rakyat, atau pejabat? Kaum muda kreatif, atau birokrat tua yang sibuk selfie sambil studi banding ke Eropa?

Dedi tahu, akan selalu ada “kaum nyinyir” yang sinis dengan segala gaya baru. Tapi bukankah bangsa besar dibentuk oleh keberanian mencoba hal-hal baru—bahkan ketika itu belum dimengerti semua orang?

Mungkin sudah saatnya kita redefinisi pemimpin zaman ini. Tak cukup hanya paham etika protokoler, tapi harus bisa jadi content creator perubahan, influencer kebijakan publik, dan storyteller yang membuat rakyat merasa didengar. Kalau bisa kerja nyata sambil viral, kenapa harus pilih yang tidur diam-diam?

Jadi, jika hari ini banyak pejabat yang kepanasan dengan pernyataan Gubernur Demul, mungkin bukan karena tidak setuju—tapi karena tersindir. Dan seperti kata pepatah lama:

“Yang kepanasan, biasanya memang sedang duduk di atas kompor.”

Wallohu a'lam 

1 komentar:

  1. Selamat Hari Kebangkitan Nasional, Semangat menuju Indonesia Emas!

    BalasHapus