Pentingnya Sastera dan Bahasa untuk Memperkuat Literasi Mahasiswa

Gambar situasi santai diskusi mingguan Dema STID Al-Biruni Babakan Ciwaringin 


ketakketikmustopa.com, Babakan Ciwaringin, Cirebon—Diskusi mingguan yang diadakan oleh Dewan Mahasiswa (DEMA) STID Al-Biruni Babakan Ciwaringin Cirebon pada Rabu, 22 Januari 2025, berlangsung penuh antusiasme. Acara yang bertemakan "Sastra dan Kaitannya dengan Bahasa" ini menghadirkan berbagai perspektif menarik dari mahasiswa dan dosen.

Ketua DEMA, Fathurrahman, membuka diskusi dengan menekankan pentingnya pemahaman mahasiswa terhadap sastra. “Sastra tidak hanya sekadar tulisan indah, tetapi juga memiliki hubungan erat dengan bahasa, budaya, dan identitas kita sebagai manusia,” ujar Fathurrahman.

Diskusi semakin menarik dengan kehadiran Muhammad Najib, seorang aktivis DEMA yang telah menerbitkan satu buku puisi. Ia berbagi pengalamannya, “Ada kebanggaan tersendiri ketika kita bisa menuangkan gagasan dan perasaan dalam bentuk karya sastra. Hal ini juga bisa menginspirasi teman-teman untuk mulai berkarya.”

Untuk memperdalam wawasan, DEMA mengundang Bapak Mustopa, seorang dosen dengan karya sastra yang telah banyak diterbitkan. Dalam pemaparannya, ia menyatakan, “Karya sastra adalah hasil kreativitas manusia yang berisi ungkapan perasaan, pemikiran, dan gagasan. Sastra mengedepankan kekuatan imajinasi, sehingga lahir berbagai bentuk karya seperti novel, cerpen, puisi, pantun, dan lainnya.”

Dialog Antara Peserta

Fathurrahman:
“Menurut saya, sastra itu seperti jembatan yang menghubungkan perasaan dan pikiran manusia. Tapi, bagaimana caranya kita memulai menulis karya sastra?”

Muhammad Najib:
“Mulailah dari apa yang kita rasakan atau pikirkan. Tidak perlu langsung membuat karya besar seperti novel. Puisi sederhana atau catatan harian bisa jadi awal yang baik.”

Rahma Auliya:
“Pak Mustopa, apakah karya sastra harus selalu terikat oleh aturan tertentu, seperti rima pada puisi atau struktur pada cerpen?”

Pak Mustopa:
“Sebenarnya tidak. Aturan itu seperti alat bantu, tapi kreativitas adalah kuncinya. Kita bisa berimprovisasi, asal esensi dari karya itu tetap menyampaikan makna yang mendalam.”

Khoirunnajib:
“Menurut Bapak, bagaimana cara agar karya sastra kita bisa relevan dengan pembaca zaman sekarang?”

Pak Mustopa:
“Kenali isu-isu kontemporer dan bahasa yang digunakan generasi muda. Karya yang relevan adalah karya yang berbicara tentang realitas, meskipun dengan imajinasi.”

Nurjazilah:
“Saya ingin menulis novel, tapi sering bingung bagaimana mengembangkan ide. Ada tips, Pak?”

Pak Mustopa:
“Mulailah dari plot sederhana, kemudian kembangkan karakter dan konflik. Jangan takut untuk mencoba dan teruslah menulis. Ingat, revisi adalah bagian penting dari proses kreatif.”

Diskusi ditutup dengan semangat dari para peserta untuk mulai menulis karya sastra mereka sendiri. DEMA STID Al-Biruni berharap kegiatan ini dapat terus memotivasi mahasiswa untuk berkarya dan mengenal lebih dalam dunia sastra.

Seiring dengan waktu, tidak terasa dari para dosen dan para mahasiswa sudah banyak yang menghasilkan karya sastera baik itu puisi maupun jurnal.

Wallohu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar