Ketakketikmustopa.com. Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan pemberian dan kehilangan. Terkadang, kita menerima apa yang diharapkan, tetapi tidak jarang pula kita harus menghadapi kenyataan bahwa apa yang kita inginkan tak dapat kita genggam selamanya. Dalam momen-momen seperti ini, kita dihadapkan pada pelajaran besar yang bernama "mengikhlaskan."
Mengikhlaskan bukanlah tanda kekalahan, melainkan bentuk tertinggi dari penerimaan. Ia mengajarkan kita untuk melihat bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara. Setiap kebahagiaan, penderitaan, bahkan orang-orang tercinta, hanyalah titipan yang harus kembali pada pemilik sejatinya, yaitu Allah SWT. Ketika kita memahami hakikat ini, ikhlas menjadi jembatan menuju kedamaian jiwa.
Namun, ikhlas tidak lahir dengan mudah. Ia adalah proses panjang yang membutuhkan keberanian, kesabaran, dan keyakinan. Ketika kehilangan menyapa—apakah itu kehilangan seseorang yang dicintai, kesempatan yang hilang, atau mimpi yang pupus—hati kita sering dipenuhi dengan kekecewaan, kesedihan, dan bahkan amarah. Kita merasa hidup tidak adil. Namun, perlahan, waktu dan doa menjadi obat. Dalam keheningan doa, kita mulai menyadari bahwa apa yang hilang mungkin adalah cara Tuhan menyiapkan sesuatu yang lebih baik.
Mengikhlaskan bukan berarti melupakan atau berhenti merasakan. Sebaliknya, mengikhlaskan adalah mengenang tanpa merasa sakit, mengingat tanpa merasa kehilangan. Ini adalah titik di mana kita dapat mengatakan pada diri sendiri bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah. .
Dalam perjalanan ini, kita juga belajar bahwa mengikhlaskan adalah bentuk kasih sayang pada diri sendiri. Ketika kita terjebak dalam rasa marah atau sedih yang berkepanjangan, kita sebenarnya sedang melukai jiwa kita sendiri. Dengan mengikhlaskan, kita membebaskan diri dari beban emosional, memberi ruang bagi kebahagiaan dan harapan baru untuk tumbuh.
Sebagaimana
daun yang lepas dari rantingnya, ikhlas adalah melepaskan dengan keyakinan
bahwa musim semi akan membawa tunas baru. Dalam setiap kehilangan, ada pelajaran
untuk menjadi lebih kuat. Dalam setiap perpisahan, ada hikmah untuk lebih
menghargai kehadiran. Maka, belajar mengikhlaskan adalah salah satu cara kita
memahami bahwa hidup ini tidak hanya tentang memiliki, tetapi juga tentang
melepaskan dengan hati yang penuh syukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar