Gambar hanya pemanis tampilan
Ketakketikmustopa.com. Hari ini Rabu tanggal 27 November 2024 secara serentak bangsa Indonesia sedang melaksanakan pesta demokrasi ‘Pilkada’ pesta kontestasi pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, pemilihan Wali Kota dan Wali Kota, dan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur. Dengan harapan menghasilkan para pemimpin yang amanah dan bisa dirasakan hasil kepemimpinannya selama 5 tahun oleh rakyatnya.
Untuk mengupas persoalan ini, penulis ingin meresume hasil dialog ngopi bareng antara murid dengan gurunya pada saat-saat santai, kebetulan obrolan tersebut bertepatan dengan peringatan “Hari Guru Nasional”. Si murid bertanya, “Pak Guru ngapunten bertanya, sebentar lagi kan pilkada bagaimana pendapan panjenengan agar para pemimpin terpilih nanti hasil kepemimpinannya bisa dirasakan oleh seluruh rakyatnya?”. Tiba-tiba pak guru tadi berdiri dan berjalan menuju tembok setelah itu menekan tombol kipas angin, lalu duduk lagi, setelah nyeruput kopi sambil menghisap rokoknya menjelaskan filosofi kipas angin.
“Kipas angin, sebuah benda yang tampak sederhana, tapi menyimpan pelajaran mendalam tentang hidup. Ketika kita menekan tombol nomor 1, baling-balingnya mulai berputar perlahan. Putarannya menghasilkan hembusan angin kecil, lembut, dan hanya terasa di sekitar kita. Hembusannya terbatas, tidak mampu mencapai orang yang jauh atau memenuhi ruangan besar. Namun, kipas ini menawarkan opsi lain. Jika kita menaikkan tombolnya ke level 2, putaran baling-balingnya bertambah cepat, menghasilkan angin yang lebih kencang dan cakupan yang lebih luas. Angin ini mulai menyentuh lebih banyak ruang, membawa kesejukan yang lebih nyata. Dan ketika tombol nomor 3 ditekan, baling-baling berputar dengan kecepatan maksimal, menciptakan angin yang kuat dan menyebar ke seluruh ruangan, mencapai orang-orang di sudut yang paling jauh.” kata pak guru.
Hidup manusia tidak jauh berbeda dengan filosofi kipas angin ini. Kita seringkali memulai perjalanan hidup dengan tombol nomor 1—melangkah perlahan, berada di zona nyaman, dan hanya menghasilkan dampak kecil bagi diri sendiri dan keluarganya saja. Ini adalah fase awal, di mana kita merasa cukup dengan apa yang ada dan tidak ingin terlalu banyak berusaha. Namun, apakah kita ingin selamanya berada di level ini? Apakah kita puas hanya memberikan sedikit hembusan angin kecil kepada dunia yang lebih luas?
Untuk benar-benar menjadi seorang pemimpin yang memiliki pola pikir maju, para pemimpin terpilih harus berani menekan tombol ke level 2. Di level ini, kita mulai mempercepat putaran hidup dan program-program yang telah dikampanyekan. Para pemimpin terpilih harus membuka diri untuk belajar lebih banyak, berani mengambil tantangan baru, dan mulai bekerja lebih keras. Pikiran kita menjadi lebih terbuka, wawasan kita meluas, dan potensi kita mulai dirasakan oleh orang-orang di daerah yang ia pimpin. Sama seperti kipas angin di level 2, kita mulai memiliki dampak yang lebih besar. Hembusan angin kehidupan kita tidak lagi hanya untuk diri sendiri dan kroninya, tetapi juga mulai membawa manfaat kepada masyarakat yang lebih luas..
Namun, perjalanan hidup tidak berhenti di level 2 saja. Jika kita benar-benar ingin mengoptimalkan potensi “Open Mind”, membawa perubahan besar, dan memberikan pengaruh luas, seorang pemimpin terpilih harus menekan tombol nomor 3. Pada level ini, pemimpin terpilih tidak hanya bekerja lebih keras tetapi juga lebih cerdas. Kita berpikir besar, berani mengambil risiko, dan selalu haus untuk belajar hal baru. Energi kita terfokus pada tujuan yang lebih besar daripada diri sendiri. Kita mulai menyentuh kehidupan lebih banyak orang, membawa inspirasi, dan menciptakan manfaat yang meluas.
Kunci dari ‘Filosofi Kipas Angin” adalah keberanian untuk terus meningkatkan level putaran hidup. Semakin kencang baling-baling kehidupan kita berputar—semakin banyak usaha, doa, dan perjuangan yang kita lakukan—semakin besar pula hembusan manfaat yang kita berikan kepada dunia. Namun, seperti kipas angin, setiap level membutuhkan energi. Tombol nomor 3 memerlukan komitmen, disiplin, dan pengorbanan yang lebih besar dibanding tombol nomor 1 dan 2.
Filosofi ini mengajarkan kita bahwa hidup tidak bisa selalu berada di level nyaman. Jika ingin berkembang dan maju, seorang pemimpin harus berani menantang diri untuk melangkah lebih jauh dan berpikir lebih luas. Hidup adalah tentang bagaimana kita memanfaatkan potensi kita, seberapa besar kita mau melibatkan diri dalam kehidupan orang lain, dan seberapa jauh kita ingin memberikan kesejukan dan manfaat bagi masyarakat dan dunia.
Seperti
kipas angin yang terus berputar, hidup kita pun harus bergerak maju. Karena
jika berhenti, hembusan itu akan lenyap. Dan dunia membutuhkan hembusan angin
yang segar—hembusan dari orang-orang yang berani menekan tombol hidup mereka
hingga level tertinggi.
Wallohu
a'lam
tulisan
ini hasil podcast kecil-kecil di rumah KH. Lukman Hakin Pengasuh Pesantren Babakan Ciwaringin hingga dini hari, bersama
penulis, Dr. Achmad Zamakhsari, Husni Mubarok, M. Ag.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar