Uzbekistan Negeri Para Ulama, Indonesia Juga Negara Para Ulama

 

Gambar hanyalah pemanis saja diambil dari IDN Times

ketakketikmustopa.com, Jelang pertandingan  semi pinal Piala Asia U-23 disambut antusias oleh masyarakat Indonesia di dalam negeri maupun di luar negeri. Di dalam negeri hampir di alun-alun pusat pemerintahan hingga di tingkat RT mengadakan nobar semi pinal demi membela tim Garuda kesayangan asuhan pelatih Shin Tae-yong asal Korea.

Stadion Abdullah bin Khalifa menjadi sejarah bagi tim Garuda Indonesia melawan tim Uzbekistan (29/4/2024). Uzbekistan U-23 memenangkan pertandingan semi pinal dengan skor 2 – 0.

Sebenarnya banyak kesempatan emas di awal pertandingan namun, Shen Yinhao memilih untuk mengecek video assistant referee (VAR) terkait kemungkinan penalti. Dia justru membatalkan tendangan bebas untuk Timnas Indonesia U-23 karena menganggap bersih tekel Khusanov kepada Witan.

Kesempatan berikutnya menit ke-61, Timnas Indonesia U-23 mencetak gol lewat Muhammad Ferarri. Namun, Shen Yinhao menganulirnya. Dia meninjau VAR dan menilai Ramadhan Sananta berada di posisi offside. Hingga akhirnya Tim Garuda Indonesia  kalah 2 – 0 dari Uzbekistan. Itulah permainan, kita tidak bisa memprediksi akan menang atau kalah karena sebagus apapun permainan keputusan ada di tangan wasit.

Uzbekistan Negeri Kaya Ulama

Dari pertandingan dua negara ini sebenarnya ada yang harus kita cermati bersama tidak semata-mata soal bola sebagai penguat Nasionalisme di masing-masing dua negara tersebut. Dua negara tersebut sama-sama mayoritas muslim juga dua negara yang melahirkan banyak tokoh ulama yang berkontribusi pada dunia Islam.

Dunia Islam berutang jasa kepada para Ulama yang lahir di tanah Uzbekistan. Lebih dari 50 ulama besar dalam berbagai bidang keilmuan lahir di kota-kota pusat peradaban Islam masa lalu, seperti Bukhara, Samarkhan, Tashkent, Tirmiz, Khiva, dan beberapa kota lainnya. Sebut saja Imam Bukhari, Imam Tirmidzi, Imam ad-Darimi, Imam Al-Hakim yang terkenal dalam bidang Hadist. Ada pula az-Zamakhsyari, an-Nasafi yang mahsyur dalam bidang tafsir Alquran.

Berikut para ulama mashur dari negeri Uzbekistan

1. Imam Al-Bukhari (Ulama Ahli Hadis)

Imam Al-Bukhari dikenal sebagai ulama besar ahli Hadis yang sangat masyhur. Nama lengkapnya Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Ju'fi Al-Bukhari. Biasa dipanggil dengan sebutan Abu Abdillah. Nama Bukhari di belakang namanya dinisbahkan kepada kota kelahirannya yaitu Bukhara, salah satu provinsi di Uzbekistan.

2. Imam at-Tirmidzi (Ulama Ahli Hadis) 

Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa as-Sulami at-Tirmidzi atau lebih dikenal dengan Imam at-Tirmidzi. Imam ahli hadis ini lahir pada Tahun 209 Hijriyah di Kota Tirmidz (Termez) Uzbekistan dekat perbatasan dengan Afganistan.

3. Imam Bahauddin An-Naqsyabandi (Pendiri Tariqah Naqsyabandiyah)

Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Husaini Al-Uwaisi Al-Bukhari. Beliau lebih dikenal panggilan Imam Bahauddin an-Naqsyabandi, pendiri tariqat Naqsyabandi yang merupakan salah satu tariqah cukup besar di kalangan Islam. Beliau merupakan sosok ualama keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Sayyidina Husain.

4. Abu Manshur Al-Maturidi (Ulama Ahli Kalam)

Nama lengkapnya Muhammad bin Muhammad bin Mahmud atau dijuluki Abu Manshur Al-Maturidi. Beliau dilahirkan di Desa Matrid di daerah Samarkand Uzbekistan sekitar Tahun 238 H. Beliau dikenal sebagai sebagai tokoh Aswaja paling berpengaruh di Asia Tengah. Sosok beliau disandingkan dengan Abul Hasan al-Asy'ari, tokoh besar manhaj Ahlu Sunnah wal Jamaah. Beliau juga dikenal sebagai Ulama ahli kalam. Abu Manshur al-Maturidi wafat pada Tahun 333 H (994 M) pada usia 100 tahun dan dimakamkan di daerah Samarkand.

5. Abu Laits As-Samarqandy (Ulama Ahli Fiqih)

Beliau dikenal ulama ahli fikih dan pakar hadis, penulis tafsir Bahrul Ulum atau tafsir al-Samarqandy. Nama lengkapnya Abu Laits Nashr bin Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim as-Samarqandi al-Balkhi atau yang lebih akrab disapa Abu Laits as-Samarqandy. Imam As-Samarkandi adalah ulama yang berkecimpung dalam Fiqih Hanafi. Salah satu kitabnya yang populer adalah "Tanbihul Ghafilin"

6. Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi (Bapak Aljabar, Ahli Matematika)

Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi. Seorang ilmuwan muslim ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi. Beliau lahir Tahun 780 di Khwarezmia (sekarang Khiva, Uzbekistan). Buku pertamanya, Al-Kitaab al Muhtasar fii Hisaab al jabr wa'l Muqabaala adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari persamaan linear dan persamaan kuadrat. Sehingga beliau dijuluki sebagai Bapak Aljabar.

7. Ibnu Sina (Bapak Kedokteran Modern)

Sosok cendekiawan berikutnya adalah Ibnus Sina bernama lengkap Abu Ali al-Husayn bin Abdullah bin Sina. Beliau lahir Tahun 980 M di Afsyahnah, dekat Bukhara, Uzbekistan.

Indonesia Juga Banyak melahirkan Ulama  Kelas Dunia

Di Indonesia melahirkan banyak ulama yang perannya tidak bisa dipandang sebelah mata.  Berikut 5 ulama Indonesia yang hingga kini nama dan karyanya dikenal dunia.

1. Syekh Nawawi al-Bantani

Nama lengkapnya adalah Abu Abd al-Mu’ti Muhammad bin Umar al-Tanara al-Jawi al-Bantani. Lahir di Tanara, Serang, Banten pada 1813 dan wafat di Mekah pada 1897.

Hingga akhir hayatnya, Syekh Nawawi berhasil menulis ratusan judul kitab yang menjadi rujukan ulama-ulama di Jazirah Arab dan Asia Tenggara. Di Indonesia, karya-karya itu menjadi kurikulum wajib di pesantren dan madrasah. Seperti kitab al-Tafsir al-Munir li al-Mualim al-Tanzil al-Mufassiran wujuh mahasin al-Ta’wil musamma Murah Labid li Kasyafi Ma’na Qur’an Majid, Kasyifah al-Saja syarah Safinah al-Naja, Sullam al-Munajah, Nihayah al-Zain, atau Nashaih al-‘Ibad.

2. Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi

Nama lengkapnya adalah al Allamah asy Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah bin Abdul Lathif bin Abdurrahman. Ia lahir di Koto Tuo – Balai Gurah, IV Angkek, Agam, Sumatera Barat pada 1860 dan wafat di Mekkah 1916.

Ia tercatat sejarah sebagai orang Indonesia yang dipercaya menjadi imam besar di Masjidil Haram, Mekkah.

Dari pikirannya, lahir ratusan karya. Beberapa judul yang sering dijadikan rujukan oleh ulama dunia ialah Hasyiyah an Nafahat ala Syarhil Waraqat lil Mahalli Al Jawahirun Naqiyyah fil Amalil Jaibiyyah, ad Da’il Masmu ala Man Yuwarritsul Ikhwah wa Auladil Akhwan Maa Wujudil Ushul wal Furu, serta Raudhatul Hussab.

3. Syekh Muhammad Yasin al-Fadani

Syekh Yasin memiliki nama lengkap Abu al Faydl Alam al Din Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al Fadani. Ulama berdarah Padang, Sumatera Barat ini dilahirkan 17 Juni 1915 dan wafat di Mekkah pada 20 Juli 1990.

Sepanjang hidupnya, Syekh Yasin menulis 97 kitab. Yang paling dikenal berjudul Al-Fawaid al-Janiyyah. Buku ini menjadi materi silabus dalam mata kuliah ushul fiqih di Fakultas Syariah Al-Azhar Kairo, Mesir.

4. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari lahir di Desa Lok Gabang Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan pada 17 Maret 1710. Ia wafat di Dalam Pagar, Martapura Timur, Banjar, pada pada usia 102, yakni 3 Oktober 1812.

Dari kecerdasannya, lahir banyak karya, salah satunya adalah kitab berjudul Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amriddin. Kitab tersebut dianggap banyak tokoh sebagai buku paling monumental. Kitab yang memuat penjelasan hukum fikih itu bahkan dijadikan dasar Negara Brunai Darussalam.

5. Syekh Sulaiman ar-Rasuli al-Minangkabawi

Syekh Sulaiman atau yang dikenal dengan Inyiak Canduang lahir di Candung, Sumatera Barat pada 1871 dan wafat pada 1 Agustus 1970. Ia menempuh pendidikan agama di Mekkah bersama KH Hasyim Asyari, Syekh Hasan Maksum, Syekh Khatib, Syekh Zain Simabur, dan lainnya.

Karya Syekh Sulaiman banyak menjadi sumber inspirasi bagi ulama di Asia Tenggara dan Jazirah Arab. Beberapa judul yang dikenal antara lain Dhiyaus Siraj fil Isra’ Walmi’raj, Tsamaratul Ihsan fi Wiladah Sayyidil Insan, Dawaul Qulub fi Qishshah Yusuf wa Ya’qub, Risalah al-Aqwal al-Wasithah fi Dzikri Warrabithah, al-Qaulul Bayan fi Tafsiril Quran, serta al-Jawahirul Kalamiyyah. Syekh Sulaiman dianggap sebagai tokoh yang menyebarluaskan gagasan keterpaduan adat Minangkabau dan syariat lewat ungkapan Adaik basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.

 

Wallohu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar