ketakketikmustopa.com, World Book Day atau Hari Buku Sedunia banyak orang yang tidak tahut kalau tanggal 23 April itu di peringati sebagai hari buku sedunia. Kami kira ini merupakan perayaan untuk meningkatkan kepedulian terhadap minat baca dan tulis buku yang akhir-akhir ini dikesampingkan banyak orang.
Terkait dengan pentingnya membaca dan menulis buku, tidak semata mata untuk memenuhi tugas akademik saja, tapi juga bisa untuk menambah wawasan membuka jendela dunia, meningkatkan kafasitas personal. Satu sisi kita dimudahkan dengan kecanggihan digital data by file tidak perlu bahan cetak, di sisi lain kita dirugikan dengan semakin langkanya data fisik berupa buku.
Kita bisa melihat di kalangan pelajar, mahasiswa, guru atau dosen berlomba-lomba meningkatkan identitas pendidikan setinggi-tingginya dengan gelar akademik mentereng, tapi rapuh tidak memiliki karya buku. Sehingga orang awam bisa berkesimpulan bahkan mempertanyakan mana karyanya? berapa banyak? spesialis keilmuan di bidang apa?
Riset yang dilakukan oleh UNESCO pada tahun 2016 menyebutkan bahwa Negara kita, Indonesia ini termasuk sebagai negara dengan minat baca yang paling rendah di dunia. Hasil riset tersebut menunjukan bahwa Indonesia menempati urutan terendah kedua. Tentu saja ini sangat mencengangkan sekaligus juga sebagai tamparan bagi kita selaku akademisi.
Bagaimana tidak? Lembaga pendidikan di Indonesia ini sangat beragam dan banyak jumlahnya. Mulai dari sekolah umum, madrasah hingga pesantren dengan potensi massa dan perkembangan keilmuan yang sangat besar. Lembaga pendidikan itu ada yang dikelola oleh pemerintah, dan ada yang dikelola secara mandiri oleh swasta.
Di Indonesia pun banyak terdapat Perguruan Tinggi, baik yang dibawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) maupun Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Namun ternyata jumlah lembaga pendidikan yang sangat banyak itu tidak berbanding lurus dengan tingginya minat membaca dan menulis buku.
Kalau di Perguruan Tinggi saja malas membaca dan menulis bagaimana dengan di sekolah SLTA?, kalau di SLTA saja sudah malas membaca bagaimana dengan di sekolah SLTP?. Padahal dulu waktu zaman penulis masih SD sekitar tahun 1980-an sudah terbiasa membaca dan menulis puisi, saat di SMP berapa kali khatam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Vijk karya Hamka. Lalu kalau ditanya mahasiswa sekarang berapa banyak koleksi buku selama kuliah?, belum lagi kalau ditanya dari sekian puluh ribu dosen sudah berapa banyak buku yang ditulis?
Dengan adanya Hari Buku Sedunia, kita berharap momen ini bisa dimanfaatkan untuk mempermudah akses buku bagi setiap orang. Kekuatan buku harus dimanfaatkan sepenuhnya. Harus ada kepastian akses terhadap buku-buku sehingga semua orang bisa membaca dan bermimpi, belajar dan berefleksi.
Membaca dapat memperluas wawasan, mempertajam gagasan dan meningkatkan kreativitas. Maka tidak heran seseorang yang gemar membaca dengan keluwesan wawasannya tentu akan sangat jelas arah bicaranya, tajam gagasan dan ide yang disampaikannya dan kreatif dalam mengemas kata baik pada saat berbicara maupun menyajikannya dalam karya tulis.
Menulis adalah buah dari pikiran yang merupakan kesimpulan dari berbagai macam gagasan yang dipetik dari beragam bacaan.
Ketika
seseorang banyak membaca, maka sudah tentu ia akan dapat menuliskan kembali
ilmu yang diperolehnya dari bahan bacaan itu dengan gaya bahasanya sendiri.
Semakin banyak hasil karya tulis, maka menunjukan semakin banyak hasil buah
dari pemikiran, maka diketahui disitulah ilmu pengetahuan berkembang. Ketika
ilmu pengetahuan berkembang, maka secara perlahan peradaban akan maju pula.
Wallohu
a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar