Ciwaringin, 26 Oktober 2023 - Kemarin hari Kamis, tanggal 26 Oktober 2023 Kampus STID Al-Biruni kedatangan Ketua Umum Majelis Agung Raja Sultan Indonesia Sinuhun Wulan Tedjo dari Kasunanan Surakarta Jawa Tengah. Turut serta dalam menemani kunjungan silaturahmi KPAH Redjoningrat dan KPA Hatmosewoyo.
Dari pihak tuan rumah hadir pula para pengurus Yayasan Amal Al-Biruni dan para dosen STID Al-Biruni yaitu, Bapak KH. Uki Marzuki, Bapak Mustopa, Bapak Dr. Imam Supardi, Bapak Dr. Zamaksari, Bapak Dr. Aenun Najib, Bapak Ibnu Alwan, M.A., Bapak Almaroghu, M.A., Bapak, Bapak H. Dasuki, M.A.
Kedatangan Sinuhun Wulan Tedjo disambut langsung oleh Ketua Yayasan Amal Al-Biruni Cirebon KH. Uki Marzuki, M.Ag. Dalam sambutannya Kang Uki panggilan KH. Uki Marzuki menyampaikan banyak terima kasih atas kedatangan Sinuhun dan rombongan mudah-mudahan kehadirannya bisa membawa keberkahan dan kemajuan kampus Al-Biruni. Dan bisa mengintegrasikan antara Budaya, Histori, Dan Spiritual.
Setelah acara sambutan dari ketua Yayasan Amal Al-Biruni Cirebon selesai berikutnya adalah Studium General yang disampaikan langsung oleh Sinuhun Wulan Tedjo dari Kasunanan Surakarta. Dalam paparannya Sinuhun mengurai histori keraton di nusantara dengan pendekatan Sinuhun Wulan Tedjo dari Kasunanan Surakarta.
Ketua Umum Majelis Agung Raja Sultan Indonesia dulu namanya Forum Silaturahmi Keraton Nusantara karena saya sering bicara dengan Ketua PBNU KH Said Aqiel Siradj, saya juga ngomong dengan ke Presiden Jokowi, saya memimpin keraton dan pemangku budaya sejumlah 225 keraton jumlah ini sesuai dengan catatan Den Haag Belanda. Saat ini hanya 138 keraton saja, dari 138 keraton nusantara pada awalnya di bawah organisasi Forum Silaturahmi Keraton Nusantara kemudian organisasi ini berubah menjadi Majelis Agung Raja Sultan Indonesia.
Insya Allah organisasi ini di luar garis politik, hanya mengurusi seputar history, budaya dan spiritual. Kalau kita mau mengambil dasar-dasar pemikiran saat ini dan masa yang akan datang adalah pemikirannya Pakubuono ke-10 dari 1893-1939. Pakubuwana X memiliki nama lengkap Raden Mas Sayiddin Malikul Kusno. Lahir hari Kamis Legi, jam 7 pagi tanggal 22 Rajab 1795 (tahun Jawa) atau tanggal 29 November 1866. Ibunya bernama KRAy Kustiyah yang menjadi permaisuri Pakubuwana IX. Pada tanggal 4 Oktober 1869 saat usianya 3 tahun, Pakubuwana X dinobatkan sebagai putra mahkota dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram VI.
Waktu Sinuhun Wulan Tedjo menjadi Ketua Forum Silaturahmi Keraton Nusantara payung hukumnya di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan sekarang setelah berganti Majelis Agung Raja Sultan Indonesia lembaga ini langsung berada di bawah presiden.
Trah Keraton Mataram I dan II yaitu Panembahan Senopati, Eyangnya yaitu Sutan Agung Prabu Harjokusumo usia 9 tahun sudah di pondok pesantren, Kyai Jejer namanya di daerah Wonosari.
Konsep pemimpin itu mengayomi kemudian konsep dari barat masuk Ekskutif, Legislatif dan Yudikatif tatanannya sudah berubah.
Sejak daulu tanah Jawa sudah diwakafkan ke Islam selain Islam ya tidak bisa, kemudian muncul Bhineka Tunggal Ika ini mestinya memerlukan kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritualitas.
Di Solo sudah ada tata cara membangun negara harus dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritualitas. Di Solo dulunya tidak mengenal istilah raja tapi yang dikenal adalah istilah ratu, supaya kita tidak rukun, supaya kita tidak satu maka istilah ratu diganti dengan raja. Karena kalau kita satu bahaya akan menjadi kekuatan besar.
Yang pernah berangkat haji ke
tanah suci di kalangan keraton cuma saya (Sinuhun Wulan Tedjo)
karena di kalangan keraton aturannya tidak boleh berangkat haji itu tugasnya
ulama sedangkan keraton adalah umaro atau pengayom. Sedangkan sejak dari jaman dulu yang namanya
raja itu seorang maka mendapatkan gelar Sayidin Panatagama. Kemudian tradisi gelar Sayidin Panatagama diteruskan pada masa Kerajaan
Mataram Islam, raja pertamanya Sutawijaya dengan gelar Panembahan
Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Setelah itu, tradisi gelar
tersebut terus dilanjutkan untuk menyebut raja Kerajaan Surakarta dan Kerajaan
Yogyakarta hingga hari ini. Gelar ini aslinya
pemberian dari Turki, saya satu-satunya orang keraton yang pergi ke Turki yang
menanyakan tentang gelar itu sekaligus menyambungkan sanad gelar,
Di kalangan keraton
mengenal istilah Satrio piningit, Satrio Piningit atau juga disebut adalah
seorang yang berkarakter Satria apokaliptik Jawa dari Jongko Joyoboyo yang
dianggap sebagai orang yang akan menjadi Pemimpin Besar Nusantara dan
memerintah dunia khususnya wilayah dunia asia.Sultan Agung dulu menolak jadi
raja tetapi siapa yang mendorong dan membimbingnya ya Sunan Kalijaga akhirnya
mau. Hebatnya Sunan Kalijaga bisa menggabungkan budaya dan religius. Satrio
Piningit kerjanya tirakat, diam hingga akhirnya bisa berpikir jangka panjang.
Antara para wali-wali dan para raja-raja di tanah Jawa sudah memikirkan semua.
Sebenarnya Pilpres mendatang
kita harus pilih yang mana, kalau kita tahu histori sebenarnya semua ini sudah
diwakafkan ke Islam dan pusat Islam ada dimana ya ada di pesantren. Ilmu itu
ada dimana, ya di sini di pondok pesantren. Kaitannya dengan Suksesi Pilpres
mendatang yaitu orang yang keislamannya kuat spiritualnya kuat. Orang tersebut
jarang mengeluarkan statmen atau pernyataan, lebih banyak diam, orang yang
dimaksud biasanya orang-orang pesantren.
Kalau bicara kekayaan
mohon maaf mungkin saya yah, bicara
merah delima yang punya istri saya, Sultan Pakubuwono punya tanah 36 hektar di
Kota Uday sebelahnya kota Makah. 2 tahun yang lalu saya didatangi dari pihak
Raja Saudi 750 trilyun real Saudi Arabia.
Kerajaan Islam di
Nusantara yang pertama kali adalah Kerajaan Demak. tapi hanya 3 periode yaitu
Kesultanan terus muncul Senopati yang membimbing Sunan Kalijaga. Contoh lagi
Burhan, Burhan ini Ronggowarsito dia merupakan seorang pujangga. Sehari-harinya
judi, mabuk, main perempuan. Kyai Kasan Bestari bingung harus diapakan si
Ronggowarsito, akhirnya ketemu idenya yaitu kalau sudah jam 12.00 malam masuk
kali terus rendam terserah mau apa di kali tapi kalau sudah masuk waktu subuh harus
masuk masjid. diajari sholat terus begitu saja dan akhirnya dapat petunjuk.
Inti dari studium general yang disampaikan Sinuhun Wulan Tedjo dari Kasunanan Surakarta di Kampus STID Al-Biruni Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon mengajak kepada semua pihak agar menjaga dan merawat Tradisi Pondok Pesantren karena Pondok Pesantren itu mengajarkan Pendidikan Akhlak, Tradisi, Budaya, Histori, Dan Spiritual. Seorang calon pemimpin juga harus memiliki sifat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar