SAJADAH MERAH

 


SAJADAH MERAH
-Mustopa- 
 
Sebut saja Irma namanya, sudah 3 tahun mondok di salah satu pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. Selama mondok mesantren, Irma juga sekolah di Madrasah Aliyah Negeri tidak jauh dari lingkungan pesantren mengambil jurusan ilmu-ilmu sosial. Irma tidak hanya pintar dan cerdas, juga berparas cantik danmempesona.
 
“Tidak terasa waktu begitu cepat, perasaan barusan kemarin diantar bapak ke pondok untuk  belajar menuntut ilmu agama sambil sekolah, sekarang tahu-tahu sudah mau lulusan saja“ sambil melamun, aku sedang meraba-raba kemana rencana mau melanjutkan kuliah.
 
“Heey.. sedang apa kamu Irma sendirian jentul melamun aja, bukannya bantu-bantu panitia mau Imtihan Akhirussanah?“ tanya Amanda bikin kaget Irma.
 
“Sedang menghayal cita-cita bagaimana rasanya belajar di bangku kuliah dan nich barusan dapat informasi diterima di jurusan Psikologi, Manda“ kata Irma bersemangat.
 
Pertemanan Irma dengan Amanda terjalin dengan, namun ada perbedaan sedikit kalau Irma sedikit pendiam dan Amanda agak terbuka cenderung humoris dan bisa menghibur. Soal hati, cinta dan asmara mereka berdua cuek tidak peduli, dan komitmen pada cita-cita ingin membahagiakan kedua orang tua. Kalau ada masalah mereka saling menasihati.
 
“Aku sampai hari ini sudah semester III Psikologi belum merasakan jatuh cinta, sama dengan Amanda juga belum pernah dia curhat soal cowok. Kalau ada cowok mendekat pasti aku dan Amanda sepakat untuk menolak sepakat untuk dijadikan teman saja. Tapi bagaimana ya rasanya pacaran?“ gumam Irma dalam hatinya.
 
“Irma.. keluar yuh mumpung pondok masih libur“kata Amanda.
 
“Hayu atuh, kemana kita jalan Manda“tanya Irma.
 
====
 
Tepat jam 10.00 pagi kedua sahabat sudah di pintu gerbang pondok, tiba-tiba mobil fortuner masuk. Bagi santri senior sudah hafal mobil siapa yang masuk, pas di pintu gerbang masuk kaca mobil terbuka sedikit demi sedikit.
 
“Assalamu’alaikum.. Mba Irma dan Mba Amanda“ suara Gus Aldo pelan menyapa. Gus Aldo adalah putera satu-satunya Pak Kyai yang sedang viral sholawatan-sholawatan di kanal youtubnya.
 
“W’alaikumussalam..Gus“ Irma dan Amanda jawab salam sambil membungkuk tidak berani menatap.
 
“Pada mau kemana nich kalian berdua?“ tanya Gus Aldo
 
“Ijin Gus, mau cari angin“ Irma dan Amanda jawab gugup.
 
Tempat yang dituju oleh Irma dan Amanda adalah “Kape Al-Hamdulillah“ tempatnya di samping sekolah MAN dulu belajar dari pondok cukup jalan 5 menit sudah sampai. Setelah sampai di kape terus pesan es teh dan siomay. Obrolan kali ini tidak serius pada cita-cita, mata kuliah dan perkembangan isu politik 2024, tapi betapa malunya tadi disapa Gus Aldo puteranya Pak Yai yang ganteng.
 
Sambil nyeruput es teh dan menyantap siomay, Irma yang tadinya malu disapa Gus Aldo terus buka HP langsung kaget melihat di HP ada chatan Gus Aldo menyapa.
 
“Assalamu’alaikum Irma, mohon maaf nich mengganggu kalian berdua“kata Gus Aldo.
 
“Maaf ya Irma,aku sebenarnya sudah lama menaruh hati padamu, sejak pertama kali engkau masuk pondok pesantren abahku, mataku susah tertidur selalu terbayang wajahmu, mungkin saat ini aku beranikan lewat chat ini untuk mengungkapkan“ujar Gus Aldo
 
“Aku juga sama seperti manusia biasa tidak bisa dibohongi punya perasaan cinta, aku harap engkau mengerti dan biarkan hanya aku yang bersemayam di hatimu. Balas ya Irma...“ Gus Aldo terus mendesak.
 
Dengan berderai air mata penuh kebahagiaan tapi susah untuk menjawab, walau bagaimanapun Gus Aldo adalah anak pak yai nanti bagaimana kata orang, tapi Irma juga tidak bisa dibohongi bahwa di hatinya ada perasaan cinta yang menggebu-gebu, teramat sayang kalau permohonan hati Gus Aldo tidak dibalas.
 
“Iya Gus“ jawab Irma, bingung harus jawab apa.
 
====
 
Tiba-tiba ada kurir JnT mengantarkan bungkusan aga besar  tertulis untuk Irma salah satu santri perempuan di pondok ini, security pondok memanggil nama Irma. tidak lama Irma datang mengambil kiriman tanpa ada nama pengirim. Setelah dibuka ternyata isinya “Sajadah Merah“  di balik lipatan sajadah ada sepucuk surat.
 
“Irmaku.. aku kirimkan sajadah merah, sudilah kiranya engkau menerima, ini Cuma sebagai tanda mata dan tanda cinta kita agar engkau semangat belajar dan rajin ibadah, salam dari cintamu, Aldo“ inti surat itu.
 
Cinta tidak harus liar, sekalipun terhalang tembok yang tebal, terhalang oleh kultur keluarga kyai dan orang biasa. Cinta mereka tulus laksana Romeo dan Yuliet hati mereka menyatu bagaikan adonan kue. Percintaan mereka sekalipun lewat chat tidak diketahui oleh siapapun.
 
====
 
Bagaikan petir di siang bolong, saat Irma baru saja menyelesaikan sidang skripsi jurusan Psikologi mendengar kabar dari teman setia si Amanda mengabarkan bahwa Gus Aldo dijodohkan oleh abahnya dengan keluarga besar pesantren yang ada di Jawa Timur.
 
“Merana, kini aku memang merana, Tapi pantang bagiku 'tuk berputus asa, Kusadari cinta tak harus memiliki, Kar'na jodoh, rizki, mati, oh, takdir Ilahi. Tinggallah kini, oh, SAJADAH MERAH“ Irma tersungkur, menangis sejadi-jadinya terus dia bangkit lagi.
 
Kampus  STID Al-Biruni Cirebon
31 Juli 2023
 
Isi dalam cerita ini fiktif, kalau ada nama, tokoh dan tempat yang sama itu hanya kebetulan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar