Abstrak:
Tulisan ini membahas fenomena dakwah digital yang berkembang melalui platform media sosial seperti TikTok dan Instagram Reels, serta program dakwah visual tematik seperti Hikam TV dari Kampus STID Al-Biruni. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif untuk menelaah bagaimana media sosial mengubah wajah dakwah Islam di Indonesia dan bagaimana institusi keilmuan seperti STID Al-Biruni memadukan dakwah tradisional dengan pendekatan digital modern. Artikel ini menyoroti potensi, tantangan, serta etika dakwah digital kontemporer.
Kata Kunci: Dakwah Digital, Da'i Influencer, Hikam TV, Media Sosial, STID Al-Biruni
Pendahuluan:
Perkembangan teknologi digital telah menciptakan lanskap baru dalam dunia dakwah Islam. Di tengah era disrupsi ini, dakwah tidak lagi hanya dilakukan di mimbar masjid atau majelis taklim, tetapi juga merambah platform digital seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts. Di sisi lain, munculnya platform dakwah berbasis kampus seperti Hikam TV menunjukkan bahwa pendekatan tradisional masih bisa menyatu dengan inovasi digital. Penelitian ini bertujuan menganalisis dinamika tersebut.
Landasan Teori:
Fenomena ini dapat dilihat melalui lensa teori komunikasi dakwah dan teori media baru (new media theory). Komunikasi dakwah kini bergeser dari komunikasi satu arah ke arah partisipatif-interaktif, sedangkan media baru memungkinkan penyebaran pesan secara luas, cepat, dan efisien (McQuail, 2010).
Metodologi:
Penelitian ini bersifat kualitatif-deskriptif dengan studi pustaka sebagai pendekatan utama. Data diperoleh dari publikasi ilmiah, observasi konten media sosial, dan analisis terhadap materi dakwah Hikam TV.
Pembahasan:
1. Dakwah Populer di Era TikTok dan Reels Media sosial memungkinkan para da’i menjangkau jutaan pengguna dengan konten berdurasi singkat namun kuat secara emosional. Ustadz Hanan Attaki, Ustadz Adi Hidayat, dan Ustadzah Oki Setiana Dewi adalah contoh da’i yang memaksimalkan peran media sosial sebagai alat dakwah.
2. Kritik terhadap Dakwah Instan Muncul kekhawatiran bahwa dakwah melalui TikTok terlalu dangkal dan cenderung mengedepankan sensasi daripada substansi. Fenomena komodifikasi agama menjadi isu yang perlu diwaspadai dalam dakwah digital.
3. Hikam TV: Dakwah Tematik Berbasis Keilmuan STID Al-Biruni melalui Hikam TV menghadirkan KH. Lukman Hakim dalam kajian rutin Kitab al-Hikam karya Ibnu Athoillah Assakandari setiap Rabu malam Kamis. Kajian ini menyuguhkan konten yang mendalam dan reflektif, menjadi alternatif dakwah digital yang tetap berakar pada tradisi keilmuan klasik.
4. Sinergi Tradisi dan Teknologi Hikam TV memperlihatkan bahwa kedalaman ilmu dan kontemplasi sufistik dapat dikemas secara visual dan digital tanpa kehilangan makna. Hal ini menunjukkan peluang besar bagi pesantren dan lembaga dakwah tradisional untuk beradaptasi dengan era digital.
Kesimpulan:
Dakwah digital melalui TikTok dan Reels merupakan peluang besar sekaligus tantangan. Perlu keseimbangan antara popularitas dan kedalaman. Inisiatif seperti Hikam TV menjadi contoh ideal bagaimana dakwah bisa tetap populer tanpa meninggalkan nilai-nilai keilmuan dan spiritualitas.
Wallohu a'lam
Daftar Pustaka:
McQuail, Denis. (2010). Mass Communication Theory. London: Sage Publications.
Nadzir, M. (2022). “Dakwah dan Pop Culture: Fenomena Da’i di Era Digital.” Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam, 6(1), 33–47.
Heryanto, A. (2018). Pop Culture and the Islamic Resurgence in Indonesia. Routledge.
Lukman Hakim. (2023). Tafsir al-Hikam: Hikmah-Hikmah Spiritual dalam Kitab Ibnu Athoillah Assakandari. Jakarta: Hikam Publishing.
We Are Social & Hootsuite. (2024). Digital 2024: Indonesia. https://datareportal.com/reports/digital-2024-indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar