Hidup Tanpamu, Berat

 


Ketakketikmustopa.com. Buku ini berjudul “Hidup Tanpamu, Berat” hadir dihadapan  pembaca. Merupakan kumpulan cerpen yang ditulis para penulis  terbaik.  Buku dengan nomor QRCBN 62-109-3681-848 diterbitkan oleh Penerbit CV Lingkar Penulis (Jl. Teuku Umar Gang Chandra no 43 Kedaton Bandar Lmpung), terbit cetakan pertama, November 2024.

Penulis (Mustopa) sendiri dalam buku ini berkontribusi  menulis cerpen dengan judul “Rindu Tak Bertepi”. Yu ikuti kisahnya !!! ....


“Rindu Tak Bertepi”
-Mustopa-

Di zaman sekarang ini perbuatan dosa sepertinya sudah dianggap biasa bahkan kian merajalela menjadi gaya hidup dan tren anak muda, terkadang  tidak memiliki rasa malu saat melakukannya seperti mabuk-mabukan minuman keras, pil, ganja, penyalahgunaan obat-obatan,  judi, main perempuan dan lain-lain. Tapi tidak sedikit juga di kalangan masyarakat kita masih banyak orang-orang yang mampu menghindari dari perbuatan maksiat dan dosa.

Berawal dari coba-coba jadi ketagihan terus kecanduan dan akhirnya dilakukan berulang-ulang. Biasanya orang yang sudah terjerumus ke dalam lembah dosa ini didukung oleh lingkungan, selama orang itu tidak bisa hijrah dari lingkungan itu, selama itu pula orang itu akan berada dalam kubangan dosa.

Cerita anak muda sebut saja Bayu (bukan nama sebenarnya), hidup orang tuanya yang berkecukupan tapi dalam hidupnya disibukkan dengan urusan dunia hingga akhirnya kurang perhatian pada anaknya, Bayu hidup dalam ruang hampa tidak mengenal kasih sayang yang dikerjakannya adalah maksiat dan dosa.

"Sejak masih di bangku aku sudah mengenal minuman keras, ganja, pil, obat-obat terlarang, judi dan main perempuan. Orang tuaku kaya, kalau ada masalah denganku cukup diselesaikan dengan uang" ujar Bayu.

"Sekolahku hancur, tidak bisa lanjut kuliah seperti teman-temanku yang rajin. Hidupku sebagai seorang pendosa tiap hari mabuk, judi dan main perempuan. Hidup dan bergaulku bersama orang-orang preman, kadang membuat warga resah" ujar Bayu lagi semakin resah bagaimana caranya keluar dari belenggu dosa.

"Ku menangis bukan karena putus cinta, ku bersedih bukan karena ditinggal kekasih. Kini aku menangis karena aku bersedih, ku teringat dosa-dosa yang pernah aku lakukan. Menjerit kadang bathinku menjerit, Menyesali sungguh aku menyesali. Seandainya terlihat dosa di tubuhku ini, mungkin bagai melihat kain putih tersiram tinta hitam" Bayu asyik dan tenggelam melihat youtub lagu "Dosa" yang dinyanyikan Nisa Sabyan.

Suatu hari tiba-tiba hatinya bergetar saat melihat di youtub ada pengajian kyai muda di Jawa Timur sedang viral diikuti tidak hanya oleh kaum Muslimin saja, non muslim pun banyak bahkan, dari para preman, anak punk dan perempuan nakal pun banyak yang ikut ngaji. Tempat pengajian itu terkenal dengan Pengajian Sabilut Taubah.

Akhirnya Bayu sampai juga ke tempat pengajian itu, yang terlihat sosok kyai muda yang disegani dan dikagumi oleh ratusan jama’ah. Yang menarik di pengajian ini ada tanya jawab kadang jama’ahnya dipanggil maju ke depan.

"Coba yang pakai jilbab biru baju putih maju ke depan! namanya siapa mba? "  kyai muda menunjuk perempuan cantik yang dimaksud.

"Nama saya Novi, Gus. saya datang jauh dari Purwakarta" jawab perempuan cantik itu.

"Oh ini dari Sunda kayaknya ya, kumaha damang?" ujar kyai muda

"Apa tujuannya ikut pengajian jauh-jauh dari Purwakarta?" tanyanya lagi.

"E.. anu Gus, Novi datang dari jauh bertiga bersama teman saya Rina dan Tuti, kami perempuan yang banyak dosanya sering clubing, keluar malam sering menggoda para lelaki hidung belang" jawabnya dengan polos dan para hadirin pun bertepuk tangan.

Bayu yang sejak awal mengikuti pengajian perhatiannya jadi tertuju pada si hijab biru, ada getaran hebat mengguncang hatinya membuat hatinya ingin berkenalan kebetulan Bayu sama-sama dari Indramayu Jawa Barat. Sejak mengikuti pengajian pertama itu pikiran Bayu  terbayang terus Novi si hijab biru lesung pipi.

Masih teringat kyai muda menyampaikan tausiyah bagaimana nikmatnya menjadi seorang muslim yang beriman dan bertaqwa laksana setitik embun di pagi hari tampak segar, tentram dan bahagia dalam hidupnya.

Setelah ikut pengajian, bayu tetap pendiriannya ingin merubah hidup bertaubat pada Allah SWT ditambah satu lagi bagaimana caranya bisa berkenalan dengan Novi yang berbaju putih hijabnya biru.

"Tetapi diri ini tiada putus asa, Aku akan bertobat dan bersujud memohon pada-Nya. Semoga Tuhan yang Maha Kuasa mengampuni salah dan dosa-dosaku" sambil mendengarkan lagu "Dosa" Bayu terus meneteskan air mata teringat dosa masa lalu.

Pada bulan berikutnya, dengan tekad bulat Bayu berangkat ke Jawa Timur mengikuti Pengajian Jalan Bertaubat tujuannya agar bisa bertaubat menemukan jalan yang bisa merubah hidupnya dari kubangan dosa menuju ketentraman hati.

Hari-hariku terus berubah, entah mengapa sedikit demi sedikit aku mulai malas ngepil, ogah mabok, enggan main perempuan. Perlahan aku sudah mulai meninggalkan pergaulan bebas. Justru sekarang aku mulai beli buku belajar tentang sholat sekaligus ingin mulai belajar mengaji Al-Qur’an.

Tidak sengaja saat akan pulang dari pengajian itu, Bayu ketemu lagi dengan tiga perempuan yang pada bulan lalu Novi pakai hijab biru, kali ini dia pakai hijab merah kecoklat-coklatan membuat Bayu semakin terpana. Tidak jauh dari tiga anak perempuan itu ada seorang laki-laki berpeci paruh baya.

"Wahai anak muda!, diperhatikan dari tadi anda kok memperlihatkan anak saya terus, siapa nak namanya? dari mana?tanya orang tua separuh baya itu

"Saya Bayu pak, saya dari Indramayu" jawab Bayu.

"Oh jauh juga ya, ikut kami aja bermalam dulu di rumah kami dekat kok Lamongan. Perkenalkan ini anak-anak kami yang pertama namanya Aisyah, yang kedua namanya Azizah dan yang ketiga namanya Faizah dan saya sendiri ayahnya nama saya Budiman" terang pak Budiman.

Bayu mendadak bingung karena di pengajian bulan lalu saat di panggil kyai muda maju kedepan namanya Novi kok sekarang berubah namanya jadi Aisyah. Ternyata Novi dan adik-adiknya waktu di pengajian bulan lalu mereka menyamar, nama aslinya Aisyah, Azizah, Faizah. Alamat aslinya juga bukan dari Purwakarta tapi dari Lamongan. Mereka bertiga bukan anak-anak nakal tapi anak-anak pesantrenan.

Karena waktu sudah malam akhirnya Bayu menerima tawaran pak Budiman menginap di Lamongan. 

Di pagi harinya, Aisyah datang membawa 2 cangkir kopi khas Lamongan.

"Silahkan diminum nak, ayo kita sarapan berdua sama bapak. ini kalau di sini sarapannya  soto Lamongan, ayo dimakan nak!"  pak Budiman mengajak sarapan pagi.

"Iya pak" jawab Bayu dengan gugup.

"Nak Bayu, bapak perhatikan kayaknya  waktu di pengajian kamu suka sama anak bapak?" tanya pak Budiman.

Bayu seketika hatinya bagaikan disambar petir, teringat akan dirinya yang kotor penuh dosa, masa mudanya hancur karena salah pergaulan, mabuk-mabukan dan main perempuan. Sungguh sangat tidak pantas kalau saya harus bersanding dengan Aisyah yang baru lulus dari pesantren.

"Kini aku menangis karena aku bersedih, ku teringat dosa-dosa yang pernah aku lakukan. Menjerit kadang bathinku ini menjerit, menyesali sungguh aku menyesal" bathin Bayu menangis menjerit semakin menjadi-jadi.

Sesekali mata Bayu tertuju ke dinding ada sebuah bingkai potret perempuan cantik berhijab ukuran 10 R, lagi-lagi hatinya bergetar tumbuh rasa tidak karuan betapa maha besar Allah SWT menciptakan perempuan begitu cantik, tidak terasa air mata menangis menetes jatuh ke lantai teringat dosa yang begitu besar dan getaran hati pula sangat besar untuk mencintai perempuan yang ada di bingkai itu.


"Hatiku semakin sunyi, aku menatap bayang-bayang dosa yang ku ciptakan sendiri. Setiap kesalahan dan penyesalan menyelimutiku, namun dalam gelapnya hati ini, aku menemukan secercah cahaya—keinginan tulus untuk bertaubat dan kembali pada jalan yang benar. Ya Allah, terimalah taubatku dan jadikanlah aku hamba yang Engkau ampuni dan rahmati. "

 

"Kehidupan yang penuh dosa telah membawaku jauh dari jalan-Mu, dan setiap hari aku menanggung beban kesalahan yang tak tertanggung. Namun, kini aku merasakan panggilan dari hati yang hancur ini, mendamba ampunan-Mu. Dengan penuh rasa menyesal, aku berjanji untuk berusaha memperbaiki diri dan kembali kepada-Mu, berharap agar Engkau menerima taubatku yang tulus ini. "

 

"Sekalipun hamba banyak dosa, tapi apakah salah Ya Robb kalau aku mencintai dia yang suci ini" Bayu terus berdoa dalam hatinya.

 

"Nak Bayu, Nak Bayu....kok melamun aja, sedang mikirin apa?" tanya Pak Budiman.

 

"Nggak pak, nggak mikirin apa-apa" jawab Bayu sambil menyeka air mata di pipi.

 

"Tidak mikirin apa-apa kok kaya yang sedih begitu" tanya Pak Budiman lagi.

"Maaf pak, aku harus jujur, aku ini orang kotor tidak pantas kalau harus menikah dengan anak Bapak, karena saya banyak dosanya. Sungguh pak, saya datang jauh-jauh dari Indramayu ke Jawa Timur sedang mencari jalan untuk bertaubat" lirih Bayu.

"Tidak mengapa nak, asal niatmu baik menuju taubatan nasuha. Maka harus optimis bahwa dosa kita akan diampuni, kita harus percaya bahwa kasih Allah  jauh lebih besar dari murkanya, tidak ada terlambat bagi pendosa untuk bertaubat sekalipun dosanya sebesar alam dan seisinya" jawab Pak Budiman.

"Bapak senang dengan anak yang jujur kok" jawab Pak Budiman lagi.

Nampaknya percakapan percakapan dua lelaki ini didengar oleh Aisyah, kebetulan yang dirasa oleh Aisyah sama ada getaran cinta yang tidak bisa ditutup-tutupi, untuk mengungkapkan rasa sepertinya lidah tidak bisa berucap tapi hati bisa berujar "I Love You, Bayu...".

Setelah satu bulan pertemuan itu, Bayu semakin rindu tidak karuan yang terbayang hanya Aisyah, hanya kata-kata yang tertata dan tersusun dari kedua bibirnya:


"Rindu ini begitu menyakitkan, seperti luka yang tak kunjung sembuh. Hati ini bergetar dalam kebisuan, merindukan suaramu, tawa ceriamu, dan kehangatanmu. Setiap malam yang sunyi menjadi saksi bisu dari gejolak perasaan ini, di mana setiap pikiran dan doa terarah kepadamu, berharap bisa mendekat dan merasakan kehadiranmu kembali."

"Rindu ini menyelubungi setiap sudut hatiku dengan rasa yang mendalam. Seperti hujan yang terus-menerus membasahi bumi, begitu pula rasa rinduku yang tak pernah berhenti menetes. Setiap detik tanpa dirimu adalah perjalanan yang panjang dan melelahkan, di mana setiap detik terasa seperti sebuah abad yang terjalani dalam kesepian dan kerinduan."

Bayu tidak tahan menahan rindu, tangannya mengambil HP lalu menulis WA ke Aisyah.

"Dik Ais, hati ini begitu sakit resah dan gelisah yang terbayang adalah lembutnya wajahmu berbalutkan kerudung biru saat di pengajian itu, aku beranikan merangkai kata WA untukmu karena aku rindu tak bertepi" tulis Bayu dalam WA-nya.

"Maaf mas Bayu baru aku balas" jawab Aisyah.

"Aku manut sama abah mas, kalau masalah jodoh" jawab Aisyah lagi.

"Bagaimana dik, kalau mas datang ke Lamongan minggu depan?" tanya Bayu.

"Datang aja mas, lamar aku dengan Bismillah!" jawab Aisyah.

"Dik Ais, mas mau tanya nich, andaikan lamaran diterima oleh abahmu. Apa alasan kamu menerima diriku yang hina ini?, Banyak mana kekurangan dan kelebihan yang ada pada diriku ini?" tanya Bayu agak menggoda seolah-olah sudah mendapatkan ruang di hati Aisyah.

"Kalau harus jujur menjawab mas, Mas Bayu banyak kekurangannya, sebanyak juta-juta bintang di langit. Tapi kelebihannya cuma satu laksana matahari" jawab Aisyah.

"Loh kok cuma satu kelebihannya dik?" tanya Bayu penasaran.

"Ya iya mas, berjuta-juta cahaya bintang di langit akan sirna saat matahari terbit di pagi hari. Hanya matahari yang akan menyinari jagat raya ini. Dan, Mas Bayulah matahariku" jawab Aisyah.

"Ciye, ciye, ciye.." ucap Bayu, membuat hatinya semakin riang bahagia.

"Ya udah mas, kutunggu minggu depan dan lamar aku dengan Bismillah" pinta Aisyah.

"Insya Allah dik, aku berangkat melamarmu".

-Tamat-

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar