Uang Benggol Transaksi Jual Beli Di Pasar Pakuwon Bantaragaung

 

Gambar pak Alwan salah seorang pengunjung dari kampus STID Al-Biruni sedang menunjukan benggol sebagai alat transaksi di pasar Pakuwon Bantaragung

Ketakketikmustopa.com. Sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Majalengka, Desa Wisata Bantaragung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka menggelar festival Bumi Bantaragung, dan pada gelaran tersebut ada pasar pakuwon di tengah sawah yang menyajikan kuliner dan makanan tradisional desa dengan beragam jajanan kampung yang diberi nama Kuliner Pakuwon, yang makanannya bisa dinikmati para pengunjung dengan harga yang sangat murah. Para pengunjung, bisa menikmati jajanan khas Bantaragung sambil menikmati sejuknya suasan alam dan panorama Gunung Ciremai, karena Bantaragung sendiri berada di kaki Gunung Ciremai. Tak heran jika suhu udaranya sejuk dengan suasana damai.

Jajanan yang disajikan diantaranya saja adalah ongol-ongol, getuk, awug, geblog, putri noong, cuhcur, surabi hangat beragam rasa, kelepon dan ada yang unik yakni papais waluh. Semua makanan bisa dinikmati dengan minuman hangat dan dingin karena tersedia bandrek, wedang jahe, bajigur , teh hangat dan minuman lainnya. Untuk membeli makanan tersebut, pengunjung bisa menukarkan uang dengan koin kayu yang mereka sebut benggol, yang setiap koinnya dihargai senilai Rp 2.500. Penukaran uang dengan koin dilakukan dipintu masuk menuju arena festival.

Bapak Dr. Zamaksari selaku Wakil Ketua III Bidang Kesiswaan dan Kerjasama STID Al-Biruni Cirebon mengaku sengaja berkunjung ke Bantaragung bersama para dosen dan mahasiswa sekitar 40 orang untuk menikmati keindahan alam gunung dan untuk menikmati jalakotek, cuhcur Bantaragung yang rasanya sangat khas, kering dan mengembang serta sangat renyah, manisnya juga sangat legit karena gula merahnya yang wangi.

“Kami dan para mahasiswa bisa menikmati keunikan transaksi jual beli disini. Caranya dengan membeli 1 uang benggol seharga Rp. 2.500 dan harus beli satu ikat uang benggol yang terbuat dari kayu yang jumlahnya 10 biji seharga Rp. 25.000,- . Setelah memiliki uang benggol baru bisa jajan semangkuk soto misalnya dengan 4 biji uang benggol  seharga Rp. 10.000,- ” kata Dr. Zamaksari.

Para pengunjung merasa senang dan bahagia karena bisa transaksi kaya jaman baheula dimana uang kertas belum ada, yang ada adalah uang benggol yang terbuat dari tembaga dan di tengahnya ada bolongnya. Sementara di era sekarang yang sudah serba transaksi digital ada transaksi jual beli pakai uang benggol tapi terbuat dari kayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar