Ketakketikmustopa.com. Setiap 28 November tiba, bangsa Indonesia memperingati Hari Guru Nasional, sebuah momentum penting untuk memberikan apresiasi kepada para pahlawan tanpa tanda jasa yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa. Tini sebut saja anak usia kelas 3 SD minta sama ibunya beli buket untuk hadiah ibu guru kelasnya, ada lagi siswa-siswi MTs swasta di salah satu kabupaten patungan membuat kado besar cantik berisi baju muslimah untuk ibu guru wali kelasnya, dan masih banyak lagi cerita siswa maupun siswi dalam rangka memeriahkan hari guru di sekolahnya.
Kenapa hari guru harus diperingati? karena guru adalah pondasi dalam pembangunan sumber daya manusia, pemegang obor peradaban yang menerangi jalan anak-anak bangsa menuju masa depan yang lebih baik. Namun, di balik perayaan dan pujian yang diberikan, ada satu pertanyaan lagi yang perlu direnungkan secara mendalam: bagaimana nasib para guru honorer yang hingga kini masih bergelut dengan berbagai keterbatasan, terutama dalam hal kesejahteraan?
Guru honorer adalah bagian integral dari dunia pendidikan di Indonesia. Mereka mengisi kekosongan tenaga pengajar di daerah-daerah hingga daerah terpencil, pelosok, dan di sekolah-sekolah yang kekurangan guru tetap. Meski status mereka hanya honorer, peran yang mereka emban sama besarnya dengan guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS). Mereka mengajar dengan semangat yang sama, tanggung jawab yang sama, bahkan sering kali dengan beban yang lebih berat. Sayangnya, apresiasi terhadap dedikasi ini sering kali tidak setara.
Masih banyak guru honorer hidup dalam kesederhanaan, bahkan di bawah garis kesejahteraan. Honor yang diterima sering kali jauh dari layak, bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tidak jarang mereka harus menjalani pekerjaan tambahan, seperti menjadi pedagang kecil, buruh, atau bahkan ojek online, demi mencukupi kebutuhan keluarga. Ironisnya, beban administrasi dan tuntutan profesionalisme yang mereka hadapi sering kali tidak berbeda dengan guru PNS, bahkan terkadang lebih berat.
Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Guru Honorer
Untuk memperbaiki nasib para guru honorer, berbagai langkah strategis perlu diambil, baik oleh pemerintah pusat, daerah, maupun masyarakat secara keseluruhan:
1. Kenaikan Honorarium yang Layak
Pemerintah perlu memastikan bahwa honorarium yang diterima guru honorer mencukupi standar hidup layak. Kebijakan ini dapat dilakukan dengan memberikan subsidi tambahan dari anggaran pendidikan, yang sudah seharusnya dialokasikan sebesar 20% dari APBN sesuai dengan amanat Undang-Undang.
2. Percepatan Pengangkatan Guru Honorer Menjadi ASN
Salah satu langkah konkret yang dapat dilakukan adalah mempercepat pengangkatan guru honorer menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) melalui mekanisme seleksi yang adil dan transparan. Dengan status ASN, mereka akan mendapatkan jaminan kesejahteraan yang lebih baik, termasuk gaji, tunjangan, dan jaminan pensiun.
3. Jaminan Sosial dan Perlindungan Kesehatan
Guru honorer harus diberikan akses ke program jaminan sosial, seperti BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini penting untuk memastikan mereka terlindungi dari risiko-risiko yang dapat mengganggu stabilitas hidup mereka, seperti kecelakaan kerja atau penyakit berat.
4. Pemberian Insentif Berdasarkan Lokasi dan Beban Kerja
Guru honorer yang bertugas di daerah terpencil atau dengan beban kerja lebih besar harus mendapatkan insentif tambahan. Hal ini bertujuan untuk mendorong pemerataan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.
5. Pelatihan dan Pengembangan Profesional
Untuk meningkatkan kualitas dan daya saing mereka, guru honorer harus diberikan akses yang setara terhadap pelatihan dan program pengembangan profesional. Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi tenaga pengajar, tetapi juga pendidik yang mampu menjawab tantangan zaman.
6. Kemitraan dengan Sektor Swasta dan Masyarakat
Selain peran pemerintah, sektor swasta dan masyarakat juga dapat dilibatkan dalam mendukung kesejahteraan guru honorer. Beasiswa, program pelatihan, dan donasi dapat menjadi solusi kolaboratif yang memberikan dampak langsung bagi mereka.
Peringatan Hari Guru Nasional tidak seharusnya hanya menjadi seremonial semata. Ia harus menjadi momentum refleksi, evaluasi, dan aksi nyata untuk memperbaiki kondisi pendidikan di Indonesia. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, peran guru menjadi semakin vital. Untuk itu, sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memastikan bahwa mereka, khususnya para guru honorer, mendapatkan penghargaan yang pantas atas kerja keras mereka.
Karena pada akhirnya, masa depan bangsa ada di tangan para guru. Dengan memberikan perhatian lebih terhadap kesejahteraan mereka, kita bukan hanya menghormati dedikasi mereka, tetapi juga berinvestasi pada masa depan Indonesia yang lebih cerah.
Bukankah ada pepatah, “Guru adalah pelita dalam kegelapan.” Kalau begitu jangan biarkan pelita itu redup karena kita lalai memberikan perhatian. Mari jadikan Hari Guru ini sebagai awal dari perubahan nyata untuk nasib para guru honorer dan pendidikan Indonesia.
Wallohu
a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar