Dua Sayap Kehidupan

 

Gambar : ilustrasi burung sedang terbang

ketakketikmustopa.com, Manusia laksana burung yang memiliki dua sayap, jika kedua sayapnya sama kuatnya maka terbanglah burung itu ke langit yang tinggi. Tapi, jika salah satu sayapnya ada yang rapuh atau patah. Maka burung itu tidak akan bisa terbang tentunya.

Di dalam dunia Islam dikenal ada dua sayap kehidupan yang bisa menerbangkan seseorang sampai tinggi hingga akhirnya sampai pada Tuhannya. Kedua sayap itu yaitu sayap sabar dan sayap syukur. Sayap sabar terbentuk mana kala seseorang tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan berat seperti musibah, penyakit kronis, diputus cinta, kalah dalam pemilu dan lain-lain. Jika orang tersebut sabar dalam menjalani cobaan ini.  Maka orang tersebut mampu mengepakkan sayap-sayap mengangkat dirinya menuju Allah SWT.

Sayap yang kedua adalah syukur. Syukur bisa terbentuk dari kemampuan seseorang untuk secara telaten mensyukuri berbagai karunia pemberian nikmat dari Allah SWT. Seperti orang tersebut mendapatkan rezeki melimpah, naik jabatan, kesehatan prima, menang dalam pemilu dan lain-lain.

Sayap sabar dan sayap syukur sama-sama bisa mengangkat seseorang terbang ke langit hingga dekat dengan Allah SWT, tetapi pada umumnya hentakkan sayap sabar lebih kencang dibanding dengan sayap syukur.

Sayap sabar memiliki kekuatan ekstra yang bisa melejitkan seseorang. Energi ekstra itu tidak lain adalah rasa butuh yang sangat terhadap Allah SWT., penyerahan diri secara total kepada Allah SWT  (tawakal), dan olah bathin yang amat dalam (mujahadah).

Energi ekstra ini biasanya sulit terwujud di dalam diri orang yang berkecukupan. Bagaimana mungkin seseorang merasa butuh terhadap Allah sementara semua kebutuhan hidup serba berkecukupan. Bagaimana mungkin seseorang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah sementara ia terperangkap di dalam kilauan dunia. Bagaimana mungkin khusyuk beribadah sementara perutnya kekenyangan.

Rasa optimisme dan kebesaran jiwa seseorang di dalam menempuh perjalanan hidupnya karena yakin Allah Swt lebih menonjol sebagai Tuhan Maha Pengasih (al-Rahman) lagi Penyayang (al-Rahim) ketimbang Tuhan Maha Keras (al-Syadid) lagi Pendendam (al-Muntaqim). Ia yakin Allah Swt lebih menonjol sebagai Tuhan Maha Pemberi Petunjuk (al-Hadi) ketimbang Tuhan Maha Menyesatkan (al-Mudhil). Sedangkan mujahadah ialah semangat orang untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan melakukan intensitas kontemplasi dan melakukan berbagai amalan suci lainnya.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling indah dan tepat untuk melakukan dua sikap ini. Orang yang meragukan diri, pesimistik, dan cemas (khauf) di dalam bulan Ramadhan seolah menuduh Allah  tidak Maha Pengasih, tidak Maha Penyayang, tidak Maha Pencinta, dan tidak Maha Pengampun. Sejatinya orang tersebut sedang patah sayapnya.

Seseorang dalam menghadapi kehidupan dunianya dengan melakukan halwat atau takhannus seperti yang pernah dilakukan Rasulullah di Goa Hira ketika ia sedang hidup berkecukupan bersama isterinya Khadijah yang kaya, bangsawan dan serba berkecukupan.

Cara berhalwat dan bertahannus yang tepat di era sekarang ini tidak perlu pergi ke gunung atau bukit-bukit  mencari goa, cukup datangi dan makmurkanlah masjid, tadarrus Al-Qur’an, tafakkur dan berzikir. Niatkan bahwa mesjid ini adalah Goa Hira atau Goa Kahfi, yang pernah mengorbitkan kekasih-kekasih Tuhan, Nabi Muhammad dan Nabi Khidhir, melejit ke atas dan mendapatkan derajat kemulyaan.


Wallohu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar