Monumen Perjuangan Manengteung Waled Kabupaten Cirebon

 

Gambar Monumen Perjuangan Masyarakat Waled

Di hari Pahlawan tahun ini, sempatkan jalan-jalan ke Daerah Waled Kabupaten Cirebon. tidak lupa mampirlah ke  Maneungteung yang ada di Kecamatan Waled, di sebelah timurnya membelah ada jalan raya Cirebon-Kuningan dan Aliran Sungai Cisanggarung. Maneungteung atau kalau sekarang dikenal dengan Ajimut juga merupakan destinasi wisata yang jndah kalau hari minggu ramai tempat berolah raga dan tempat berwisata. Kurangnya kesadaran dan kepedulian pemerintah mengenai sejarah bukit Maneungteung hingga generasi sekarang minim informasi tentang Perang Maneungteung, Bukti pada jaman itu ada peperangan bisa kita lihat di atas bukit Maneungteng berdiri tegak patung pahlawan besar yang hampir tidak terurus. Di tempat ini dulu ada peristiwa perang yang jarang diketahui banyak orang.


 

Gambar Pintu masuk naik ke bukit Manengteung


Dari beberapa informasi yang ada yang datang dari tutur masyarakat turun temurun, dulu pada tahun 1947 Belanda datang ke daerah ini tujuannya menghancurkan seluruh kekuatan elemen Islam serta ingin merebut kembali kekuasaan wilayah tersebut. Kedatangan Belanda di Kecamatan Waled bertepatan dengan datangnya bulan Ramadlan pada hari Jumat didahului dengan membentuk dua markas di Kecamatan Ciledug. Yang pertama di gedung Waluhan (sekarang dipakai sekolah mengemudi) Ciledug Kulon dan satu lagi berada di beberapa gedung sepanjang jalan depan balai desa Jatiseeng Kidul (sekarang jadi gedung walet). Pasukan NICA di Ciledug dibekali dengan senjata yang cukup lengkap diantaranya, tank baja, kanon, dan mortar. Perlengkapan-perlengkapan tersebut digunakan oleh tentara NICA untuk menembus pertahanan pasukan Hizbullah yang sangat terampil di perbukitan Maneungteung perbatasaan Cirebon- Kuningan.

 

Sebenarnya banyak cara yang dilakukan oleh TNI dan gerilyawan dalam mencegah Belanda untuk menguasai daerahnya, akan tetapi jumlah pasukan dan kecanggihan teknologi persenjataan yang dimiliki oleh pihak Belanda membuat Tentara Nasional Indonesia dan gerilyawan tetap kalah, dikarenakan ketidak seimbangan diantara keduanya. Pada akhirnya bukit Maneungteung terbagi menjadi dua Zona, yakni pasukan Belanda dapat merebut dan menguasai Bukit Maneungteung Bagian utara, dan bagian selatan dikuasai oleh pasukan TNI dan gerilyawan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar