Singa Si Raja Rimba

Gambar ilustrasi singa

ketakketikmustopa.com, Pertanyaan yang selalu terlintas di benak dari dulu sampai sekarang adalah  kenapa yang menjadi raja hutan itu adalah singa, padahal  jerapah lebih tinggi dari singa rusa lebih cepat larinya dari singa, gajah lebih besar 3 kali lipat dari singa kecerdasannya lebih tinggi dari singa kekuatannya lebih kuat dari singa. Kenapa bukan jerapah, bukan rusa, atau bukan gajah saja yang menjadi raja hutan badannya lebih besar.

Begitu hebatnya sosok binatang buas yang bernama singa siapapun akan lari kencang apabila berpapasan dengan singa. Mendengar sebutan singa saja, maka yang terbayangkan adalah sosok binatang yang menakutkan yang akan menerkam. Badannya berukuran besar dan tegap, sehingga selalu mendatangkan kewibawaan, angker, rasa takut. Binatang buas ini tidak mengkonsumsi sembarang makanan. Singa hanya mau mengkonsumsi jenis daging pilihan yang masih segar.

Kata "Singa" seringnya menempel pada seseorang yang memiliki sifat pemberani. Seperti sahabat Umar  ra. dia adalah seorang pemberani  dan tegas, sahabat Umar Bin Kattab dikenal dengan julukan "Singa Padang Pasir ", sosok garang itu dikenal sangat keras dan ahli memainkan pedang di antara kabilah-kabilah Arab pada saat itu. Sifat tegasnya itu masih terbawa hingga dirinya telah memeluk agama Islam. Selain itu, sosok Umar yang juga dikenal sebagai Khalifah terbesar yang sangat disegani, baik dari kalangan manusia maupun jin.

Orang yang bergelar Singa tidak mudah dibujuk dan direkayasa. Sebagai pemilik sebutan rajarimba, ia ditakuti oleh siapapun. Binatang buas dengan karakteristik seperti itu biasanya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki mental yang kuat sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh siapapun. Orang yang bermental singa, maka tidak akan mudah dibujuk oleh dan dengan apapun.

Seorang yang bermental singa akan menjadi sosok pemberani dalam menghadapi dan bahkan melawan siapapun. Siapa saja yang akan mengganggu akan diterkam dan bahkan akan dijadikan mangsanya. Oleh karena itu, di mana dan kapan saja tidak akan ada orang yang berani dengan singa atau orang yang bermental singa.

Di tahun politik seperti sekarang ini, maka yang diperlukan adalah orang-orang yang bermental singa dan bukan bermental lainnya. Umpama saja rakyat pemilih di alam demokrasi seperti sekarang ini sudah bermental singa, maka sudah tidak mau lagi dipengaruhi oleh siapapun dengan cara-cara murahan, misalnya dengan money politics, maka pemilu akan benar-benar menghasilkan pemimpin yang kuat dan berwibawa, yaitu bagaikan singa. Pemimpin bermental singa hanya akan dihasilkan dari pilihan orang yang cerdas dan kuat, yaitu bermental binatang buas seperti singa.

Namun sayangnya, mendapatkan pemimpin seperti digambarkan itu tidak mudah. Kadang orang-orang yang semula bermental singa bisa digiring dan diubah menjadi bermental lemah. Beranggapan rakyatlah pemilih belum dewasa, kiranya belumlah tepat. Sebab di kalangan kaum elite saja misalnya, ternyata menggiringan suara, persis bagaikan menghalau itik itu. Makanya, dalam setiap pemilihan calon pemimpin yang terjadi adalah gambaran yang serba lemah, yaitu apakah singanya menjadi lemah seperti cacing, semoga saja tidak begitu. 

Bagi singa saat melihat gajah  yang dilihat adalah makanan, semakin besar terlihat tubuh gajah semakin banyak pula bahan makannya. Itulah yang disebut dengan mentalitas.

Seorang pemimpin yang hebat  didukung oleh 80 % mentalitas dan kecerdasannya hanya 20 % saja.

Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar