ketakketikmustopa.com, “Tidakkah kamu perhatikan bagaimna Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (Q.S.Ibrahim 24-25).
Dari ayat di atas, dapat ditafsirkan pohon sebagai manusia. Akar yang merupakan sumber dari hidupnya pohon menggambarkan tauhid atau keyakinannya terhadap Sang Pencipta. Akar yang menjadikan sebuah pohon menjulang ke atas dengan kokohnya. Sehingga tumbuhlah batang, ranting, daun dan buah. Apabila akarnya tumbuh dengan baik, tentu akan menghasilkan dahan, ranting, daun hingga buah yang baik.
Seperti yang telah digambarkan, akar yang baik akan menghasilkan tumbuhan yang baik. Begitu juga dengan tauhid. Seseorang mengesakan Allah dengan baik akan menjadi pribadi yang baik, berwibawa, bijaksana, saleh dan lainnya.
Kalau dianalogikan manusia laksana pohon. Terdiri dari akar, ranting daun. Akar memang yang menjadi tanda kehidupan tanaman. Akar adalah dasar, inti kehidupan pohon, bagian terbawah yang tersembunyi hanya menyembul bagian luar di atas tanah. Akar yang membuat tanaman hidup dan berdiri tegak ataupun merambat. Akar menyalurkan semua pupuk dan air serta membagi ke bagian lain tumbuhan, seperti batang dan daun.
Tetapi pohon tidak hanya akar. Akar bukan satu-satunya yang terpenting. Ada ranting dan daun. Semua itu penting karena tanaman itu dilengkapi beberapa bagian untuk menopang kehidupan. Itulah pohon dengan semua bagiannya.
Kalau diibaratkan pohon tidak hanya memiliki satu akar tetapi banyak akar. Begitu juga dalam kehidupan manusia tidak bisa hidup sendiri. Tetapi manusia selalu hidup dalam kelompok, seperti semut, burung, ikan-ikan, dan beberapa binatang lain. Satu kelompok terikat identitas primordial, berupa asal muasal daerah, etnis, agama, organisasi, mazhab, bahasa, dan partai politik. Akar adalah yang mendifiniskan siapa kita.
Manusia itu sendiri adalah jenis hewani, seperti telah disadari oleh banyak pemikir ribuan tahun yang lalu. Manusia sudah diidentifikasi mempunyai banyak persamaan dengan mamalia lain. DNA manusia banyak mempunyai persamaan dengan hewan sekerabat, sekeluarga, dan yang jauh seperti reptilia. Bahkan dengan tumbuhan pun manusia terhubung, dalam kebutuhan hidup dan akhirnya saling bekerja sama. Manusia dan tumbuhan saling membutuhkan dan saling melengkapi. Kembali ke akar bagi masyarakat, individu, dan kumpulan-kumpulan manusia adalah kembali pada jati diri primordial. Tetapi siapa kita? Manusia terus mendefinisikan dirinya.
Sebagai invidu kita berkembang dari satu keakuan ke keakuan yang lain. Lahir dan tumbuh dari daerah tertentu bisa berupa desa atau kota, kita berafiliasi dalam KTP masing-masing dengan tempat kelahiran itu.
Tetapi ketika sudah beranjak dewasa tidaklah cukup hanya menjadi warga desa atau kota. Kita berpindah satu tempat ke tempat lain demi perkembangan pendidikan, karir, usaha, pertemanan, dan segala yang berhubungan dengan kehidupan. Manusia beridentitas banyak. Manusia mempunyai pengalaman unik dan bertambah terus. Identitas kita tidak satu. Ini yang membedakan manusia dengan pohon, dan juga binatang lain. Mereka identitasnya tidak berubah, dan tidak memperkaya identitas lain.
Jati diri manusia berkembang. Kembali ke akar bagi manusia tidak berarti mengingkari akar-akar lain, dan tidak melupakan perkembangan manusia, dan jati diri bukan harga mati menjadi milik kelompok atau asal muasal: agama, etnis, bahasa, dan daerah.
Identitias manusia juga begitu. Kadangkala terlihat, seringkali tersembunyi seperti akar di tanah. Tetapi identitas tetap banyak. Kadangkala sudah dewasa pun masih mengharap identitas lain. Inilah jati diri pohon, dan juga jati diri manusia. Keduanya sama kompleksnya. Lebih rumit lagi bagi manusia, karena tidak pasif dan selalu bergerak dan tumbuh. Manusia tidak statis, tetapi berpindah-pindah, dari keyakinan, ideologi, pendidikan, karir dan pergaulan. Identitas manusia berubah-ubah.
Akar sebagai penopang tanaman, tanpa akar tanaman tidak hidup. Batang juga menopang dan menyalurkan makanan dari bawah dan atas. Ranting-ranting memberi tempat pada daun. Bahkan organisme diluar diri pohon, juga berperan dalam kehidupan tanaman. Manusia tak ubahnya juga begitu. Memperhatikan identitas dasar juga penting, mempertanyakan siapa kita menjadi bahan perenungan dan panduan hidup: iman, kedaerahan, kebangsaan, pandangan hidup, pilihan politik.
Janganlah menjadi manusia daun, karena biasanya manusia daun adalah manusia yang biasa disebut dengan manusia musiman setelah selesai satu musim daunnya hilang dan berganti, manusia daun juga adalah manusia yang datang ketika ada kebutuhan saja, setelah itu dia pergi meninggalkan kita. Di musim dingin tiba dia gugur, bilamana ada angin kencang yang menerjang dia jatuh dan terhempas oleh angin. Karena itu manusia daun ini diistilahkan dengan manusia yang rapuh, mudah putua asa, kurang semangat.
Wallohu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar