Di tengah gejolak geopolitik dunia yang kian panas di Timur Tengah Iran - Israel menjadikan kekhawatiran akan terjadinya perang dunia ke-3. Benar apa yang diungkapkan syair lagu "Perdamaian" Nasida Ria tahun 1982: "Banyak yang cinta damai tapi perang makin ramai".
Grup musik Nasida Ria juga merilis lagu "Damailah Palestina" tahun 1985 hingga saat ini Palestina kerap kali dapat teror dan serangan dari Israel menunjukan bahwa di negeri ini dalam kondisi tidak aman-aman saja, padahal negeri ini adalah salah satu wilayah kecil namun besar maknanya bagi umat manusia. Tidak hanya disebut dalam kitab-kitab suci, tetapi juga menjadi saksi hidup tiga agama samawi: Islam, Kristen, dan Yahudi. Palestina bukan hanya persoalan tanah dan kekuasaan—ia adalah medan spiritualitas yang dalam, tempat wahyu diturunkan, tempat nabi-nabi dipilih, dan tempat ibadah menjadi denyut nadi sejarah.
Palestina dan Jejak Langit
Bagi umat Islam, Palestina adalah rumah bagi Masjid Al-Aqsha, kiblat pertama umat Muslim dan tempat mulainya peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad ﷺ. Di tanah inilah para nabi seperti Ibrahim, Musa, Dawud, Sulaiman, dan Isa pernah berdakwah, membimbing umat kepada tauhid dan keadilan.¹
Bagi umat Kristen, Palestina adalah tanah suci kelahiran Yesus Kristus (Nabi Isa a.s.) di Bethlehem, tempatnya menyampaikan ajaran kasih dan tempat ia menurut keyakinan mereka disalib dan bangkit kembali di Yerusalem.²
Sementara itu, bagi umat Yahudi, Yerusalem diyakini sebagai pusat spiritual dan sejarah bangsa mereka, tempat berdirinya Bait Suci (Temple Mount) dan lokasi sakral seperti Tembok Ratapan.³
Dengan kata lain, Palestina bukan milik satu agama saja. Ia adalah “Tanah Para Nabi”, tempat langit turun ke bumi melalui wahyu dan misi ilahi.⁴
Ironisnya, tanah yang seharusnya menjadi simbol persatuan dan keberkahan itu justru berubah menjadi titik konflik paling menyakitkan dalam sejarah umat manusia. Di bawah pendudukan, blokade, dan kekerasan sistemik, rakyat Palestina menderita dalam senyap. Rumah-rumah mereka dirampas, tempat ibadah mereka dinodai, dan kehidupan mereka dipecah oleh tembok, senjata, dan politik.⁵
Masjid Al-Aqsha—salah satu dari tiga masjid suci dalam Islam—berulang kali diserang dan dijadikan alat provokasi. Di sisi lain, tempat-tempat ibadah Kristen juga tidak lepas dari tekanan, pembatasan akses, dan intimidasi.⁶ Ini bukan hanya soal agama, tapi soal perampasan hak dan kemanusiaan.
Palestina Milik Kemanusiaan
Kita harus melihat Palestina bukan sekadar sebagai masalah regional atau identitas agama, tetapi sebagai cermin kegagalan kemanusiaan global. Ketika Masjid, Gereja, dan sinagog saling berdiri dalam jarak berdekatan, seharusnya menjadi simbol kerukunan iman—bukan ladang perpecahan. Palestina adalah tanah ujian bagi keberanian dunia dalam menegakkan keadilan dan menjaga warisan spiritual umat manusia.
Dari Doa Menjadi Aksi
Palestina mengajarkan kita tentang keteguhan, kesabaran, dan harapan. Meski dikepung derita, rakyat Palestina tetap menjaga masjid-masjidnya, menyalakan lilin di gereja-gerejanya, dan menanam zaitun di ladang-ladang yang penuh ranjau. Mereka adalah penjaga warisan iman, bukan hanya korban konflik.
Sudah saatnya dunia tidak hanya menangis untuk Palestina, tapi bergerak bersama Palestina. Dukungan tidak cukup dalam bentuk doa semata, tetapi juga melalui advokasi, pendidikan, diplomasi, dan solidaritas nyata.
Karena Palestina bukan hanya kisah politik—ia adalah kisah suci umat manusia yang sedang diuji. "Damailah Palestina..!" (Syair lagu Nasida Ria).
Wallahu a'lam
Catatan Kaki (Footnote):
1. Al-Qur'an Surah Al-Isra' (17): 1. Menyebut langsung peristiwa Isra’ Mi’raj dan kemuliaan Masjid Al-Aqsha.
2. Karen Armstrong, Jerusalem: One City, Three Faiths, (New York: Ballantine Books, 1997), hlm. 13–20.
3. Martin Gilbert, Jerusalem: A History of the Holiest City, (London: Vintage, 1996), hlm. 40–45.
4. Harun Yahya, Palestine, (Istanbul: Global Publishing, 2003), hlm. 30–36.
5. Rashid Khalidi, Palestinian Identity: The Construction of Modern National Consciousness, (New York: Columbia University Press, 1997), hlm. 210–225.
6. Human Rights Watch, “A Threshold Crossed: Israeli Authorities and the Crimes of Apartheid and Persecution,” 2021. https://www.hrw.org
7. United Nations OCHA, “Occupied Palestinian Territory: Humanitarian Overview 2023.” https://www.ochaopt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar