SANTRI JUGA BISA JADI BUPATI
(Perjalanan Seorang Imron)
Dari Desa Penpen lahirlah seorang anak
kecil diberi nama oleh orang tuanya Imron pada tanggal 17 Desember 1961 di Desa
Penpen Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, Lahir dari keluarga santeri ayahnya
bernama H. Ropii dan ibunya bernama Hj. Shofiyah. Waktu masih sekolah SD pindah
ke Desa Dawuan Kecamatan Tengahtani.karena di Penpen untuk sekolah SD saat itu
sangat jauh.
Seorang anak kecil yang kelak besarnya
menjadi Bupati Cirebon, pernah mengenyam bangku SD
Batembat Cirebon Barat, terus melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren
babakan Ciwaringin. Di Babakan Ciwaringin inilah mengenal pendidikan ala
pesantren yaitu Madrasah Alhikamus Salafiyah (MHS). Seorang santri seperti dirinya bisa bergaul di bidang apa saja
yang tidak berkaitan dengan kepesantrenan hingga akhirnya bisa di posisi
menjadi Bupati.
Lulus pesantren
melanjutkan studi strata S-1 Jurusan Perdata Agama Islam IAIN Sunan Gunung
Djati Bandung, S-2 Magister Manajemen STIE Jakarta (1988) dan S-2
Magister Agama.
Riwayat PNS beliau dapat diterima masuk
pegawai negeri di Bandung tahun 1990 mulai dari PNS karyawan di Bimas Depag
terus jadi Kepala KUA Pacet Kabupaten Bandung, Kepala KUA Margahayu Kabupaten
Bandung, Kepala KUA Padalarang Kabupaten Bandung, Kepala KUA Lembang Kabupaten
Bandung, Kasi Bimas. Pada tahun 2007 Kabupaten Bandung dimekarkan jadi
Kabupaten Bandung Barat, Bapak Imron diangkat jadi Kepala Kemenag Kabupaten
Bandung Barat pada tahun 2010 sampai tahun 2013, pada tahun 2013 sampai 2016
kembali lagi menjadi Kepala Kemenag Kabupaten Bandung.pada tahun 2016 Bapak
Imron pindah jadi kepala Kemenag Kabupaten Cirebon. Pada tahun 2018 ikut
Pilkada dan jadi Bupati sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar