Suasananya sangat indah, udaranya sejuk. Pemandangan pedesaan yang eksotis di kempung Blok Parenca Desa Ambit Kecamatan Waled sekitar tahun 1942, kegiatan masyarakat di desa itu 90 persen masyarakatnya bertani dan berternak dan mengandalkan hidupnya kepada alam. Kegiatan bertani dan berternak sangat di dukung dengan adanya bendungan Surakatiga bangunan irigasi yang dibangun oleh Belanda bisa mengairi daerah persawahan di sekitarnya dan daerah-daerah lain sampai pesisir. Bendungan ini mengatur saluran air Ciberes yang datang dari daerah Kuningan hingga daerah-daerah yang dilewati Sungai Ciberes sampai ke daerah tepi pantai Desa Gebang.[1].
Sejak dahulu kalau berkunjung ke
Desa Ambit pemandangannya nan hijau ranau akan menemukan nama-nama blok atau
kampung yang berbeda dengan tempat lain. Kalau di tempat lain biasanya dengan nama Blok Pahing, Blok
Manis, Blok Kaliwon, Blok Puhun. Di sini kita akan menjumpai ada Blok
Kokoncong, Blok Asem, Blok Bulakamba, Blok Cibau, Blok Getrak, Blok Parenca,
Blok Dangdeur, Blok Benda dan Blok Ciuyah.
Suasana indah nan sejuk di Desa
Ambit membuat orang betah untuk tinggal di sana. Rumah-rumah masih jarang
itupun terbuat dari gedeg dan beratapan welitan daun tebu, tersebut di sana ada
sebuah keluarga kecil bahagia, Bapak Ismail dengan Ibu Wasmah yang kebetulan tinggal
di Blok Parenca. Bapak Ismail dan Ibu Wasnah usianya terlihat mulai beranjak
tua dan sudah dikaruniai memiliki 7 anak semuanya laki-laki yaitu, Abdul,
Muhyi, Jumhur, Mudatsir, Sahemi, Abdurrasyid, dan Kurdi. Dari ketujuh anak itu yang
sudah berkeluarga Abdul, Muhyi, Jumhur dan Mudatsir. Sedangkan. mereka masih para remaja yaitu, Suhaemi, Abdul Rosyid dan Kurdi yang tampak
gagah-gagah tangguh dibawah didikan
orang tuanya Bapak Ismail.
Buku ini akan menceritakan sosok
Kurdi, anak terakhir dari keluarga Bapak Ismail. dimulai dari cerita masuknya
pasukan Sekutu dan pasukan Belanda pada
zaman Agresi Militer kedua diteruskan zaman pendudukan tentara Jepang ke
wilayah Indonesia. Diceritakan ulang oleh ayahanda Kurdi kepada anak-anaknya
bahwa dahulu Bapak Ismail pernah cerita tentang ratusan tahun Indonesia dijajah
Belanda, terus tentara Jepang datang juga menjajah Indonesia.
[1]
Di
sungai Ciberes terdapat sebuah bendung tetap
yaitu Bendung Ambit yang menyuplai air dari Waduk
Darma kabupaten Kuningan, namun yang terjadi saat ini terdapat sedimentasi
yang cukup tinggi dan tidak adanya tanggul tanggul penahan banjir pada sungai Ciberes sehingga saat hujan besar dengan jangka waktu yg lama air pun tidak dapat tertampung di Sungai Ciberes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar