Dalam khazanah pemikiran Islam, manusia tidak hanya dipandang sebagai makhluk biologis yang bergerak atas dorongan naluri, tetapi sebagai entitas ruhani yang dianugerahi akal, hati, dan jiwa. Ketiganya senantiasa mengarahkan manusia pada pencarian kebenaran, keadilan, dan cinta. Dari pandangan inilah, lahir sebuah gagasan visioner yang ditawarkan oleh Kementerian Agama: Kurikulum Cinta. Sebuah konsep yang tidak sekadar bernuansa emosional atau romantik, melainkan menjadi fondasi etik dan epistemik dalam proses pendidikan menuju penyempurnaan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Melalui Kurikulum Cinta, Kementerian Agama berikhtiar menanamkan cinta kepada Allah SWT, cinta kepada sesama, cinta kepada alam semesta, dan cinta kepada tanah air dalam diri peserta didik sejak usia dini. Ini bukan sekadar slogan pendidikan karakter, tetapi sebuah upaya strategis untuk menanamkan nilai spiritual yang mendalam sebagai dasar dari segala ilmu dan perbuatan.
Cinta, dalam perspektif Islam, bukanlah sekadar perasaan, tetapi kekuatan transformasional yang bersumber dari Allah. Ia menuntun manusia untuk mengenal Tuhannya, memahami dirinya, dan memuliakan sesamanya. Dalam konteks ini, Kurikulum Cinta hadir sebagai ikhtiar sadar untuk menjadikan cinta sebagai inti dari proses pendidikan: cinta yang mencerahkan akal, melembutkan hati, dan menumbuhkan integritas. Inilah jalan wasathiyyah—jalan tengah yang menyeimbangkan antara ilmu dan akhlak, antara individualitas dan tanggung jawab sosial.
Kitab Al-Wasathiyyah fī al-Qur’ān al-Karīm menegaskan bahwa cinta sejati ialah cinta yang adil—tidak berpihak secara membabi buta, tidak mendewakan individu atau kelompok, dan tidak mengorbankan prinsip demi kepentingan sesaat. Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 143, “Wa kadzālika ja‘alnākum ummatan wasaṭan” (Dan demikianlah Kami menjadikan kamu umat pertengahan), menjadi pilar moral bahwa cinta harus tumbuh dalam keseimbangan, menghindari fanatisme dan kebencian, serta diarahkan pada nilai-nilai universal yang menyatukan umat manusia.
Dalam Wasathiyyat Ahl al-Sunnah bayn al-Firaq, ditegaskan bahwa cinta yang mendidik bertumpu pada tiga pilar utama: ilmu, akhlak, dan kesabaran. Bukan pada dominasi kekuasaan, ketakutan, atau paksaan. Karena itu, Kurikulum Cinta bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi proyek besar pembangunan jiwa. Ia melahirkan insan-insan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga lembut hatinya, santun lisannya, dan kokoh integritasnya.
Lebih dari pendekatan pedagogis, Kurikulum Cinta merupakan filsafat hidup. Ia mengajarkan bahwa tujuan tertinggi pendidikan bukanlah sekadar gelar atau prestasi, tetapi kedalaman makna dan kematangan spiritual. Dalam tradisi sufistik, cinta adalah jalan menuju Tuhan. Seperti yang diajarkan Rabi’ah al-Adawiyyah, Al-Hallaj, dan Jalaluddin Rumi, cinta adalah energi ilahiah yang membakar ego, melebur keakuan, dan menyatukan jiwa dalam kehadiran Ilahi.
Di tengah tantangan sistem pendidikan modern yang cenderung kering, birokratis, dan terobsesi pada angka dan kompetisi, Kurikulum Cinta hadir sebagai oase. Ia menawarkan pendekatan yang lebih manusiawi, yang tidak hanya mencerdaskan otak tetapi juga menyuburkan hati. Guru bukan hanya penyampai materi, tetapi murabbi yang menyalakan lentera jiwa. Sekolah bukan sekadar lembaga formal, tetapi taman yang menumbuhkan kasih, nilai, dan kebajikan.
Dengan demikian, Kurikulum Cinta adalah panggilan luhur untuk mengembalikan pendidikan kepada jati dirinya: sebagai proses memanusiakan manusia. Ia mengajarkan bahwa cinta adalah cara berpikir, cara merasakan, dan cara bertindak yang dilandasi oleh ilmu dan iman. Bukan cinta yang buta, tapi cinta yang membimbing. Bukan cinta yang melumpuhkan logika, tapi cinta yang menyucikan jiwa (tazkiyah al-nafs).
Pada akhirnya, jika pendidikan adalah jalan menuju kesempurnaan manusia (tahqīq al-insāniyyah), maka Kurikulum Cinta adalah petanya. Dan cinta yang sejati akan selalu membawa manusia menuju Tuhan, kebenaran, dan kedamaian. Inilah pendidikan sejati—yang tidak hanya mendidik pikiran, tetapi juga memuliakan jiwa.
Wallohu a'lam
Cinta adalah harga yang tak ternilai. ❤❤
BalasHapusMakasih paman
BalasHapus