Gambar : Foto Tahlil dan Istighosah salah satu rangkaian kegiatan Guar Bumi 2023
Sejarah Leuwikujang
Diceritakan
oleh seorang tokoh masyarakat desa Leuwikujang yaitu Alm. Bapak Lebe Zaenudin
semasa hidupnya bahwa pada bad Ke-17 ada pendukuhan kecil dibawah gunung sebut
saja Dukuh Badak yang merupakan cikal bakal terbentuknya desa Leuwikujang yang
saat ini merupakan wilayah bagian dari kekuasaan kerajaan islam Cirebon.
Seiring dengan perkembangan penduduk dukuh tersebut telah memenuhi syarat untuk
dibentuk desa salah satu syarat diantaranya harus ada balai pertemuan atau
tempat musyawarah dan masjid untuk sarana tempat ibadah. Saat itu yang menjadi
kepala kampung atau yang dipertua adalah “Ki Buyut Sanggan”.
Ketika Ki Buyut Sanggan turun gunung hendak mencari tempat yang tepat untuk membangun balai desa dan masjid saat melintas di sungai Ciwaringin dimalam hari melihat secercah cahaya yang dikeluarkan dari sebilah keris pusaka kujang dan disekitar tempat itu Ki Buyut Sanggan membangun balai desa disampingnya membangu masjid dan wilayah tersebut diberi nama “Desa Leuwikujang” yang artinya Leuwi adalah bagian sungai yang dalam/kedung dan kujang adalah sebauh pusaka dizaman kerajaan pajajaran yang mempunyai keistimewaan yang luar biasa. Pada saat ini masih ada orang secara kebetulan melihat dimalam hari cahaya/sinar dari pusaka kujang disekitar sungai ciwaringin bahkan menemukannya namun tidak bertahan lama sebab pusaka tersebut bias datang dan pergi secara tiba-tiba. Bentuk pusaka kujang diabadikan dalam bentuk ornamen hiasan dipintu gerbang balai desa untuk mengenang sejarah, atas inisiatif/perakarsa kuwu Iim Ibrahim (Kuwu Ke-16 di Desa Leuwikujang).
Guar Bumi Leuwikujang
Di musim penghujan atau musim menyambut bercocok tanam di stiap desa memiliki adat dan budaya yang berbeda-beda. Kalau di Desa Leuwikujang adat budaya tersebut dinamakan Guar Bumi, apa yang dimaksud dengan Guar Bumi?. Guar Bumi adalah suatu kegiatan yang sudah dijadikan kegiatan adat desa yang sampai saat ini masih berlangsung. Adat bumi pada intinya adalah kegiatan para petani untuk mengawali kegiatan musim tanam rendeng sebagai bentuk syukuran. Kalau dulu Guar Bumi ada bahasa Ngarot atau pestanya anak gembala yang punya kerbau. Ada kegiatan seni, hiburan, wayang purwa, wayang kulit. Wayang kulit ada 2. 1 kegiatan wayang kulit yang sifatnya biasa, yang ke 2 kegiatan wayang kulit sambil ruatan. Kalau ruatan itu kegiatannya siang malam sampai pagi lagi masih berlangsung pagelaran wayang kulit disambung dengan kegiatan ruatan. Sementara kegiatan siangnya dengan istilah Topeng.
Kegiatan Guar Bumi sekarang sudah dikemas lagi dalam pelaksanaannya. Saat tahun ganjil difokuskan untuk acara hiburan sekalipun demikian tetap aja ada acara tahlil dan do’a bersama yang dilakukan oleh pemerintah desa bersama masyarakat desa. Saat berada di tahun genap, kegiatannya difokuskan untuk acara kerohanian seperti acara pengajian umum atau ceramah agama.
Untuk acara hiburan sudah ditunjuk oleh masyarakat yaitu Pak Oji Hujaji jadi, diangkat jadi Ketua Panitia Guar Bumi sejak tahun 2008 sampai sekarang sudah melaksanakan pagelaran sandiwara, pagelaran genjring akrobat yang dari Baylangu Lilis Kasiri. Untuk kegiatan kerohaniaannya diantaranya tausiyah atau tabligh Islam dengan penceramah dari luar wilayah Leuwikujang seperti dari Karawang, Indramayu, Cirebon dan lain sebagainya.
Untuk kegiatan Guar Bumi yang sifatnya hiburan sudah 2 tahun diselenggarakan dengan kirab budaya bukan dengan pagelaran wayang atau sandiwara. Kirab Budaya ini banyak menggali potensi peninggalan-peninggalan buhun atau peninggalan-peninggalan baheula yang tidak diketahui oleh kaum milenial.
Kirab Budaya banyak menampilkan pawai baik itu aligoris, memerod maupun kegiatan menampilkan replika seperti menampilkan barang-barang dahulu seperti alat penerangan lampu patromak, lampu tempel, lampu gantung, dan seterusnya. Alat-alat pencari ikan seperti jaring, heurab, buwu, regreg, posong dan lain sebagainya, Dari alat-alat pertanian ada replika kerbau, pisau etem, ada alat gapet dan lain sebagainya.Dari alat-alat rumah tangga ada lisung, halu, tampolong. Alat-alat hajatan juga ditampilkan seperti sumbul, tetenong, dongdang, dan lain sebagainya. Alat-alat keamanan ada koprek, bareng, kokol, dan lain sebagainya.
Setelah selesai kirab terus memandikan benda-benda puaka seperti keris, tombak, badik dan lain sebagainya seterusnya dilanjutkan dengan kegiatan keagamaan berupa Bacaan Maulid Barjanji atau Sholawatan. terus malamnya diisi dengan hiburan lokal seperti kuda renggong, genjring akrobat, burok, sisingaan.
Kegiatan ini tidak hanya sebatas kegiatan semata ke depannya ingin
dijadikan sebagai kegiatan wisata adat dan budaya, apa lagi kalau disesuaikan
dengan desa Leuwikujang yang mendapatkan status sebagai desa adat kebetulan di
desa Leuwikujang ada kampung adatnya yaitu di Kmpung Leuwibadak yang telah
mempertahankan adat dari dahulu hingga sekarang. Misalkan dalam pengelolaan
tanah sawah tidak boleh pakai mesin traktor tapi pakai kerbau, dalam perontogan
padi tidak pakai mesin tapi pakai gapret alat tradisional, dalam memotong padi
harus pakai pisau atam. Karena itu di sana ada program penggemukan sapi hingga
sapinya bisa dipakai untuk membajak sawah.
Hasil penelusuran dan wawancara dengan Bapak Oji Hujaji. Beliau Perangkat Desa Kasi Kesejahteraan (Ngalambang) di Desa Leuwikujang Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka Jawa Barat pada acara Guar Bumi Hari Minggu Tanggal 2 Desember 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar