Kampung Halamanku


Kampung Halamanku
ISBN  978-623-96778-7-9
Penerbit Irfani April 2021

Kampung Halamanku

Memorabilia tentang Tanah Kelahiran

Editor: Msutopa

 

Penulis:

Ahmad Soleh, Djuharijah, Elsa Sepputri, Erdiwar, Erna Kurniawati, Frida Tahu, Mijo, Munawar, Mustopa, Nanang Sugiharti, Wafi Syukri Baraja

 

Da;am buku ini sebagai editor dan juga sebagai penulis. Tulisanku yang ada dalam buku ini berjudul Tegalgubug Kampung Pasar Sandang Terbesar Se-Asia Tenggara.

Desa Tegalgubug dibandingkan dengan desa lain yang ada di Kabupaten Cirebon menurut saya salah satu desa yang secara ekonomi unggul dalam bidang ekonomi. Karena penghasilan rata-rata masyarakatnya dari berdagang di pasar sanfang dan industri rumahan konveksi.

Banyak orang mengatakan bahwa pasar Tegalgubug adalah Pasar Sandang terbesar se-Asia Tenggara yang luasnya mencapai 20 hektar lebih, dan kegiatan operasional pasarnya  dibuka cuma 2 (dua)hari saja, yaitu hari Selasa dan hari Sabtu.  Para pedagang yang datang tidak hanya dari desa Tegalgubug saja tapi dari berbagai penjuru tanah air seperti:  Tasikmalaya, Bandung, Jakarta, Pekalongan, Tegal, Jawa Timur, Sumatera, Sulawesi dan lain sebagainya.

Letak Pasar Sandang Tegalgubug dilalui  oleh jalur Pantura apalagi sekarang lebih mudah lagi karena jaraknya dengan pintu tol Palimanan-Kanci, tpl Cikampek-Palimanan menjadikan pasar ini lebih mudah dilalui pengunjung dari pulau Jawa maupun luar Jawa melalui jalan tol yang menghubungkan dari Jakarta ke arah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pasar ini banyak menjual semua jenis pakaian sandang seperti baju, tas, kerudung, sarung, dan masih banyak lagi macam lainnya. Disamping pakaian jadi pasar sandang Tegalgubug menjual berbagai kain bahan pakaian.

Sejarah Pasar Sandang Tegalgubug

Pasar sandang Tegalgubug dimulai sejak tahun 1914 saat itu penduduk setempat mengandalkan kehidupan dengan membuat dan menjual kemben. Pada masa itu para pembeli berasal dari luar Tegalgubug dengan aktifitas  dimulai pada malam hari dengan menggunakan pedati.

Kaum perempuan yang memproduksi kemben dan kaum laki-laki merantau ke Jakarta dan Bandung yang saat itu sekitar tahun 1960 di Bandung mulai muncul industri tekstil, sering kali limbah pabrik seperti potongan-potongan kain dari pabrik tekstil di bawa ke kampung Tegalgubug dan dijadikan olahan tekstil seperti baju, celana kolor, sarung dan lain-lain menjadi pakaian murah.

Pada tahun 1996 pasar sandang Tegalgubug pindah ke tempat yang lebih luas tanpa menyatu dengan dengan rumah-rumah penduduk dan dibuatlah ribuan kios atau los, dari mulut ke mulut harga murah menjadi ciri khas pasar sandang Tegalgubug semakin terdengar ke penjuru nusantara akhirnya sampai sekarang perkembangannya sangat pesat.

Kebanyakan para pedagang pasar sandang Tegalgubug menjual grosiran karena yang membeli disini kebanyakan untuk dijual kembali di daerahnya masing-masing dan semua yang menjadi pelanggan  adalah ikatan persaudaraan yang membuat para pedagang dan pembeli  saling percaya tidak berbohong.

Seperti saya sebagai penulis dulunya pernah berdagang dengan modal kecil-kecilan bahkan tidak pakai modal dahulu bisa ngambil barang ke pasar Tegalgubug seperti: seperay, sarung, baju koko, baju anak-anak, baju perempuan, jilbab, bahkan kadang belanja kolor dan didagangkan di luar Tegalgubug dengan distem pemasaran Yarnen atau bayarnya kalau sudah panen.

Saya juga pernah dagang bahan kiloan di pasar sandang Tegalgubug karena kain kiloan yang dimaksud masih bagus-bagus dari segi kualitas dengan harga yang sangat murah. Kain kiloan ini bisa dijual kembali ke konveksi di kampung yang jauh dari tegalgubug untuk membuat celana, baju, bawahan, dan lain-lain. Para pembeli biasanya melihat karena harganya yang murah.

Seiring dengan perkembangan jaman berkembangnya pasar sandang Tegalgubug luasnya area pasar kurang lebih 20 hektar tidak menampung para pedagang-pedagang baru berkat kreatifitas mereka kebanyakan beralih ke sistem perdagangan on-line tidak karena perlu lagi kios atau lapak pasar.

Saya bersama keluarga disamping menjadi seorang guru juga mengikuti trend bisnis on-line karena modal yang minim saya mencoba menjadi reseller karena tuntutan jaman saat ini. Yang dijual baju muslimah, pakaian alat ibadah. Dari jualan dengan sistem reseller lumayan bisa menambah pengasilan keluarga.

Jualan seperti ini banyak keuntungan yang didapat, diantaranya tidak harus bayar lapak atao kios di pasar, tidak perlu angkat-angkat barang yang berkarung-karung, penjualan dngan sangat cepat

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menggunakan android berpengaruh mendorong orang jualan on-line. Aktifitas seperti ini bisa kita lihat di setiap pojok kampung di gang-gang, di blok-blok yang biasanya ramai dengan deru suara mesin jahit untuk di pasarkan di Hari selasa dan Sabtu sekarang para penjahit di tempat konfeksi harus superekstra untuk kebutuhan paketan on-line.

Sekalipun banyak jasa pengiriman barang yang ada di Tegalgubug seperti: Indah Group, JNE, ESL Express, Dunia Logistik, J&T Ekspress, Ninja Ekspress, HWU Ekspedisi, Dunia Logistik, Dakota Cargo, Indah Logistik, TIKI.  Tetapi saya lebih memilih jasa pengiriman J&T. Saya melihat juga banyak sekali para pedagang tradisional secara konvensional pindah ke on-line shop atau toko on-line.

Menjelang Ramadhan tiba biasanya yang saya rasakan adalah  meningkat ramai pada  penanggalan tahun Islam kita bisa melihat peningkatannya transaksi jual beli jatuh pada bulan Rojab, bulan Sya’ban dan bulan Ramadhan sampai menjelang perayaan hari raya Idul Fitri. Begitu juga pasar online meningkat dan tentunya omsetnya juga melimpah. Di tiga bulan ini omset meningkat.

Jelang Lebaran Omset Melonjat

Di pertengahan bulan Ramadlan biasa saya menjalankan dua sistem dalam berdagang, yang pertama ikut dagang di pasar dan yang kedua menjalankan bisnis jual beli dengan sisten on-line. Ketika saya mberdagang di pasar sandang tegalgubug  suasana tambah padat, macet karena pengunjung dan pembeli sampai ke bahu jalan berjubelan merepotkan para sekuriti, karyawan dan petugas pasar. Tidak heran kalau banyak orang jahat seperti copet tidak kuat menahan hasrat jahatnya mencopet tidak jarang juga banyak yang ketangkap.

Sekalipun demikian kalau sudah mencapai jelang hari H-7 jelang lebaran biasanya  pengelola pasar minta bantuan aparat keamanan dari kepolisian sektor Arjawinangun sehubungan jalan yang di depan pasar sandang Tegalgubug adalah jalan pantura yang dipadati para pemudik dari perantau ibu kota pulang ke arah Jawa. Kalau sudah demikian maka sya sudah mulai libur dagangnya.

Ketika artikel ini ditulis di kawasan pasar sandang tradisional tegalgubug sedang dibangun MTC Tegalgubug Mal yang menjual pakaian jadi dari berbagai merk baik eksport maupun infort dibangun di atas lahan 8.500 M2 yang pada awalnya pembangunan MTC Tegalgubug ini mendapat penolakan dari masyarakat.

Sekalipun mendapatkan penolakan masyarakat Tegalgubug, Pemerintah Kabupaten dan Investor sudah bulat mendirikan MTC Tegalgubug karena melihat potensi ekonomi pasar Tegalgubug bagaikan gadis seksi.

Pemerintah Kabupaten Cirebon membuka peluang besar-besaran untuk memajukan ekonomi  kawasan pasar sandang Tegalgubug yang saat ini sudah menjadi icon grosiran pakaian jadi di Cirebon. Pemerintah membuktikan keseriusannya dengan terus mengembangkan kawasan ini agar segera terwujud.

MTC Tegalgubug diperkirakan akan menjadi pusat grosir terbesar, termegah dan modern di Cirebon lengkap dengan semua fasilitas pendukung bisnis seperti internet wifi dengan kecepatan tinggi, ATM Center dan lain sebagainya.

Pemerintah Daerah dan pengembang mengharap seluruh warga masyarakat mendukung mimpi besar menjadikan Tegalgubug sebagai pusat grosir pakaian terbesar di Asia Tenggara yang akan berdampak pada peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Tegalgubug.

Dalam hati kecil saya, apakah nasib saya dan teman-teman pedagang kecil akan tergusur dengan kehadiran Mal MTC ini.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar