ketakketikmuatopa,com, Dalam dunia panggung hiburan ada kalanya penyanyi itu kuat karena teknik, ada pula yang besar karena panggunglah yang membesarkannya. Namun April berbeda. Ia kuat karena panggung kehidupan.
April tidak tumbuh dari tepuk tangan. Ia tumbuh dari penolakan demi penolakan, dari pintu-pintu yang tertutup, hingga akhirnya terbiasa berjalan sendirian bertatih tatih. Ia memiliki kekuatan yang tak pernah diajarkan di kelasvokal mana pun—kekuatan untuk bertahan. Ia sudah terbiasa kalah bahkan sebelum bertanding. Maka ketika berdiri di panggung Dangdut Akademi 7 Indosiar, tekanan juri, komentar pedas, dan sorotan kamera tidak lagi cukup ampuh untuk merobohkannya.
Sebab bagi April, yang paling menakutkan telah lama ia hadapi. Lapar dan ketidakpastian hidup adalah menu hariannya. Dari situlah lahir suara yang tidak sekadar bernada, tetapi bernyawa. Ia bernyanyi bukan untuk terlihat sempurna, melainkan untuk bertahan hidup dan jujur pada perasaannya.
Dalam dunia kompetisi seperti Dangdut Akademi, fakta sering berbicara dengan caranya sendiri. Penyanyi yang jujur secara emosi akan lebih lama diingat daripada mereka yang sekadar menang lewat gift virtual. Popularitas bisa dibeli, tetapi kejujuran tak bisa direkayasa.
April pun tidak pernah mengklaim dirinya yang paling baik, paling benar, atau paling layak menjadi juara. Ia hanya berdiri di atas panggung sebagai dirinya sendiri—dengan luka, harapan, dan suara yang ditempa oleh hidup. Dan justru dari sanalah kekuatannya lahir.
April yang asli Cirebon Timur bukan kelas Virtual Gift. Ia adalah kelas pengalaman. Ia adalah suara yang lahir dari kenyataan. Dan suara seperti itu, cepat atau lambat, akan menemukan jalannya sendiri ke hati pendengar hingga puncaknya menjadi penyanyi kelas dunia.
Wallohu a'lam

Setujuuuuuuuu pak Mus..
BalasHapus