Menulis di era disrupsi digital seperti sekarang ini telah menjadi keterampilan yang semakin langka. Generasi muda, khususnya mahasiswa, lebih akrab dengan dunia yang serba instan—scrolling media sosial, bermain game online, dan budaya "rebahan" menjadi pola hidup baru. Akibatnya, gairah menulis perlahan-lahan meredup, tergeser oleh konten cepat saji yang minim refleksi dan kedalaman. Padahal, sejarah peradaban mencatat bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai tulisan.
Kita pernah memiliki tokoh-tokoh besar seperti Imam Al-Ghazali, Ibn Khaldun, dan ulama-ulama Nusantara yang karya-karyanya menjadi rujukan lintas zaman. Namun dalam beberapa dekade terakhir, sulit menemukan figur penulis besar dari dunia kampus atau pesantren yang mampu menembus ruang publik secara luas dengan tulisan yang menggugah dan mencerahkan.
Di kampus-kampus memang ada pelatihan menulis karya ilmiah, pelatihan penulisan cerpen, puisi, hingga novel. Tetapi sayangnya, banyak kegiatan itu bersifat seremonial dan belum mampu menumbuhkan budaya menulis yang berkelanjutan. Maka, diperlukan pendekatan baru dan trik jitu untuk membangkitkan kembali semangat menulis di kalangan mahasiswa.
Beberapa trik yang dapat dicoba untuk menumbuhkan semangat menulis antara lain:
1. Menulis dari Hal yang Disukai
Banyak pemula gagal menulis karena merasa harus langsung menulis yang berat. Padahal, menulis bisa dimulai dari hobi: resensi film, review buku, catatan perjalanan, atau bahkan pengalaman pribadi.
2. Membaca Adalah Bahan Bakar Menulis
Tak ada penulis besar yang bukan pembaca. Mahasiswa harus dibiasakan membaca secara teratur—baik bacaan ilmiah, sastra, maupun populer. Bacaan yang luas memperkaya diksi dan memperkuat argumen dalam tulisan.
3. Terapkan Metode "Pomodoro Writing"
Metode ini mengatur waktu menulis dalam 25 menit fokus menulis, 5 menit istirahat. Cocok bagi generasi sekarang yang mudah terdistraksi. Sedikit-sedikit tapi rutin lebih baik daripada banyak tapi berhenti di tengah jalan.
4. Menulis Adalah Latihan, Bukan Inspirasi Saja
Menunggu inspirasi seperti menunggu hujan di musim kemarau. Latihan menulis secara konsisten adalah kunci. Tak perlu sempurna, yang penting selesai.
5. Bergabung dalam Komunitas atau Forum Menulis
Komunitas memberikan energi dan semangat. Di sana, tulisan akan mendapatkan apresiasi sekaligus kritik membangun.
6. Tentukan Tujuan Menulis
Apakah untuk menginspirasi, mempengaruhi opini, atau sekadar berbagi ide? Tujuan akan membentuk gaya dan arah tulisan.
7. Gunakan Platform Digital sebagai Etalase Karya
Blog pribadi, Medium, Wattpad, hingga Instagram bisa menjadi ruang untuk mempublikasikan tulisan. Tak perlu menunggu media cetak.
Menulis bukan hanya tentang menghasilkan karya, tetapi juga tentang membangun nalar kritis, ekspresi diri, dan kontribusi bagi peradaban. Generasi muda harus sadar bahwa menulis adalah cara mereka berbicara kepada dunia dan masa depan.
Kini saatnya mahasiswa dan pemuda bangkit menjadi generasi penulis. Tak harus sehebat Al-Ghazali untuk memulai—cukup mulai dari satu paragraf hari ini.
Wallohu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar